Perawatan dan pengelolaan pasca stroke

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PENGAMBILAN SPECIMEN PEMERIKSAAN MIKROBA
Advertisements

Standar kompetensi & kompetensi dasar
PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN MEMASANG KANUL NASAL
PRINSIP DASAR PENCEGAHAN
PENGAMBILAN, PENYIMPANAN dan PENGIRIMAN BAHAN PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIK RINI R. KADIR.
Pertolongan Persalinan Normal
Kurangi/hilangkan faktor** bila mungkin :Kurangi/hilangkan faktor** bila mungkin : 1.Ketidak mampuan u/ mempertahankan posisi yang sesuai.. A. Merujuk.
Striktur Uretra dr. Arnold M Simanjuntak, SpU.
PM GOES TO KALTIM BEM Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2011/2012 SMPN 2 MALINAU.
DALAM PERTOLONGAN PERTAMA
Memberikan asuhan sayang ibu
Management Inkontinensia Urine
KEBUTUHAN PERSONAL HIGIENE by: Richa Noprianty
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Lanjutan Presentasi dr. Nuhonni
Menghasilkan hormon eritropoetin
KALA III & IV.
Trakeostomi.
TEKNIK PEMBERIAN INJEKSI IV
PERAWAT PROFESIONAL HOME CARE
OKSIGENASI Ns.Ika Kartika,S.Kep.
ELEKTRO CONVULSIVE THERAPY
KHEMOPORT/PORT-A-CATH
Perawatan tracheostomi
ASSALAMUALAIKUM. Wr. Wb.
ANAMNESA,PEMERIKSAN FISIK,ANAMNESA DAN ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR
Prinsip perawatan pasien medik
Tips dan Trik untuk Mengurangi Gangguan Kesehatan
FISIOTERAPI DADA.
Keperawatan Dasar I Memandikan Pasien
Ada 2 jenis cegukan, yaitu :
DIFTERIa.
SIRKUMSISI TEHNIK DORSUMSISI
Membuka jalan napas dengan alat (OPA) atau tanpa alat
PEMERIKSAAN FISIK PADA
PERAWATAN LUKA PADA BEDAH KEBIDANAN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
KONSEP PEMBALUTAN & PEMBIDAIAN Rudiyanto PSMK FK UB.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
Perawatan bayi baru lahir
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
PENDAHULUAN.
Vulva Higiene.
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
Devi Baniarti Eka Novitasari Eva Laili Rahmawati Nini Ariani
PEMASANGAN KONDOM KATETER
TEHNIK MENGATUR DAN MEMINDAHKAN PASIEN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
Persiapan sirkulasi darah (Ekstra Korporeal)
PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN
- FIRST AID - PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
Terapi Modalitas Sistem Pernafasan
PROSEDUR MEMBEBASKAN JALAN NAPAS
PENCEGAHAN LUKA DIABETES DAN PERAWATAN LUKA DIABETES.
TEKNIK PEMASANGAN KATETER CREATED BY RIYO MURDANA.
PEMPROSESAN ALAT.
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
-FIRST AID- PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN dr. Margaretha.
Dr.Hendry Widjaja,MARS. Tujuan Utama : Mempertahankan penderita tetap hidup Membuat keadaan penderita tetap stabil Mengurangi rasa nyeri,
M. Siauta. CMPK Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa mampu melakukan tindakan Irigasi Lambung CMPK Setelah mempelajari pokok bahasan ini,
Luka Bakar (Combutio) dr. Ketut Aditya Rahardja Puskesmas Lindi.
Perawatan Luka Bakar OLEH : Ns. EFENDI. DEFINISI Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber.
KOMITE PPI RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten
Transcript presentasi:

Perawatan dan pengelolaan pasca stroke OLEH:PSIK. Un Esa Unggul

Berdasarkan statistik, pasien stok yang bertahan hidup kemungkinan besar akan dirawat di rumah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat orang sakit: Didalam merawat orang sakit orang yang mendampingi harus tahuapa kebutuhannya, obat – obatannya, makanannya dan lain sebagainya. Usahakan untuk terus menerus berkomunikasi dengan orang sakit . Untuk bisa menumbuhkan kasih sayang dalam merawat orang sakit kita harus merawat bukan sekedar melakukan tugas jadi dalam merawat harus ada kasih. Baik orang sakit maupun yang merawat harus mempersiapakan hati untuk menghadapi apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Adapun perawataan yang dilakukan pada saat pasca stroke di rumah, yaitu: Perawtan kateterisasi Tindakan memasukkan kateter kedalam buli-buli melalui uretra dinamakan kateterisasi uretra. Indikasi kateterisasi dapat untuk membantu menegakkan diagnosis dan tindakan terapi.

Tindakan kateterisasi untuk tujuan diagnosis, misalnya ; Memperoleh contoh urin pada wanita guna pemeriksaan kultur urin. Mengukur residual urin pada pembesaran prostat Memasukkan bahan kontras pemeriksaan seperti pada sistogram Mengukur tekanan tekanan buli-buli seperti pada sindrom kompartemen abdomen Untuk mengukur produksi urin yang merupakan cerminan keadaan perfusi ginjal pada penderita shock Mengetahui perbaikan atau perburukan pada trauma ginjal dari urin yang bertambah merah atau jernih yang keluar dari kateter

Tindakan kateterisasi untuk tujuan terapi, antara lain : Mengeluarkan urin pada retensio urinae Membilas / irigasi buli-buli setelah operasi batu buli-buli, tumor buli atau prostat Sebagai splint setelah operasi uretra seperti pada hipospadia Untuk memasukkan obat ke buli-buli, misalnya pada carcinoma buli-buli

Macam kateter uretra  Kateter uretra bisa terbuat dari logam, karet atau silikon. Bermacam bentuk kateter dibuat, dan umumnya dinamai sesuai dengan pembuatnya, seperti kateter Nelaton, Tiemann, de Pezzer, Malecot dan Foley. Saat ini yang paling populer dan mudah didapat adalah kateter Foley. Selain mudah ditemui, keunggulan kateter Foley adalah merupakan kateter menetap (indwelling catheter=self retaining), tidak iritatif, tersedia dalam berbagai ukuran dan ada yang cabang tiga (three way catheter). Kateter Foley dapat dipasang menetap karena terdapat balon yang dapat dikembangkan sesudah kateter berada dalam buli-buli melalui pangkal kateter.

Ukuran kateter uretra Pada orang dewasa Indonesia biasanya dipasang kateter no 16 atau 18. Persiapan pemasangan kateter uretra Peralatan yang harus disiapkan adalah : Kateter steril / baru yang masih dalam bungkus 2 lapis Sarung tangan steril Kasa Zat antiseptik, misalnya povidone iodine Doek lubang Pelicin misalnya KY jelly Pinset steril Klem NaCl atau aqua steril Spuit Urine bag

Prosedur pemasangan kateter uretra             Pemasangan kateter pada wanita lebih mudah karena uretranya pendek, karenanya prosedur pemasangan dibawah ini merupakan kateterisasi pada laki-laki dewasa. 1. Cuci tangan dengan antiseptik 2. Memakai sarung tangan steril 3. Disinfeksi sekitar meatus eksternus, kemudian seluruh penis, pubis, skrotum dan perineum 4. Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang 5. Masukkan pelicin / lubrikans kedalam spuit tanpa jarum dan semprotkan pelicin kedalam uretra 6.Tutup meatus agar pelicin tidak keluar 7. Minta asisten untuk membuka bungkus luar, pegang plastik pembungkus kateter dan robek plastik pembungkus

8. Ujung kateter dipegang dengan pinset, sedang pangkal bisa dibiarkan dalam plastik pembungkus atau dikeluarkan untuk dipegang dengan jari ke IV dan V 9. Masukkan ujung kateter pelan-pelan 10. Bila ujung kateter sampai pada tempat sempit, yaitu pada sphincter, pars membranacea uretra atau adanya penyempitan oleh BPH, laju ujung kateter akan tertahan 11 . Minta penderita bernapas dalam dan relaks; tekan beberapa menit sampai terjadi relaksasi, biasanya kateter dapat melewati tempat sempit dan masuk ke dalam buli-buli yang ditandai dengan keluarnya urin 12. Masukkan terus kateter sampai pangkal kateter 13. Masukkan NaCl atau aqua steril untuk mengembangkan balon, jumlah cc-nya sesuai dengan yang tertulis pada pangkal kateter dan tarik kateter agar balon menutup orificium 14. Klem kateter, hubungkan dengan urine bag secara asepsis, buka klem dan biarkan urin mengalir 15. Lakukan fiksasi kateter pada paha atau inguinal.

Bila kateter tertahan pada sphincter atau terdapat penyempitan uretra, ada beberapa teknik untuk mengatasinya, antara lain : Minta penderita untuk relaks, bernapas panjang Diberi anestesi topikal untuk mengurangi nyeri dan membantu relaksasi Menyemprotkan pelicin melalui pangkal kateter untuk membantu membuka tempat penyempitan Masase prostat melalui colok dubur (oleh asisten) Ganti dengan kateter yang lebih kecil atau kateter Tiemann yang ujungnya runcing Bila buli-buli penuh, kosongkan dulu dengan sistostomi; karena buli-buli penuh dapat mendesak prostat dan uretra. Setelah buli-buli kosong, coba kembali dilakukan kateterisasi

Komplikasi pemasangan kateter  Bila pemasangan dilakukan tidak hati-hati bisa menyebabkan luka dan perdarahan uretra yang berakhir dengan striktur uretra seumur hidup Balon yang dikembangkan sebelum memasuki buli-buli juga dapat menimbulkan luka pada uretra. Karenanya, balon dikembangkan bila yakin balon akan mengembnag dalam buli-buli dengan mendorong kateter sampai ke pangkalnya Infeksi uretra dan buli-buli Nekrosis uretra bila ukuran kateter terlalu besar atau fiksasi yang keliru Merupakan inti pembentukan batu buli-buli Pada penderita tidak sadar, kateter dengan balon terkembang bisa dicabut yang berkibat perdarahan dan melukai uretra Kateter tidak bisa dicabut karena saluran pengembang balon tersumbat

Perawatan NGT Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.

PERALATAN Slang nasogastrik (ukuran 14-18 fr) Pelumas/ jelly Spuit berujung kateter 60 ml Stetoskop lampu senter/ pen light klem Handuk kecil Tissue Spatel lidah Sarung tangan dispossible Plester Nierbekken Bak instrumen

TUJUAN memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal memungkinkan evakuasi isi lambung menghilangkan mual

HASIL YANG DIHARAPKAN Klien menambah berat badannya 1/2 sampai 1 kg per minggu Klien tidak mempunyai keluhan mual atau muntah Tidak ada gangguan menelan

LANGKAH PELAKSANAAN Cuci tangan dan atur peralatan Jelaskan prosedur pada klien Bantu klien untuk posisi semifowler Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri) Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien

Gunakan sarung tangan Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester. Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan

Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang

Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.

Perencanaan keperawatan yang bertujuan untuk menghindari beberapa komplikasi, yaitu: 1. Komplikasi mekanis a. perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh sedikitnya tiap 24 jam bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde harus dibersihkan setiap 30 menit dengan menyemprotkan air atau teh. b. Agar sonde tidak mengalami dislokasi sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°)

2. Komplikasi pulmonal: aspirasi a 2. Komplikasi pulmonal: aspirasi a. Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi b. Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna. Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.

Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde a. sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap pasien) panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung distal sternum. b. sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung c. sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasasakit d. perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah masih tetap tidak berubah (tergeser).