Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida bagi Petani Penyemprot

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Oleh: M. Hatta Djamil QMS Assessor LRQA Indonesia
Advertisements

Apakah anda menyayangi organ hati anda? Bagaimana anda bisa menyayangi jika anda tidak mengenalnya?
BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA
ASEPTIK DAN ANTISEPTIK
P3K OFF. OLIVIA CHRISTINE M. OFF. RAYMOND SIAGIAN STAGE 3.
Asam Urat (Gout)
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
KOMPONEN KEBENDAAN Kebendaan Kebendaan pada lingkungan mikro
PASCA SARJANA ILMU LINGKUNGAN Universitas Mulawarman
Personal Protective Equipment (PPE) Alat Pelindung Diri
4/8/ :13 AM Assalammualaikum…….. 4/8/ :13 AM.
PENYAKIT DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT SAMPAH
BAHAN PENCEMAR MAKANAN LAINNYA
POLUSI TANAH.
ASSALAMU ALAIKUM WW. 1.
TOKSIKOLOGI PESTISIDA
PRESENTATION KIMIA FORMALDEHIDA O C H DIAN FITRI SARIASTUTI XII IPA 3.
PESTISIDA Oleh : Mokhtar Effendi ( )
Sumber, Jenis Limbah Cair dan Efeknya terhadap Kesehatan Masyarakat
BAHAYA-BAHAYA KIMIA DAN FISIK PADA MAKANAN
PENGENDALIAN PROSES UNTUK MENGATASI BAHAYA
Apakah anda menyayangi organ hati anda?
Dampak B3 terhadap Kesehatan
BAHAN PEMBERSIH RUMAH TANGGA
 Pada tahun 1996 data Departemen Kesehatan tentang monitoring keracunan pestisida organofosfat dan karbamat pada petani penjamah pestisida organofosfat.
RESIKO HIGIENE TERKAIT KERACUNAN MAKANAN. Bahan makanan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin.
Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur
ANALISIS OBAT DAN NARKOBA
Tingkat Bahaya Limbah B3 dan Pengaruh Terhadap Kesehatan Masyarakat
INISIASI 5 INTOKSIKASI.
Toksikologi inhalasi dan dampaknya
Bahaya Kandungan Formalin pada Makanan
KESLING & HIGIENE PENJAMAH DI INDUSTRI MAKANAN
Merokok adalah Pintu Menuju Narkoba Mengapa orang harus merokok
Klorofil, Si Hijau Pencegah Penyakit
PENGENDALIAN PROSES UNTUK MENGATASI BAHAYA
“(SISTEM PERTAHANAN TUBUH)”
PEMANFAATAN MIKROBA BAKTERI Lactobacillus sp PADA BIDANG KESEHATAN
PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI
Ilmu Penyakit Tumbuhan
LIPIDA Senyawa organik yang terdapat di alam yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar (n-heksana, eter, dsb)
BAKTERI PENCEMAR MAKANAN
Penyakit Akibat Agen Biologi, Fisika, Kimia dan Pencemaran Udara
PENYEBAB KERUSAKAN KAYU
Program Higiene Industri dan Sistem Manajemen Higiene Industri
EKOTOKSIKOLOGI Trisnadi Widyaleksono Catur Putranto
Cakupan Ilmu Toksikologi
Akper Pemkab Cianjur tahun 2015
EFEK KESEHATAN DAN TOKSIK
PENCEMARAN LINGKUNGAN
HIGIENE SANITASI PANGAN
PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI PERAIRAN
FLU BURUNG PADA MANUSIA
BUDIDAYA JAMUR KUPING Disampaikan pada Penyuluhan Petani Jamur Kuping
SUMBER RACUN DAN ASAL RACUN
Kelompok 1 Agung Ma’rufin Desy Purwasih Hamidah Nining Tri Sugiarti
PERTOLONGAN PERTAMA PADA LUKA BAKAR
PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
(SANITASI, HIGIENIS, DAN
Universitas Advent Indonesia JURUSAN Biologi TA.2014/2015
GANGGUAN KESADARAN (PERUBAHAN STATUS MENTAL)
1. Radioaktif 2. Bahan kimia 3. Bahan yang bersifat biologis 4. Bahan yang mudah terbakar (flamable) 5. Bahan yang mudah meledak (explosive)
PENGAWASAN KUALITAS MAKANAN. Tujuan umum :  Mampu melakukan pengendalian keamanan mak min Tujuan Khusus :  Mampu menjelaskan pengaruh lingk fisik mak.
Anemia pada Remaja Puteri Puskesmas Cipedes dr Rinny Oktafiani 2017.
TOKSIK PELARUT ORGANIK DI INDUSTRI
PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI
DAMPAK FOGGING BY : GLOBAL MEDIC TEAM. Banyak Polutan yang dihasilkan oleh mesin Fogging, karena bahan yang digunakan terdiri dari Pestisida dan Solar.
Keamanan Pangan. – Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang.
KISARAN DOSIS DAN KONSEP LD50
Transcript presentasi:

Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida bagi Petani Penyemprot Oleh: Erba Kalto Manik, SKM, M.Sc Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes medan

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 2.Klasifikasi Pestisida ? UU No.: 12 Thn 1992 ttg Sistem Budidaya Tanaman, Pestisida: “Zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus, yang digunakan untuk melakukan perlindungan bagi tanaman”. 2.Klasifikasi Pestisida ? Menurut asal/cara pembuatannya: 1) pestisida sintetis dan 2) pestisida nabati. Menurut susunan kimianya: 1) pestisida anorganik (HgCl, S, As2O3, dll); dan 2) pestisida organik (sintetis & nabati). Menurut jenis sasaran: herbisida, insektisida, larvasida, rodentisida, fungisida, dll 2`

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 3. Klasifikasi Pestisida Kimiawi Organik Sitentis Golongan Organochlorine (OC): a. Toksisitas tinggi: Endrin (Hexadrine) b. Toksisitas sedang: Aldrin, Dieldrin, DDT, BHC, dll 2) Golongan Organophosphate (OP): a. Toksisitas tinggi: Phorate, Parathion, TEPP, Azodrine, Phosphamidon, Metamidophos, dll b. Toksisitas sedang: Chlorpyrifos, Diazinon, Dimethoate, Malathion, dll 3) Golongan Carbamate ( C ): a. Toksisitas tinggi: Temik, Carbofuran, methonyl, dll b. Toksisitas sedang: Baygon, Landrin, Carbaryl, dll 3`

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 4. Sifat Keracunan Pestisida Gol OC  lebih sering menimbulkan keracunan kronis: 1) OC yg masuk ke dalam tubuh  akan tertimbun dlm jaringan lemak dlm bentuk inaktif  krn proses biologis dlm tubuh  sebagian pestisida yg terikat dlm lemak akan lepas/bebas  masuk ke peredaran darahsaraf  timbul gejala sakit. 2) Demikian hal ini terjadi berulang dlm waktu tahunan baru sembuh  dampaknya kronis. Col. OP & C  lebih menimbulkan keracunan akut: 1) OP & C masuk tubuh  beberapa jam mengalami degradasi dan telah habis dlm waktu  4 minggu. 2) dampak kesehatan cepat timbul & cepat sembuh  bersifat akut. 4

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 5. Mekanisme Keracunan OP & C Dlm sistem tubuh yang normal terjadi komunikasi sistem saraf : 1) Acetyl choline + Cholinesterase (Che) Cholinergic + Asam Asetat. 2) Cholinergic berfungsi menggerakkan sel efektor di ujung saraf, shg komunikasi saraf yang berupa stimulus   Respon yg dikendalikan oleh SSP dapat berlangsung normal. Jika terjadi pemaparan OP & C  akan berikatan dengan Che  bersifat inhibitor/penghambat kerja enzym  shg aktivitas Che turun & kadar Acetyl Choline tinggi  timbul gejala keracunan. 5

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 6. Monitoring Tingkat Keracunan OP & C Ada bbrp cara monitoring tingkat keracunan pestisida, WHO mer’dasikan cara sdrhna, dapat dilakukan di lpngan utk mengukur aktivitas Che yaitu dg Tintometer test. Hasil monitoring dg Tintometer tes dikategorikan: 1)75 – 100 % dari normal  normal  periksa ulang beberapa waktu kemudian. 2) 50 – 75 % dr normal  keracunan ringan  stop dari pemaparan OP & C  lakukan periksa ulang berkali-kali sampai normal; 3) 25 – 50 % dr normal  keracunan sedang  stop dari pekerjaan menggunakan semua jenis pestisida  periksa ulang sampai normal; 4) 0 – 25 % dari normal  keracunan berat  istirahat dari semua pekerjaan + pengobatan medis, periksa ulang hingga normal. 6

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 7. Gejala Keracunan OP & C Straub dalam Key dkk (1978), membuat kategori tingkat keracunan atas dasar gejala klinik, sbb: Keracunan sedang: sakit kepala, mudah capek, pusing, penglihatan kabur, nausea dan mual-mual, kram perut, diare, dan salivasi. Keracunan cukup parah: gejala seperti keracunan sedang + tidak mampu berjalan, sering mengeluh tidak nyaman dan sesak dada, konstriksi pupil, dan tremor. Keracunan parah: gejala seperti yang terdahulu + pingsan mendadak, serangan tiba-tiba secara lokal dan umum, menunjukkan adanya krisis kolinergik. 7

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 8 . Waktu timbulnya gejala Inhalasi : 30 mnt setelah terpapar; Peroral : 45 menit setelah terpapar; Perkutan: 2 – 3 jam setelah kontak kulit. 9 . Faktor Risiko Keracunan Pestisida: a. Faktor Individu  aspek pengetahuan Tingkat pengetahuan penyemprot tentang: Pestisida dari aspek jenis, khasiat, dan cara penggunaan yang benar, Pestisida dari aspek bahaya: cara masuk ke dalam tubuh, dampak keracunan, dan gejalanya; Pestisida dari aspek macam-macam cara mencegah / upaya pengendalian keracunan. 8

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida b. Faktor Individu  Aspek Personal Hygiene Selalu mencuci tangan sebelum makan; Mandi segera setelah selesai menyemprot; Ganti pakaian setelah bekerja/menyemprot dan sebelum melakukan pekerjaan lain; Mencuci peralatan semprot jauh dari sumber air bersih dan atau sumur; Mengubur bekas kemasan pestisida, agar tidak digunakan orang lain untuk wadah bahan lain/makanan. 9

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida c. Faktor Individu  Aspek Penggunaan APD Menggunakan topi; Menggunakan hood (tutup kepala, hanya ada lobang pada mata); Menggunakan kaca mata rapat (gogles); Menggunakan masker mulut hingga hidung; Memakai Baju lengan panjang; Memakai celana panjang; Memakai sepatu boot. Jenis dan kelengkapannya ? 10

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 10. Faktor Risiko Lingkungan Arah angin dan cara menyemprot; Lama menyemprot per hari; Frekuensi menyemprot per minggu; Jenis pestisida yang digunakan; Banyaknya jenis pestisida yang digunakan dalam sekali penyeprotan; Dosis penyemprotan per hektar; Suhu dan kelembaban udara sekitar; Jenis tanaman yang disemprot. 10

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 11. Pengukuran Faktor Risiko Pengukuran aspek tingkat pengetahuan dgn cara wawancara, alatnya kuesioner; Pengukuran aspek personal Hygiene dgn cara observasi, alatnya check list; Pengukuran aspek penggunaan APD dgn cara observasi, alatnya check list; Pengukuran faktor risiko lingkungan dengan observasi, alatnya check list; serta pengukuran langsung parameter lingkungan dengan alat standar (misalnya: suhu, kelembaban, dll); Pengukuran tingkat keracunan dgn Tintometer test. 11

Falsafah dan Pertimbangan Dasar Pengendalian Hama Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida Falsafah dan Pertimbangan Dasar Pengendalian Hama Mengetahui identitas hama sasaran Mengetahui sifat dan cara hidup (bioekologi) hama sasaran Memilih alternatif cara pengendalian Memilih pestisida Menentukan cara aplikasinya 12

Penggolongan Pestisida Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida Penggolongan Pestisida Cara bekerjanya racun/cara masuknya 1. Racun perut (stomach poisons) racun diberikan dengan umpan karena bersifat penarik (attractant) 2. Racun pernafasan (respiratory poisons) racun dengan bahan kimia yang berbentuk fumigan.

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 3. Racun kontak (contact poisons) jenis racun residu (residual poisons) yang disemprotkan pada dinding dan langit-langit rumah. 4. Debu dessikan (dessicants) racun berbentuk debu hydroscopik yang dapat menyerap cairan tubuh serangga.

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida b. Tingkat daur hidup (life cycle) hama Sistim penggolongan pestisida menurut tingkatan hidup (life cycle metamorphose) hama, terutama ditujukan pada serangga yang menimbulkan penyakit dan gangguan terhadap manusia, hewan ternak dan tanaman.

Analisis F-Risiko Keracunan Pestisida 12. Skala Pengukuran dan Analisis Data Pengukuran faktor risiko dengan alat kuesioner atau check list  dapat dibuat skor  sehingga skalanya ratio. Skala ratio tsb secara deskriptif dpt dikategorikan menjadi skala ordinal  misalnya baik, sedang, kurang. Pengukuran tingkat keracunan dngn Tintometer test  hasilnya %  skala ratio; ttpi jika selanjutnya dinyatakan: normal, keracunan ringan, kerc sedang, dan kerc berat  skalanya menjadi ordinal. Jika skala ratio vs ratio  dianalisis dngn regresi ganda (multiple regression); dan jika ordinal vs ordinal dianalisis dengan Chie Square. 13

16 jenis senyawa yang berbahaya diyakini berasal dari kosmetik baik itu berupa bedak, parfum dan sebagainya. 16 bahan berbahaya itu dikelompokan ke dalam 4 golongan: 1. Phthalate Bahan yang digunakan juga dalam pembuatan plastik untuk memberi sifat elastis atau lentur. Apa dampaknya? Jika terhirup atau tertelan dalam kadar tertentu, bisa memicu gangguan sistem reproduksi, asma dan alergi. Dalam kosmetik, phthalate digunakan sebagai pelarut tambahan dalam berbagai produk wewangian.

2.Triklosan Triklosan yang digunakan dalam beberapa produk sabun dan pasta gigi bisa memicu gangguan kesehatan saat bereaksi dengan lingkungan aquatik atau berair. Salah satunya adalah gangguan pada keseimbangan hormon tiroid.

3.Paraben Nama lain senyawa ini ialah parahydroxybenzoic, yang juga digunakan sebagai pengawet dalam mie instant ini punya efek samping jika digunakan melebihi ambang batas keamanan. Karena sifatnya mirip dengan hormon esterogen, maka di dalam tubuh akan memicu ketidakseimbangan yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara.

Dalam kosmetik, paraben sering digunakan sebagai campuran sabun, sampo, pasta gigi dan deodoran. Meski jarang, kontak langsung dengan kulit juga bisa menyebabkan alergi pada orang yang sensitif.

4.Wewangian (Sintetis) Beberapa spesies binatang mengeluarkan wewangian alami yang disebut feromon, yang fungsinya adalah untuk menarik pasangan di musim kawin. Oleh manusia, wewangian ini dibuat tiruannya lalu digunakan dalam parfum, serta beberapa jenis sabun wangi dan produk perawatan rambut.

Beberapa jenis wewangian sintetis diketahui bisa memicu kanker pada binatang. Meski belum diuji pada manusia, diduga kuat senyawa ini juga meningkatkan risiko kanker pada manusia.

Setelah mengetahui bahan-bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetik, masihkah Anda lebih memilih mengambil risiko agar tetap tampil cantik?

ERBA KALTO GINTING MANIK ERBA ; ERDEMU BAYU KALTO ; KALAM <>TOKIH