Management Inkontinensia Urine

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN MEMASANG KANUL NASAL
Advertisements

Darwis Dosen Jurusan Gizi
By: Lisna Annisa Fitriana, S.Kep., Ners, M.Kes
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Paskalis Lukimon (Ners)
Mikturisi dan Gangguannya
Memberikan asuhan sayang ibu
KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN GLOMERULUSNEFROTIK KRONIK
Dr. Rr. Retnanaingtyas Sugma Y.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI
OLEH Ns. I GEDE SATRIA ASTAWA, S.Kep
NEUROGENIC BLADDER & BOWEL
KELOMPOK 9 KEPERAWATAN GERONTIK.
Askep Pd Keluarga Yg Menanti kelahiran Oleh kelompok 5 PUTRI DRISSIANTI KHAIRUL AFRIZAL REZA IBRAHIM.
Yuliarni Syafrita Bag. Ilmu Penyakit Saraf FK-Unand/RS DR M Djamil
NURSING CARE OF CARDIOGENIC SHOCK
ASUHAN KEPERAWATAN CONGENITAL ADRENAL HYPERPLASIA
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
Pemeriksaan Faal Ginjal
Jl Sultan Agung No 8A Teluk Telp
Ns. SATRIA GOBEL, SKp, M.Kep, Sp Kom
PROSES KEPERAWATAN MENU UTAMA
Kebutuhan dasar Masa Nifas
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
Nama:Desi sri wahyuni Tingkat : II B.
Menghasilkan hormon eritropoetin
Kebutuhan fisiologis dan psikologis pada kala I serta manajemen kala I
TUGAS ASKEB II NAMA : SRI YULIA SANDRA NIM : DOSEN : DESI SARLI M.Keb
PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS PADA IBU BERSALIN
ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN RAHMADIA B.
ALUR ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT INAP
Pengaturan Suhu Imran Tumenggung.
Prinsip perawatan pasien medik
DIURETIK.
ELIMINASI URINE (BAK).
Yophi Nugraha S.Kep.,Ners.,M.Kes
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN Pada IBU dalam MASA PERSALINAN
GINJAL DAN CAIRAN TUBUH
ASKEP PADA KLIEN IBU NIFAS DENGAN RETENSIO URINE
KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Pielonefritis
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DALAM MASA PERSALINAN
Konsep Kebutuhan Eliminasi
ANATOMI & FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dalam Masa Persalinan
Oleh : Nurul Dwi Istyana
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TRAUMA MEDULA SPINALIS
By: Lisna Annisa Fitriana, S.Kep., Ners, M.Kes
Asuhan Keperawatan kepada An
KONSEP DASAR DAN PRINSIP PERITONEAL DIALYSIS
ASKEP EFUSI PLEURA KELOMPOK 7. ANALISA DATA NO.DATAMASALAH 1. DS : Klien mengatakan sesak DO : Klien terlihat kelelahan, RR=35x permenit, terdapat cuping.
ASUHAN KALA IV PERSALINAN
ALZHEIMER Aloysia Martha Dessy Nadia Ermelinda Soares Grace Ludji Leo
ASKEP PADA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
ASUHAN PERSALINAN KALA I By. Sulistiyah, s.siT.,m.kES
OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns STIKES KARYA HUSADA SEMARANG 2008
Nama Kelompok: Analailatul Khoirun nisak Indrianayunita sari
Asuhan Keperawatan Pasien dengan PPOK
ALUR ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT INAP
PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN
Cystitis Disusun oleh kelompok 5 desti komalasari meita noor adha taufik sistem urinaria.
TRAUMA ABDOMEN.
ASUHAN IBU BERSALIN PADA KALA II
TINJAUAN MEDIS PUASA TERHADAP BEBERAPA PENYAKIT
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
BY : FITRIA OKTARINA.  suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989).  kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri.
MODUL 2 Sistem Saraf Perifer dan Otonom Skenario 2 : Kaki Kananku Dokter sedang memeriksa seorang laki-laki yang dibawa kerumah sakit karena terjatuh dari.
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
ASKEP PADA IBU NIFAS DENGAN SECTIO CAESARIA Rachmawati Rahim 1.
Transcript presentasi:

Management Inkontinensia Urine Trimulat Sulistyawati, A.Md.Kep

Pendahuluan Pasca kejadian stroke sering didapatkan gangguan fungsi traktus urinarius, yaitu inkontinensia urine dan retensi urine 43% inkontinensia urine pada pasien stroke terjadi dalam 72 jam pertama serangan stroke 21-47% retensi urine pada pasien pasca stroke 26% pasien menggunakan kateterisasi pada minggu pertama perawatan

Anatomi Kandung kemih terdiri dari rangkaian otot polos destrusor yang saling menjalin satu dengan yang lain Terdiri dari 2 sphingter yaitu eksterna & interna Kedua sphingter tersebut saling berkontraksi sehingga sesuai dengan kehendak (volunter)

Pusat Miksi Pons, kapsula interna, dan basal ganglia mengkoordinasi kandung kemih dan aktivitas sphingter eksternal untuk pengosongan kandung kemih Pusat miksi di lobus frontal mempengaruhi stabilitas kandung kemih

Pusat Miksi di Medula Spinalis Pusat miksi di S2-4  kirim impuls ke kortikal via pons, batang otak, & hipotalamus Pusat miksi di kortikal  tunda/miksi

Fisiologi Miksi Proses miksi : suatu aktivitas yang terkoodinasi antara sistem saraf , saluran kemih, dan otot-otot urogenital Dimulai fase pengisian, penyimpanan, dan pengosongan

Fungsi Kandung Kemih Tempat penyimpanan urin Aktivitas neural mempertahankan tekanan kandung kemih lebih rendah dari tekanan uretral Tempat proses miksi dimulai Terisi urin 300-500  “strech receptor” kirim sinyal ke pusat miksi di S2-4

Fungsi Bladder Kapasitas bladder menampung urine 300- 500 ml, bila lebih dari itu bladder akan mestimulus untuk mengosongkan bladder tersebut Normalnya rasa buang air kecil tiap 4-6 jam selama sehari & sesekali pada malam hari Saat buang air kecil tidak ada keluhan atau lancar nyaman sampai urine tersebut keluar & bladder kosong

Klasifikasi Gangguan Kandung Kemih Dengan cara melakukan penilaian terhadap : Otot-otot destrusor kandung kemih destrusor aktivitas normal  tidak terjadi peningkatan tekanan & konstraksi bladder yang involunter saat pengisian, terjadi pengosongan dan penghentian secara normal. Destrusor aktivitas berlebih (over-active)  terjadi kontraksi involunter saat pengisian bladder & tidak dapat dikendalikan secara volunter, disebut Destrusor Hyperreflexia Hypertonic Bladder.

Lanjutan klasifikasi Destrusor aktivitas menurun (under-active)  tidak terjadi kontraksi bladder saat pengisian & kontraksi menimal/tidak ada kontraksi saat pengosongan bladder secara volunter, disebut Destrusor Areflexia atau istilah atonic, Hypotic dan flaccid bladder Aktivitas sphingter uretra eksternal & internal Aktivitas sphingter normal  terjadi peningkatan tekanan sphingter selama pengisian bladder & pengurangan saat pengosongan untuk memberikan jalan keluar urine Aktivitas spingter berlebih (over-active)  spingter gagal melakukan relaksasi atau terjadi kontraksi involunter selama pengosongan bladder disebut Destrusor Sphincter Dyssynergia Aktivitas spingter menurun (under-active atau inkompeten)  terjadi penurunan aktivitas spingter selama pengisian bladder

Pengkajian Tanyakan riwayat miksi pasien sebelum sakit atau sebelum dirawat di RS Tanyakan pola miksi pasien sebelumnya Indentifikasi penyebab terjadinya inkontinensia Pastikan volume urine di bladder dengan bladder scan

Lanjutan... Riwayat infeksi saluran kemih Status hidrasi dan nutrisi Riwayat status urogenital Medikasi Keadaan penyakit saat ini

Lanjutan.... Luas dan lokasi lesi Tingkat kesadaran Tingkat toleransi terhadap aktivitas Kemampuan merawat diri Postur dan mobilisasi Fungsi kognisi dan persepsi

Lanjutan... Kaji adanya bladder distended Anjurkan pasien untuk miksi

Diagnosa Keperawatan Perubahan eliminasi urine : total retensi/parsial retensi, Inkontinensia berhubungan dengan tingkat kesadaran : gangguan sensori persepsi, disphasia, hemiparese

Tujuan Keperawatan Tidak terpasang F kateter Aktivasi aktivitas pengosongan kandung kemih Memastikan kandung kemih kosong Pola miksi kembali normal Mencegah komplikasi Edukasi pasien dan keluarga

Penatalaksanaan Inkontinensia Urine Kaji pola miksi dan atur waktu miksi Asupan cairan 1500-1800 ml dalam 24 jam Catat dan monitor intake dan output Lakukan bladder training Terapi farmakologi bila ke empat intervensi gagal dilakukan

Penatalaksanaan Retensi Urine Kaji pola miksi dan atur waktu miksi Asupan cairan 1500-1800 ml dalam 24 jam Catat dan monitor intake dan output Lakukan bladder training dengan intermiten kateter

Bladder Training Pelaksanaan Palpasi daerah suprapubik setelah miksi Langkah-langkah bladder menurut Pickard (1999) Kateter diklem selang kateter selama 3-4 jam Ketika di klem memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi Lepaskan klem selama 15 menit untuk memungkinkan kandung kemih mengeluarkan isinya Lakukan bladder scanning

Penentuan Fungsi Bladder Normal Pasien dinyatakan memiliki fungsi kandung kemih normal bila setiap selesai miksi selama 3 kali berturut-turut mempunyai sisa urin kurang dari 100 ml (dengan pemeriksaan melalui bladder scan)

Indikasi Pemasangan Kateter Menetap