RAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID
Advertisements

Keteladanan Rasulullah Saw. DALAM MEMBINA UMAT PADA PERIODE MAKKAH
PENJELASAN TATA CARA SHALAT Bagian 9/13
Cara Sholat Rasulullah SAW (Sifat Sholat Rasul) ISLAM
BAB XI SIROH SAHABAT.
Bagaimana Tinjauan keterlibatan Muslimah dalam Politik ?
ADAB / ETIKA MENUNTUT ILMU
AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID
KETELADANAN RASULULLAH PERIODE MADINAH
Keteladanan Rasulullah Saw. DALAM MEMBINA UMAT PADA PERIODE MAKKAH
Macam-Macam Wanita Di Dalam Al Qur’an
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
hijrah nabi muhammad Saw ke madinah dan piagam madinah
HADITS KEDUAPULUH SATU
Perkara yang akan dipelajari:
KETELADANAN RASULULLAH SAW
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID
AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID
SUNNAH (AL-HADITS) SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
DAKWAH NABI PERIODE MADINAH
TUJUH AMALAN HARIAN.
Materi III IMAN Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً
عدم الخوف أو التخوف من هذه الليلة
PENTINGNYA AGAMA DAN USAHA AGAMA
Dipresentasikan oleh Ahmad Rifai
TALAQQI MADAH Hak Ibu.
AGAMA ISLAM.
Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu
Amalan Setelah Melahirkan
Perjuangan Nabi Muhammad saw.
DOA HARIAN RAMADHAN.
Inilah Kunci Surga Surga, dengan segala kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia, memiliki.
PERJANJIAN AQABAH.
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
BERBISNIS SECARA SYAR’I…
Ciri Aliran Sesat Oleh Nanang Kohar, SH.
Al-Fath (Lari Dari Perang)
Menemani Rasulullah di Surga
SEJARAH BENDAHARAWAN HADIS MASA SHAHABAT
Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekkah
Kalian tau siapa SITI FATIMAH AZ-ZAHRA ??. Kalian tau siapa SITI FATIMAH AZ-ZAHRA ??
ASSALAMU’ALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH
2.Akmalda Wisnu Satriaji
Menghormati ulama dan majelis ilmu
SEJARAH ARAB MASA NABI MUHAMMAD SAW.
MAKNA MAKANAN DAN MINUMAN HALAL
BAB VI Jujur dan Amanah.
Cinta yang membawa ke surga
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Kepedulian Umat Islam terhadap Jenazah
MENYALATKAN JENAZAH KELOMPOK 7.
Strategi Dakwah & Manifestasi Tabligh Dalam Kehidupan Masyarakat
Pendidikan Agama Islam Semester 1, 2 SKS
Kisah Teladan Nabi Ulul Azmi
HIDUP TERASA LEBIH INDAH JIKA KITA BERSYUKUR
Al-Fath (10) وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan.
SETELAH MENONTON VIDEO TERSEBUT APA SAJA DAMPAK DARI PERILAKU MEREKA.
Cinta yang membawa ke surga
Materi III IMAN Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID
Materi III IMAN Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
Tazkiyah Nafs (Penyucian Jiwa)
Cinta yang membawa ke surga
TUNTUNAN SHALAT TAHAJUD Mari Berilmu Sebelum Beramal dan Bersemangat untuk Beramal di atas Ilmu.
AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID
AQIDAH ISLAM Kelas VII Semester I. A. PENGERTIAN AKIDAH ISLAM 1.Pengertian Akidah Islam Menurut Bahasa Akidah adalah kata sifat dalam bahasa Arab yang.
Zoel Creative AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID Disarikan dari buku: MISTERI SHALAT SUBUH Karya Dr. Raghib As-Sirjani.
Transcript presentasi:

RAHASIA SUKSES BISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF KH Hafidz Abdurrahman

Siapa Abdurrahman bin Auf? Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abu bin Al- Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay, Al-Qurasyi Az-Zuhri Al-Makki dan kemudian Al-Madani. Ia dilahirkan di Makkah sepuluh tahun setelah tahun gajah. Ketika sinar kenabian mulai memancar ia telah berusia tiga puluh tahun. Ia lebih mudah sepuluh tahun dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan lebih tuga tiga tahun dari Umar bin Khatthab. Ayahnya adalah Auf bin Abdu Auf bin Abdu bin Al- Harits Az-Zuhri, yang merupakan salah seorang tokoh terkemuka di Bani Zuhrah. Siapa Abdurrahman bin Auf?

Nama aslinya Abdu ‘Amr bin Auf Nama aslinya Abdu ‘Amr bin Auf. Setelah masuk Islam, namanya pun diubah oleh Nabi saw. dengan Abdurrahman bin Auf. Dari Abdurrahman bin Auf berkata, “Dulu pada masa jahiliyah namaku adalah Abdu Amru, kemudian Nabi saw menamakanku Abdurrahman.” [Hr. Hakim disahihkan oleh ad-Dzahabi] Nama kunyah-nya, yaitu nama yang dinisbatkan kepada putra lelakinya, Abu Muhammad. Ibunya adalah Asy-Syifa binti Auf Az-Zuhriyah, ia masuk islam berbai’at kepada Nabi saw, menjadi seorang sahabiyah yang baik, dan mendapatkan kebahagiaan dengan keislamannya.

Karakter Abdurrahman bin Auf Sahlah binti Ashim menggambarkan, “Abdurrahman bin Auf orang yang putih, dengan mata yang lebar dan indah, dan bulu matanya panjang. Hidung mancung, dua gigi taring bagian atasnya panjang sehingga seolah bisa melukai bibirnya. Mempunyai rambut yang panjang di bawah kedua telinganya. Lehernya panjang, berbahu lebar, dan memiliki jari-jari yang kasar.” Ibin Ishaq menuturkan, “Abdurrahman bin Auf memiliki dua gigi seri yang patah, dan sedikit cacat yang membuatnya kesulitan. Pada perang Uhud ia terkena pukulan yang mematahkan giginya, dan mendapat sebanyak dua puluh luka atau lebih. Sebagian luka tersebut mengenai kakinya hingga ia pincang.” Karakter Abdurrahman bin Auf

Sa’ad bin Ibrahim berkata, “Abdurrahman bin Auf biasa memakai pakaian yang seharga lima ratus atau empat ratus.” Ia juga biasa memakai selendang hitam yang menambah ketampanan dan keanggunannya. Teristimewa, karena dipakaikan langsung oleh Nabi saw, dan dililitkan di kepalanya dengan tangan beliau yang mulia! Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Abdullah bin Amru, “Aku melihat Rasulullah saw. memakaikan Abdurrahman selendang hitam dan bersabda, “Pakailah selendangmu seperti ini.” Dari Anas bin Malik, “Rasulullah saw. mengizinkan Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf untuk memakai sutra karena penyakit gatal yang mereka derita.” [Hr. Bukhari-Muslim]

Kemuliaannya dalam Islam Dalam riwayat Ibn Ishaq dan yang lain disebutkan, bahwa Abdurrahman bin Auf masuk Islam bersama Zubair bin Awwam, Ustman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan Sa’ad bin Abu Waqqash melalui tangan Abu Bakar. Mereka adalah as-Sabiquna al- Awwalun [Generasi awal yang masuk Islam]. Umurnya ketika itu sekitar 30 tahun. Dia mengikuti dakwah sejak awal, sehingga mengalami semua yang dialami dalam dakwah bersama Nabi saw. dan para sahabat. Dia mendapatkan kemuliaan hijrah dua kali, ke Habasyah dan Madinah. Dalam riwayat Ibn Ishaq, sebagian mereka kembali ke Mekah: Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Mush’ab bin Umair, dll. Kemuliaannya dalam Islam

Ibin Sa’ad meriwayatkan dari ayahnya, “Bahwasanya Abdurrahman bin Auf juga dijuluki hawari (pembela) Rasulullah saw.” Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawi menyebutkan nama- nama pembela Rasulullah  saw. tidak hanya satu. Mereka adalah: Hamzah, Ja’far, Ali, Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah al-Jarrah, Utsman bin Affan, Utsman bin Mazh’un, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abu Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Awwam Radhiuallahu Anhum. Hawariyyu an-Nabi adalah gelar yang diberikan Nabi saw. kepada mereka, karena pembelaan mereka kepada Nabi hingga tetes darah penghabisan. Saat Perang Tabuk, Nabi bermakmum kepadanya.

Momen Indah Bersama Nabi saw Dalam riwayat Abu Ya’la, Abdurrahman bin Auf berkata “Ada lima atau empat orang dari kami, para shahabat Rasulullah saw, yang tak pernah meninggalkan baginda untuk memenuhi kebutuhan baginda siang dan malam. Suatu kali aku datang, dan mendapati baginda telah keluar, maka aku mengikuti baginda. Baginda mengikuti salah satu kebun yang berada di Al-Aswaf [Kebun Abdurrahman bin Auf].  Baginda shalat, lalu melamakan sujudnya. Aku menangis dan berkata, “Allah telah mencabut ruhnya!”, “Maka baginda mengangkat kepalanya dan memanggilku lalu bertanya, “Ada apa denganmu?” Jawabnya, “Ya Rasulullah, engkau terlalu lama sujud, aku mengira Allah telah mencabut nyawa Rasul-Nya, aku tidak akan bertemu lagi dengannya!” Momen Indah Bersama Nabi saw

Baginda bersabda, “Aku sujud sebagai rasa syukur kepada Rabb-ku yang telah mengujiku dengan umatku. Siapa yang bershalawat kepadaku dari umatku, maka Allah akan menulis sepuluh kebaikan untuknya, dan menghapus sepuluh kejahatan darinya.” Abdurrahman bin Auf ra selalu mendampingi Nabi saw setiap kali bepergian. Dia mendampingi berziarah kepada para shahabat, mengunjungi mereka yang sakit, mengajaknya untuk melihat anak-anak dan keluarganya. Dia pun melayani baginda, belajar langsung dari baginda, bertanya, menghafal hadits, dan meriwayatkan berbagai moment yang dialaminya bersama baginda saw. kepada umat.

Abdurrazzaq dan Ibn Asakir meriwayatkan secara mursal dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud, “Bahwa Rasulullah saw. memberi sesuatu kepada sejumlah orang, Abdurrahman bin Auf ada di antaranya. Namun, Rasulullah saw tidak memberinya apa yang baginda berikan kepada yang lain. Abdurrahman pun keluar sambil menangis. Dia berjumpa Umar yang bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Dia menjawab, “Rasulullah saw. memberi sesuatu kepada sekelompok orang di mana aku bersama mereka. Namum baginda meninggalkanku dan tidak memberiku apa-apa. Aku takut Rasulullah saw. sengaja tidak memberikan karena suatu yang membuat baginda marah kepadaku!”

Umar lalu mendatangi Rasulullah saw dan memberitahu baginda tentang Abdurrahman bin Auf, dan apa yang telah dikatakannya. Rasulullah saw bersabda, “Aku sama sekali tidak menyimpan kemarahan kepadanya, namun aku percaya kepada keimanannya.” Tampaknya, Nabi saw. mendapatkan wahyu dari Allah tentang nikmat yang akan Allah berikan kepadanya. Karena ini menyangkut sahabat yang dicintainya, Nabi saw. pun bersikap demikian. Tapi, Nabi yakin dengan keimanannya, ketika dia mendapatkan ujian nikmat yang luar biasa itu. Nabi saw. pun mendoakannya, agar rizki yang diberikan oleh Allah kepadanya berkah.

Dia menyertai Nabi saw. dalam semua peperangan besar Dia menyertai Nabi saw. dalam semua peperangan besar. Mulai dari Perang Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, Perang Khaibar, Penaklukan kota Makkah, Hunain, hingga Perang Tabuk. Dia termasuk 10 sahabat yang membaiat Nabi dalam Baiat Ridhwan, di Hudaibiyyah. 10 sahabat yang mendapat jaminan masuk surge. Dia yang diminta Nabi mengumumkan keharaman keledai jinak, saat Perang Khaibar. Dia mengikuti Haji Wada’ bersama Nabi dan 100 ribu kaum Muslim tahun 10 H. Dalam riwayat as-Sya’bi, ketika Nabi wafat, dia termasuk empat sahabat yang ada di liang kubur Nabi saw.

Wara’, Zuhud dan Lembut Hatinya Wara’ adalah sikap menjaga diri tidak saja dari perkara yang haram, tetapi juga makruh dan syubhat. Sikap ini tampak dari pengakuan Ustman, sebagai veteran Perang Badar, yang menerima wasiat 400 Dinar dari Abdurrahman bin Auf. “Harta Abdurrahman adalah harta yang bersih, dan barakah.” Zuhud adalah sikap batin, yang lebih meyakini apa yang ada dalam genggaman Allah, ketimbang apa yang ada di tangannya. Dengannya, dia menguasai dunia, bukan dikuasai dunia. Dia bisa menolak dunia, bukan karena tidak mampu. Abdurrahman ditawari Sa’d bin Rabi’ separo hartanya, dan salah seorang isterinya, tetapi semuanya itu ditolak. Dia hanya meminta ditunjukkan pasar untuk berbisnis. Wara’, Zuhud dan Lembut Hatinya

Dia tidak disandera oleh harta, kekayaan dan keluarganya Dia tidak disandera oleh harta, kekayaan dan keluarganya. Harta dan kekayaannya berlimpah, tidak membuatnya kikir. Justru, dia berdoa dibebaskan oleh Allah dari kekikiran hatinya. Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf dari Aisyah ra, “Bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya urusan kalian merupakan salah satu hal penting yang aku tinggalkan nanti. Tidak akan ada yang bisa bersabar mengurus kalian, kecuali orang-orang yang bersabar.” Aisyah berkata, “Maka Allah memberi ayahmu [Abdurrahman] minuman dari mata air salsabil di surga.” karena dia memberi istri-istri Nabi saw. harta sebanyak empat puluh ribu dinar.” [Hr. Ahmad, Tirmidzi, Ibn Hibban, dan Hakim]

Zubair bin Bakar berkata, “Abdurrahman bin Auf adalah orang kepercayaan Rasulullah saw dalam mengurus istri-istri baginda.” Abdurrahman yang mengurus kebutuhan mereka, mendampingi mereka menunaikan haji, memberikan nafkah kepada mereka, menginfakkan harta yang banyak bagi mereka, dan berwasiat setelah kematiannya untuk mereka dengan harta yang cukup banyak. Anas bin Malik berkata, “Ketika Aisyah sedang berada di rumahnya, dia mendengar suara gemuruh di Madinah. Dia bertanya, “Suara apakah itu?” Mereka berkata, “Kafilah Abdurrahman bin Auf telah datang dari Syam membawa segala hal. Anas berkata, “Saat itu jumlahnya tuju ratus unta. Madinah pun terguncang oleh suaranya!”

Aisyah berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw Aisyah berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Aku telah melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak.” Ketika berita ini sampai ke Abdurrahman bin Auf, ia berkata, “Jika sanggup, aku akan memasukinya dengan berdiri” Maka dia pun membelanjakan seluruh kafilah tersebut dengan semua bawaannya di jalan Allah Azza wa Jalla.” [Hr. Ahmad, at- Thabrani, Abu Nu’aim] Utsman bin As-Syarid berkata, “Abdurrahman bin Auf meninggalkan 1000 unta dan 3000 domba di Baqi’, serta 1000 kuda yang digembalakan di Baqi’. Di Al-Jurf dia menanam dengan menggunakan 20 penyiram tanaman, dan menjamin makanan pokok keluarganya selama setahun.” [Hr. Hakim]

Dari Syaqiq bin Salamah, “Abdurrahman mendatangi Ummu Salamah dan berkata, “Wahai Ummul mukminin, aku sungguh takut celaka. Aku adalah orang yang paling kaya di Quraisy. Aku baru saja menjual tanah seharga 40,000 Dinar! Ummu Salamah berkata, “Infakkanlah wahai anakku, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ada di antara sahabatku yang tidak akan melihatku setelah aku berpisah dengannya.” [Hr. Ahmad, al- Bazzar dan Ibn Abdil Barr] Ibn Abbas berkata, “Aku tidak pernah menyaksikan orang yang begitu merinding sebagaimana Abdurrahman bin Auf ketika mendengar bacaan al- Qur’an.” [Hr. Ibn Hibban]

Ibadah, dan Pengorbanannya di Jalan Allah Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf berkata, “Abdurrahman bin Auf selalu melakukan shalat yang panjang sebelum shalat Zhuhur, dan jika ia mendengar adzan, akan menarik jubahnya dan keluar [ke Masjid].” Abdullah bin Umar berkata, “Jika Abdurrahman bin Auf memasuki rumahnya, dia akan membacakan ayat kursi di setiap sudutnya.” Abdurrahman bin Auf juga menunaikan beberapa kali ibadah haji, sejak zaman Nabi. Ketika Nabi saw. wafat, dia sering ditugaskan oleh para Khalifah, mulai dari Abu Bakar, Umar hingga Ustman, untuk menyertai isteri-isteri Nabi berhaji. Ibadah, dan Pengorbanannya di Jalan Allah

Dia harus meninggalkan Makkah untuk hijrah ke Habasyah, demi menyelamatkan agamanya dari fitnah kaum Kafir Quraisy. Setelah terjadinya Bai’at Aqabah II, dia bersama kaum Muslim pun hijrah ke Madinah. Dia tinggalkan semua harta kekayaannya di Makkah. Datang ke Madinah tidak membawa apa-apa, kecuali seekor kuda yang ditunggangi, dan sehelai baju yang dia pakai. Abdurrahman bin Auf tidak hanya mengorbankan hartanya, tetapi juga jiwa dan raganya. Ibn Sa’ad menuturkan, “Telah sampai kepadaku bahwa Abdurrahman bin Auf mendapat sebanyak 20 satu luka pada Perang Uhud. Dia juga terluka di kakinya hingga mengakibatkannya pincang.”

Saat berkecamuknya Perang Uhud, Rasulullah saw memeriksa para sahabatnya dan bertanya tentang keadaan mereka. Baginda juga mencari- cari informasi tentang Abdurrahman bin Auf, dan pada momen yang mulia tersebut baginda saw. Mengumumkan, bahwa Malaikat turut berperang bersama Abdurrahman bin Auf, dan membantunya menghadapi musuh. Al-Bazzar, Ath-Thabrani, dan Ibnu Asakir dari al- Harits bin as-Shimmah berkata, “Nabi saw. bertanya kepadaku pada saat Perang Uhud, dan saat itu beliau berada di jalan yang ada di gunung, “Apakah engkau melihat Abdurrahman bin Auf?” Aku menjawab, “Ya, aku melihatnya disamping bukit kecil itu sedang menghadapi sekelompok

pasukan musyrikin. Aku hendak membantunya, namun ketika aku melihatmu, aku pun menemuimu terlebih dahulu.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Malaikat ikut berperang bersamanya.” Al-Harits berkata, “Aku pergi menemui Abdurrahman, dan aku melihat tujuh orang musuh telah terkapar di sekelilingnya. Aku bertanya, “Sungguh engkau beruntung! Apakah engkau telah membunuh mereka semua?” Dia berkata, “Kalau ini Artha’ah bin Abdu Syurahbil dan ini, aku yang telah membunuh mereka. Tetapi yang lain telah dibunuh oleh sesuatu yang tidak terlihat olehku!” Maka aku berkata, “Sungguh benar Allah dan Rasul-Nya.”

Harta yang Dibelanja kan Az-Zuhri menuturkan, “Abdurrahman bin Auf telah membelanjakan separo hartnya di zaman Nabi saw. Setelah itu, membelanjakan 40,000 Dinar,* 500 kuda dan 500 kendaraan.” Ibn Hajar menuturkan, “Ada yang mengatakan, dia telah membebaskan 30 budak setiap hari.” [al- Ishabah, Juz IV/291]. Ja’far bin Burqan berkata, “Telah sampai kepadaku, Abdurrahman telah membebaskan 30,000 budak.” [Hr. Abu Nu’aim dalam al-Hilyah] Harta yang Dibelanja kan * [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 40,000 x Rp. 700,000 = Rp. 119 milyar]

Kepada putra Abdurrahman bin Auf, Aisyah menuturkan, “Allah memberi ayahmu minuman dari mata air salsabil di surga.” karena dia memberi istri-istri Nabi saw. harta sebanyak 40,000 Dinar.” [Hr. Ahmad, Tirmidzi, Ibn Hibban, dan Hakim] Ketika mendengar hadits dari Aisyah, bahwa dia akan masuk surga dengan merangkak, setelah membawa 700 kafilah dari Syam, maka dia belanjakan seluruhnya di jalan Allah. Ketika mendengar hadits dari Ummu Salamah, bahwa ada sahabat Nabi yang tidak akan pernah bertemu lagi dengan baginda, maka dia infakkan seluruh hasil penjualan tanahnya, 40,000 Dinar.

Wasiatnya untuk 100 veteran Perang Badar, masing-masing mendapatkan 400 Dinar.* Ibn Sa’ad, al-Hakim, dan lainnya meriwayatkan, dari Utsman bin As-Syarid, “Abdurrahman bin Auf meninggalkan 1000 unta dan 3000 doma di Baqi’, serta 1000 kuda yang digembalakan di Baqi’. Di al- Jurf, dia menanam dengan menggunakan 20 penyiram tanaman, yang menjamin makanan pokok keluarganya selama setahun.” * [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 400 x Rp. 700,000 = Rp. 1,190,000,000]

Ibn Asakir meriwayatkan dari Urwah bin Zubair, “Abdurrahman bin Auf mewasiatkan 50,000 Dinar di jalan Allah. Setiap orang mendapat bagian darinya sebanyak 1000 Dinar.” Saat wafat, dia meninggalkan 4 isteri, masing- masing mendapatkan Rp. 297,5 milyar. Anas bin Malik menuturkan, “Aku telah melihat setiap orang dari istrinya mendapat bagian setelah kematiannya sebesar 100,000 Dinar.”* Dia pernah menikahi 16 wanita. Mempunyai 30 anak, 22 putra, dan 8 putri. * [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 100,000 x Rp. 700,000 = Rp. 297,5 milyar]

Kiat Bisnisnya, dan Sukses Karena Allah Abdurrahman bin Auf meyakini betul firman Allah SWT: ﴿اللهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ﴾ “Allah melapangkan rizki siapa saja yang Dia kehendaki, dan menyempitkannya.” [Q.s. ar-Ra’d: 26] Ayat seperti ini diulang lebih dari sekali dalam al- Qur’an, setidaknya ada 9 kali. Jadi, Allahlah yang menjadi sumber rizki, yang melapangkan dan menyempitkan rizki hamba-Nya. Bukan semata karena usaha dan kehebatan manusia. Inilah keyakinan Abdurrahman bin Auf. Kiat Bisnisnya, dan Sukses Karena Allah

Allah memberikan dan melapangkan rizki seseorang karena beberapa faktor: 1- Keyakinan dan tawakkal kepada Allah SWT [Hr. Bukhari]; 2- Keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT [Q.s. al-A’raf: 96] 3- Ikhlas, tawadhu’, tidak sombong, wara’ dan zuhud [Q.s. as-Syura: 27]. 4- Harta tidak akan berkurang karena diinfakkan. Justru, akan bertambah. Allah berfirman [Q.s. Saba’: 39] 5- Hanya mencari dan menggunakan rizki yang halal dan thayyib [Q.s. al-Baqarah: 168]

6- Menyukuri nikmat dan anugerah yang Allah SWT berikan, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit akan menambah rizki [Q.s. Ibrahim: 7] 7- Tidak berputus asa terhadap rahmat Allah SWT [Q.s. Yusuf: 87] 8- Bekerja keras dan berusaha terus-menerus tanpa mengenal lelah, dan mempraktikkan hukum sebab-akibat [Q.s. al-Qashash: 77 dan al- An’akabut: 69]. 9- Output keimanan dan ketakwaan dalam bisnis adalah kejujuran, amanah, qana’ah, selalu bersyukur, tidak hasad terhadap pesaing bisnis, wara’, dan zuhud.

Pemahaman Abdurrahman bin Auf: 1- Bukan harta berlimpa yang membawanya masuk surga atau neraka, tetapi mencari dan membelanjakannya sesuai dengan ridha Allah SWT; 2- Modal bukan satu-satunya komponen untuk memulai usaha; 3- Harus mempunyai manajemen waktu yang baik [bisnis, masjid, jihad, mencari dan mengamalkan ilmu dan mengurus keluarga]. 4- Modal dan barang halal, menghindari syubhat; 5- Jual-beli adalah ketrampilan yang penting;

6- Membelanjakan harta semata untuk Allah, tidak membuatnya berkurang, justru semakin bertambah dan berkah; 7- Ikhlas, tawadhu’, ulet, kreatif, wara’, zuhud, qana’ah, dan terus-menerus mendekatkan diri kepada Allah akan kunci kesuksesannya. Abdurrahman menuturkan kiat binisnisnya, “Aku tidak menolak keuntungan meski sedikit… Aku tidak pernah melambatkan penjualan barang terhadap orang yang memintanya.. Aku tidak menjual dengan pembayaran mundur.” Secara umum, kiat-kiat bisnisnya, bisa dirumuskan sebagai berikut:

1- Sedikit, tapi untung; 2- Selalu bersyukur dan qana’ah, meski untungnya hanya sedikit; 3- Menetapi janji dengan pelanggan; 4- Jual-beli tunai [cash], tidak kredit; 5- Istiqamah dalam berusaha [terus-menerus], tidak mengenal lelah dan putus asa; 6- Usaha, mendekatkan diri kepada Allah, berdoa dan tetap bertawakkal kepada-Nya; 7- Memperbanyak shalat sunah, dzikir, membaca al-Qur’an, dan infak untuk Allah SWT.. 8- Selalu muhasabah diri..

Akhir Hayat dan Makam-nya Beliau wafat tahun 32 H, di usia 75 tahun. Beliau wafat di Madinah, dan dimakamkan di Makam Baqi’, yang disyafaati Rasulullah saw. Ibn Sa’ad, al-Fasawi, Ishaq bin Rahawaih, al-Hakim, Ibnu Asakir, dan yang lain menuturkan dari Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf, berkata, “Abdurrahman pingsan dalam sakitnya sehinga mereka menyang- ka, kalau dia saat itu telah meninggal. Mereka lalu meninggalkannya dan menutupinya dengan kain. Lalu istrinya, Ummu Kultsum bin Uqbah pergi menuju masjid untuk bersandar dan shalat. Mereka berada dalam keadaan demikian sekitar satu jam dan dia tetap dalam keadaan pingsannya. Akhir Hayat dan Makam-nya

Kemudian dia bangun. Kata pertama yang dia ucapkan adalah takbir, dan keluarganya pun ikut bertakbir.” Lalu dia berkata, “Kalian benar, dalam pingsanku sesungguhnya aku di bawa oleh dua orang laki-laki yang kasar dan keras. Mereka berkata, “Marilah kami akan menghadapkanmu kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpercaya untuk dihakimi.” Mereka pun membawaku hingga bertemu seorang laki-laki yang berkata, “Kemanakah kalian membawa orang ini?” Mereka menjawab, “Kami akan menghakiminya di hadapan Yang Maha Perkasa dan Maha Terpercaya.” Maka dia berkata, “Kembalikanlah dia, sesungguhnya dia adalah di antara mereka

yang telah ditetapkan bagi mereka kebahagiaan dan ampunan sejak mereka masih berada di perut ibu mereka, dan sesungguhnya ia akan tetap berada di tengah keluarganya hingga waktu yang ditentukan Allah.” Setelah itu ia hidup selama sebulan dan kemudian meninggal.”