Taman Nasional Laut Bunaken
Video
- Sejarah Taman Nasional Laut Bunaken - Sejarah Bunaken - Sejarah Taman Nasional Laut Bunaken
Sejarah Bunaken Penduduk pertama kali yang mendiami pulau Bunaken berasal dari migrasi kerajaan Bowontehu diManado tuan yang didirikan tahun 1400, yang wilayahnya meliputi pesisir utara semenanjung Minahasa, Pulau Bunaken, Siladen, Mantehage, Naen, Talise, Gangga dan pulau Bangka.
Sejarah Bunaken Sekitar tahun 1850, penduduk di Tanjung Parigi berpindah ke arah tenggara, di tepi pantai yang berhadapan dengan kota Manado, lalu mereka mendirikan negeri baru dengan nama “Wunakeng”, yang disingkat dari kata “Kinawunakeng” yang artinya tempat tinggal.
Sejarah Bunaken Kata “Wunakeng” diubah menjadi Bunaken, yang disingkat dari kata “Pamunakeng” yang artinya tempat mendarat. Maksudnya orang-orang dari kerajaan Bowontehu di Manado Tua mendarat dengan perahu di pulau yang sekarang ini disebut Bunaken
Sejarah Taman Nasional Laut Bunaken Taman Nasional Laut Bunaken pertama kali ditemukan oleh kelompok penyelam yang melakukan ekspedisi penyelaman di Bunaken pada tahun 1975. Saat melakukan penyelaman, mereka diperingatkan oleh nelayan setempat bahwa lautan yang diselami terdapat roh-roh jahat. Namun, penyelam dari Manado tidak gentar
Sejarah Taman Nasional Laut Bunaken Para Nelayan tradisional bersama masyarakat setempat memperhatikan gelembung-gelembung oksigen yang muncul dari kedalaman laut. Mereka berasumsi bahwa para penyelam tidak akan kembali dengan selamat. Beberapa saat kemudian rasa takut berubah menjadi rasa kagum. Ketika melihat penyelam muncul tanpa terluka. Dan mereka menanyai tentang hal-hal yang menakjubkan. Sejarah Taman Nasional Laut Bunaken
Potensi Sumberdaya diTaman Nasional Laut Bunaken - Potensi Biologi - Potensi Sosial Ekonomi
Potensi Biologi 1.Habitat Daratan Potensi biologi daratan di pulau- pulau Taman Nasional Bunaken kaya dengan jenis-jenis flora palma, sagu, woka, silar, kelapa. Pohon mangga, pisang dan pohon yang lainnya tersebar dimana- mana. Faunanya antara lain Yaki (kera hitam Sulawesi) dan Kuskus.
2.Habitat Lamun dan Rumput Laut Padang lamun dan rumput laut merupakan jenis- jenis tumbuhan laut. Rumput laut tidak seperti Ganggang. Memiliki akar dan menghasilkan biji, sehingga dapat membentuk hamparan luas yang merupakan tempat ikan bertelur dan berkembang. Habitat lamun dan rumput laut merupakan habitat bagi jenis duyung dan penyu laut.
3.Habitat Hutan Bakau Lebih kurang 1800 ha luasan hutan bakau di Taman Nasional Bunaken. Hutan Bakau ini berperan sebagai penyaring endapan lumpur dari daratan yang mencegah erosi garis pantai. Hutan ini kaya dengan berbagai jenis Keiting, Udang, Moluska, dan ikan-ikan muda dari berbagai jenis. Juga sebagai tempat bertelurnya kebanyakan jenis ikan. Dan beraneka macam burung.
4.Habitat Pantai Pasir Pantai pasir Pulau Bunaken, Manado Tua dan terutama Siladen kaya dengan kehidupan berbagai jenis umang, kepiting dan udang. Memiliki pasir yang lembut.
5.Habitat Terumbu Karang Terumbu tepian mendominasi perairan pesisir, selain terumbu penghalang. Yang palng menarik adalah tebing karang vertikal, menghujam di bawah permukaan air hingga 25-50 meter. Terdapat 58 jenis keluarga binatang karang sudah Teridentifikasi. Karang berkulit keras yang berjasa membangun terumbu karang. Belalainya mengeluar kan zat kapur membentuk terumbu karang.
6.Habitat Laut Dalam Salah satu keunikan Taman Nasional Bunaken adalah kedalaman laut yang memisahkannya dengan daratan Sulawesi, yang bisa mencapai 1000 meter. Kedalaman ini menjadisemacam tekanan berbagai aktifitas manusia di daratan Sulawesi yang dapat berpengaruh buruk terhadap Taman Nasional Bunaken.
Potensi Sosial Ekonomi Lebih dari 20.000 jiwa penduduk yang hidup di wilayah Taman Nasional Laut Bunaken bermata pencaharian nelayan. Interaksi antar Budaya sangat tinggi, terlihat dari penggunaan bahasa yang sama, serta kesamaan teknik pemanfaatan potensi sumber daya alam.
Pengelolaan dan Permasalahan dalam Pengelolaan Taman Nasional Laut Bunaken
Pengelolaan Taman Nasional Laut Bunaken Dengan potensi alami kelautan yang sangat besar, pasang-surut pengelolaan laut Indonesia lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor variabel keadaan manusia yang relatif mudah berubah dibandingkan faktor-faktor keadaan alam.
Pengelolaan Taman Nasional Laut Bunaken Karakterisasi faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. keadaan (kuantitas dan kualitas) alam yang ditentukan oleh faktor-faktor: - posisi geografis (nilai strategis lokasi) - keadaan fisik (kekayaan sumberdaya alam dan iklim); - cakupan teritori (luas laut, panjang garis pantai, jumlah dan luas pulau) 2. keadaan (kuantitas dan kualitas) manusia yang ditentukan oleh fakto faktor: - populasi atau jumlah penduduk - karakter manusia - karakter pemerintahan.
Pemasalahan dalam Pengelolaan Taman Nasional Laut Bunaken Tingkat kerusakan biofisik lingkunganwilayah pesisir sangat mengkhawatirkan. Adapun faktor-faktor yang turut mempengaruhi kerusakan biofisik wilayah pesisir adalah: 1. Overeksploitasi sumberdaya hayati lau takibat penangkapan ikan yang melampaui potensi (overfishing), pencemaran dan degradasi fisik hutan mangrove dan terumbu karang sebagai sumber makanan biota laut tropis
Permasalahan dalam Pengelolaan Taman Nasional Laut Bunaken 2. Pencemaran akibat kegiatan industri, rumah tangga dan pertanian di darat (land- based pollution sources) maupun akibat kegiatan dilaut (marine-based pollution sources) termasuk perhubungan laut dan kapal tankerdan kegiatan pertambangan dan energi lepas pantai. 3. Bencana alamseperti tsunami, banjir, erosi, dan badai
Permasalahan dalam Pengelolaan Taman Nasional Laut Bunaken 4. Konflik pemanfaatan ruang seperti antara pertanian dan kegiatan di daerah hulu lainnya, aquakultur, perikanan laut, permukiman. Konflik pemanfaatan ruang disebabkan terutama karena tidak adanya aturan yang jelas tentang penataan ruang dan alokasi sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan lautan.
Permasalahan dalam Pengelolaan Taman Nasional Laut Bunaken 5. Kemiskinan masyarakat pesisir yang turut memperberat tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir yang tidak terkendali. Salah satu faktor penyebabnya adalah belum adanya konsep pembangunan masyarakat pesisir sebagai subyek dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir.