AWAL IKHWAN SYARIF MUSDLIFAH SULISTIANI SUPARMAN Taenia solium AWAL IKHWAN SYARIF MUSDLIFAH SULISTIANI SUPARMAN
HOSPES Hospes definitif cacing Taenia solium adalah manusia, sedangkan hospes perantaranya adalah manusia dan babi . Manusia yang dihinggapai cacing Dewasa Taenia solium juga menjadi hospes perantara cacing ini.
HOSPES DAN NAMA PENYAKIT Hospes definitif cacing Taenia solium adalah manusia, sedangkan hospes perantaranya adalah manusia dan babi . Manusia yang dihinggapai cacing Dewasa Taenia solium juga menjadi hospes perantara cacing ini. Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing Taenia solium adalah taeniasis dan sistiserkosis
DSITRIBUSI GEOGRAFIS Penyebaran Taenia solium bersifat kosmopolit,terutama di negara – negara yang mempunyai banyak peternakan babi dan di tempat daging babi banyak dikonsumsi seperti di eropa, Amerika Latin, Republik Rakyat Cina, India, dan Amerika Utara. Di Indonesia juga banyak ditemukan pada daerah Irian Jaya, Bali, dan Sumatera Utara, umumnya sering dialami oleh para trasmigran.
MORFOLOGI Merupakan cacing pita babi pada manusia. Cacing dewasa mencapai panjang 2-7 m dan dapat bertahan hidup selama 25 tahun atau lebih Terdapat organ pelekat atau skoleks Lubang kelamin terletak dibagian lateral Telur cacingnya berbentuk bulat sedikit oval, berdinding tebal, bergaris-garis dan berisi embrio heksakan berkait enam atau onkosfer
Gambar Taenia solium
SIKLUS HIDUP
ASPEK KLINIS Taeniasis Cacing dewasa yang biasanya berjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti kecuali iritasi ringan pada tempat perlekatan atau gejala gejala abdominal yang tersamar. Bila ada dapat berupa nyeri ulu hati ,mencret,mual, obstipasi dan sakit kepala. Dapat dijumpai eosinofilia ringan, biasanya dibawah 15 %. (Gandahusada et al 2000)
ASPEK KLINIS Sistiserkosis Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis) mata,otot, dan lapisan bawah kulit. Gejala klinis biasanya ditemukan pada penderita sistiserkosis. Gejala tersebut biasanya muncul beberapa minggu sampai dengan 10 tahun atau lebih setelah seseorang terinfeksi (Chin dan Khadun 2000;Gandahusada et al.2000).
ASPEK KLINIS Sistiserkosis Pada manusia, sistiserkus sering ditemukan pada jaringan subkutis, mata, jaringan otak, otot jantung, hati, paru, dan rongga perut. Klasifikasi (perkapuran) yang sering dijumpai pada sistiserkus biasanya tidak menimbulkan gejala,namun sewaktu – waktu dapat menyebabkan pseoduhipertrofi otot, disertai gejala miositis, demam tinggi dan eosinofilia (Gandahusada et al.2000)
DIAGNOSIS Taeniasis 1. Menanyakan riwayat penyakit (anamnesa) 2. Pemeriksaan Tinja Sistiserkosis 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang
EPIDEMIOLOGI Penyebaran cacing dewasa Taenia solium dipengaruhi oleh faktor tradisi dan agama, penyebarannya banyak ditemukan pada kalangan masyarakat yang beragama Non-Muslim, infeksinya dipengaruhi cara menyantap daging yang dimasak matang, setengah matang atau mentah serta faktor peternakan babi yang kontak langsung dengan tinja manusia menjadi besar pengaruhnya untuk penyebaran.
PENGOBATAN Dianjurkan penggunaan praziquantel atau niklosamid Pada sisteserkosis dianjurkan untuk pembedahan pengambilan kista
PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN Tindakan yang dilakukan Memutus siklus hidup cacing Taenia solium Diagnosis dini dan pengobatan terhadap penderita Vaksinasi pada ternak Menjaga kebersihan diri dan lingkungan Pengawasan konsumsi daging babi oleh dokter hewan
TERIMA KASIH