PROYEKSI PENDUDUK
TUJUAN PROYEKSI PENDUDUK Untuk perencanaan pembangunan & penilaian program baik oleh Pemerintah pusat maupun daerah, diperlukan data-data kependudukan. Tidak hanya besar/jumlah tetapi komposisi penduduk menurut umur & jenis kelamin serta karakteristik sosek, baik data saat ini maupun yang akan datang.
Guna: memperbaiki kondisi sosek rakyat melalui pembangunan yang terencana. Di Bidang Pangan: menent kebut akan bhn pangan sesuai gizi serta susunan penduduk menurut umur. Di Bidang Kesehatan: menent jml medis, dokter, obat2an, jml tempat tidur di RS yg diperlukan selama periode proyeksi.
Di Bidang Pendidikan: memperkirakan jml penduduk usia sekolah, jml murid, jml guru, gedung sekolah, pendidikan di masa yg akan datang. Di Bidang Tenaga Kerja: menent jml angkatan kerja dan penyediaan lapangan kerja. Di Bidang Produksi Brg & Jasa: Dgn proyeksi angkatan kerja dlm hub dg data mengenai produktivitas merupakan dasar estimasi produksi barang dan jasa di masa mendatang.
PENGGUNAAN PROYEKSI PENDUDUK UTK 2 MACAM: 1 PENGGUNAAN PROYEKSI PENDUDUK UTK 2 MACAM: 1. Perenc yg tujuannya utk menyediakan jasa sbg respon terhdp penduduk yg telah diproyeksikan tsb. 2. Perenc yg tujuannya utk merubah tren penduduk menuju perkembangan demografi sosek.
JENIS & DEFINISI PERKIRAAN PENDUDUK Antar SENSUS (Intercensal) Sesudah SENSUS (Postcensal) Proyeksi (Projection)
Antar SENSUS (Intercensal) Disebut juga interpolasi adalah suatu perkiraan mengenai keadaan penduduk antara 2 sensus (data) yg diket. Jadi hasil kedua sensus diperhitungkan. Catatan pertumbuhan penduduk linier Sesudah SENSUS (Postcensal) adalah perkiraan mengenai penduduk setelah sensus. Prinsipnya juga sama, yaitu pertambahan penduduk adalah linier.
3. Proyeksi Perkiraan penduduk berdasarkan sensus (biasanya sensus terakhir). Perkiraan penduduk tidak hanya beberapa tahun sesudah sensus, tetapi mungkin sampai beberapa puluh thn sesudah sensus.
Perspektif Kependudukan Kabupaten Bekasi di Masa Depan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Latar Belakang Proyeksi penduduk difungsikan untuk perencanaan pembangunan, karena semua kegiatan dari pembangunan itu sendiri sangat erat hubungannya dengan Kondisi kependudukan Kabupaten Bekasi sebagai salah satu daerah yang mempunyai potensi perkembangan penduduk yang pesat, membutuhkan ketersediaan data di masa depan sebagai salah satu acuan didalam perencanaan pembangunan di masa depan.
Tujuan Tujuan Umum Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah melaksanakan penerapan perhitungan proyeksi, perumusan implikasi serta penyajian data proyeksi sebagai bahan masukan bagi Badan Perencanaan Daerah dan aparat perencana lainnya dalam pembuatan kebijakan program pembangunannya. Tujuan Khusus Tersedianya data jumlah, struktur, komposisi dan beberapa parameter demografi untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang di Kabupaten Bekasi waktu tahun 2005-2010 (pertahun) dan 2000-2025 (Per 5 tahun) berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1990 dan 2000. Tersedianya data dan informasi kependudukan sebagai bahan referensi bagi Pemerintah Daerah dalam pengambilan kebijakan perencanaan pembangunan agar terlaksana lebih terarah dan tepat sasaran. Beberapa implikasi hasil proyeksi terhadap Peremabnagan Kependudukan
Tahapan Kegiatan Dalam penulisan laporan ini akan dilakukan beberapa tahapan yaitu : Data Dasar Melakukan Perapihan Umur Menenetukan asumsi dan perhitungan Fertilitas Menenetukan asumsi dan perhitungan Mortalitas Menenetukan asumsi dan perhitungan Migrasi Menenetukan asumsi dan perhitungan Proyeksi Penduduk Pendistribusian Proyeksi pada tingkat kecamatan Analisis Implikasi Hasil Proyeksi Penduduk
METODE PROYEKSI Mathematical methode Pada perthitungan ini digunakan kalau tidak diketahui data komponen pertumbuhan penduduk, jadi hanya menggunakan data penduduk keseluruhan Component Methode Menggunakan data komponen pertumbuhan penduduk yaitu fertilitas, Mortalitas dan migrasi
MATHEMATICAL METHODE Pn = Po (1 + rn) - Geometric Pn = Po (1 + r)n Linier - Arithmetic Pn = Po (1 + rn) - Geometric Pn = Po (1 + r)n Eksponensial Pn = Poern Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada tahun n Po = Jumlah Penduduk pada tahun awal r = Angka pertumbuhan n = Periode waku dalam tahun e = Bilangan log natural 2,7182818
BEBERAPA PENGERTIAN DATA PENDUKUNG COMPONENT METHODE (PROYEKSI) Penduduk Dasar Adalah jumlah penduduk yang dipergunakan data dasar untuk memulai proyeksi yang dibagi dalam jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Angka Kelahiran (Fertilitas) Adalah hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita ata sekelompok wanita Angka Kematian (Mortalitas) Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda- tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
Angka Migrasai (Migration Rate) Tingginya mobilitas menyebabkan sulitnya memeroleh data mengenai angka migrasi ini, sehingga banyak sekali asumsi yang dipergunakan untuk mencari kondisi migrasi ini. Ada dua ukuran yang sering digunakan untuk angka migrasi ini yaitu migrasi seumur hidup (perbedaan tempat kelahiran dengan tempat yang ditinggali sekarang) dan migrasi risen (Perbedaan tempta tinggal lima tahun lalu dengan saat ini).
METODE PERHITUNGAN Terdapt dua metode perhitungan Proyeksi Penduduk, yaitu: Perhitungan Langsung; adalah perhitungan secara langsung terhadap data-data yang tersedia. Perhitungan ini dapat dilakukan jika terdapat data-data kependudukan yang dinyatakan valid untuk bahan proyeksi penduduk. Perhitungan Tidak Langsung (Estimasi); adalah perhitungan terhadap data-data kependudukan dengan terlebih dahulu menjadikan data tersebut sebagai asumsi. Perhitungan ini dilakukan jika data-data yang tersedia diragukan validitasnya sebagai bahan proyeksi penduduk. Untuk Indonesia, perhitungan estimasi ini lebih banyak dilakukan dibanding perhitungan langsung.
DATA DASAR DAN PERAPIHAN UMUR Data dasar yang digunakan meliputi dua tahun periode, yaitu data tahun 1990 dan tahun 2000 berdasarkan data hasil sensus untuk kabupaten Bekasi. Data yang perlu disiapkan adalah data dengan umur satu tahunan, dan selanjutnya dilakukan pendistribusian umur ke lima tahunan atau untuk perapihan umur (Manual 10, Annex V);
KOMPONEN PROYEKSI PENDUDUK Komponen Proyeksi terdiri dari ; a. Jumlah Penduduk; merupakan Hasil Perapihan (smoothing) Jumlah Penduduk. b. IMR dan e0; merupakan perhitungan tingkat kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup c. TFR dan ASFR; merupakan perhitungan tingkat kelahiran dan Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur Ibu d. Migrasi dan ASNMR; merupakan perhitungan tingkat migrasi dan Migrasi menurut Kelompok Umur Metode Perhitungan ; Komponen Langsung Berdasarkan Data Langsung Komponen Tidak Langsung a. IMR dan e0; menggunakan Metode Trussel. b. TFR dan ASFR; menggunakan Metode Own Children. c. Migrasi dan ASNMR; menggunakan LTSR (Life Table Survival Ratio).
Metode Own Children Ukuran fertilitas yang dihasilkan adalah angka kelahiran menurut umur wanita (Age Specific Fertility Rate atau ASFR). Untuk itu diperlukan matriks tabulasi silang menurut umur anak terhadap ibu kandung. Ibu yang dimaksud adalah wanita usia 15 hingga 55 tahun dan ank usia 0 hingga 15 tahun (UN, 1983)
Metode Trussel Trussel (UN, 1983) juga mengadakan pendekatan dengan cara regresi untuk memperoleh faktor pengalinya. Trussel memakai rasio P1/P2 dan P2/P3 sekaligus yang kemudian dikalikan dengan koefisien tertentu untuk mendapatkan faktor pengalinya. Trussel menyediakan satu set koefisien berdasarkan empat model tabel kematian Coale-Demeny. Selain itu terdapat pula satu set koefisien untuk penghitungan waktu rujukan yang diperkirakan berdsarkan rasio paritas di atas, yang selanjutnya dikonversikan ke kalender masehi
DATA YANG DIBUTUHKAN UNTUK PERHITUNGAN TIDAK LANGSUNG Kelahiran Jumlah Anak Menurut Kelompok Umur Tunggal (dibawah 15 tahun) dan kelompok umur ibur 5 tahunan Jumlah wanita Kawin Menurut Kelompok Umur Tunggal (14 – 65 th) 2. Kematian Jumlah anak yang dilahirkan, yang diklasifikasikan menurut jenis kelamin dan kelompok umur ibu lima-tahunan usia produktif. Jumlah anak yang hidup (atau jumlah anak yang mati), yang diklasifikasikan menurut jenis kelamin dan kelompok umur ibu lima-tahunan usia produktif . Migrasi Jumlah penduduk dua tahun peride menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Sumber perhitungan Perhitungan langsung Dasar-Dasar Demografi (LD FEUI) dan Model Demografi (Prof. IGN Agung) Perhitungan Tidak Langsung Perapihan Umur Manual X, Annex V, UN Kelahiran Manual X, Chapther VIII, UN Kematian Manual X, Chapther III, UN Migrasi Manual III dan Manual Migrasi, UN
BEBERAPA CONTOH ASUMSI YANG DIPERGUNAKAN DALAM FERTILITAS 1. LD FEUI - TFRt = 1.6 - (1.6 - TFR0) x Exp (rt), r <0 - TFRt = TFR0 x Exp (rt), r <0 - Rata - rata diantara keduanya 2. BPS - Y = L + k/(1 + beat) 3. UGM - TK(t) = A.e (-B.t) - TK(t) = A + Bt
BEBERAPA CONTOH ASUMSI YANG DIPERGUNAKAN DALAM MORTALITAS 1. LD FEUI - IMRt = 4.45 - (4.45 - IMR0) x Exp (rt), r<0 (Female) - IMRt = 7.11 - (7.11 - IMR0) x Exp (rt), r<0 (Male) - LMt = 25 - (25 - LM0) x Exp (-rt), r>0 2. BPS - Y = L + k/(1 + beat) 3. UGM - IMRt = IMRo(-B.t) - e0(t) = e0(t) . Ln (Bt)
BEBERAPA CONTOH ASUMSI YANG DIPERGUNAKAN DALAM MIGRASI 1. LD FEUI - Trend 1975 - 1980 - Trend 1985 - 1990 - Rata-rata Keduanya - Diabaikan 2. BPS 3. UGM
Asumsi Proyeksi 1. Asumsi Fertilitas Asumsi fertilitas yang diajukan adalah dengan mengikuti pola pada atau trend pada periode sebelumnya dengan melakukan pembatasan limit 1,6, menggunakan rumus sebagai berikut ; TFRt = 1,6 – (1,6 – TFR0) x Exp (rt), Dimana ; TFR = Total Fertility Rate r = Rate Penurunan TFR t = Periode Proyeksi 0 = Dasar Periode proyeksi
2. Asumsi Mortalitas Asumsi yang digunakan pada perhitugan asumsi mortalitas ini antara laki-laki dan perempuan mempunyai perlakuan yang berbeda yaitu ; IMRt = 4,45 – (4,45 – IMR0) x Exp (rt) (untuk perempuan) IMRt = 7,11 – (7,11 – IMR0) x Exp (rt) (untuk laki-laki) Dimana : IMR = Infant Mortality Rate r = Rate Penurunan IMR t = Periode Proyeksi 0 = Dasar Periode proyeksi
3. Asumsi Migrasi - Pehitungan Langsung berdasarkan data migran masuk dan keluar - Perhitungan Asumsi migrasi didasarkan pada perhitungan Life Time Survival Ratio (LTSR) pada manual III, yaitu perhiutngan didasarkan pada umur probabilitas kelagsungan hidup 10 tahunan atau survivors ratio, dengan perhitungan migrasi didasarkan kelangsungan hidup pada life table. Sedangkan untuk kelompok umur 0 – 4 dan 5 – 9 tahun dilakukan asumsi sebagai berikut ; 0,25 x (rasio penduduk 0 – 4 tahun dengan penduduk perempuan 15-44 th) 0,75 x (rasio penduduk 5 – 9 tahun dengan penduduk perempuan 20 - 49 th)
HASIL PROYEKSI TERLAMPIR
IMPLIKASI KEBIJAKAN Dinamika kependudukan (fertilitas, mortalitas dan migrasi) di masa depan membawa implikasi pada berbagai kebijakan pembangunan. Kebijakan kependudukan di masa mendatang akan dibahas mengenai bidang kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, administrasi kependudukan (KTP) dan sosial.
Kesehatan Sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Pemda Bekasi dalam sektor kesehatan yaitu ”Terwujudnya Masyarakat yang Sehat” melalui (1) peningkatan derajat kesehatan masyarakat;(2) Peningkatan Efisiensi dan efektivitas pelayanan kesehatan; (3) Peningkatan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; (4) Penyehatan lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan informasi tentang jumlah penduduk terutama jumlah penduduk yang termasuk pada kelompok usia balita (usia di bawah 5 tahun), penduduk di usia reproduksi perempuan (15-49 tahun), dan usia lanjut (60 tahun ke atas). Hal ini juga sebagai penunjang program menuju Indonesia Sehat 2010. kesehatan pada ketiga kelompok usia yaitu balita (0-5 tahun), perempuan usia 15-49 tahun dan lansia (usia 60 tahun ke atas) umunya mendapat perhatian khusus karena mereka yang berada pada kelompok usia tersebut sangat rentan terhadap berbagai penyakit sehingga perlu mendapat perhatian khusus
Jumlah Penduduk Membesar: Jawa Barat (Ribu Jiwa) Angka Ketergantungan 44 46 48 50 52 54 35000 40000 45000 50000 55000 60000 2005 2010 2015 2020 2025 Angka Ketergantungan Angka Ketergantungan Jumlah Penduduk Window of Opportunity 2000
Angka Ketergantungan (Dependency Ratio) Jumlah penduduk umur non-produktif yang harus ditanggung oleh penduduk umur produktif - Penduduk umur produktif adalah: pendapatan & tabungan Jawa Barat: Angka ketergantungan paling rendah tahun 2018, sebesar 44,08 Bekasi : Angka ketergantungan paling rendah tahun 2030, sebesar 44,75 Bonus demografi pertama sampai dengan 2018 untuk Jawa Barat dan Bekasi tahun 2030, dan sesudahnya terbuka kesempatan untuk mendapatkan bonus demografi kedua
Bonus: Demographic Dividend Bonus demografi pertama - Fertilitas menurun angka ketergantungan muda menurun - Pendapatan per kapita meningkat - Dalam jangka pendek: konsumsi meningkat Bonus demografi kedua - Fertilitas mencapai titik terendah - Angka ketergantungan tua terus meningkat karena harapan hidup yang terus naik - Kelompok tua merupakan sumber peningkatan pendapatan per kapita jika dapat dipakai dengan tepat - Kelompok penduduk tua yang sehat dan produktif
Bonus Demografi 2018: Jawa Barat dan Bekasi 2030 Persen 70 54 Proporsi Usia Produktif 69 52 68 50 67 48 Angka Ketergantungan 66 46 65 44 2000 2005 2010 2015 2020 2025
Implikasi bagi Visi Strategis Jaminan sosial (social security) - Jaminan hari tua, pensiun Akumulasi tabungan Sumber dana jangka panjang manajemen aset, daya serap sektor keuangan, dampak pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Penduduk Semakin ‘Tua’ Meningkatnya angka harapan hidup Menurunnya fertilitas
Angka Harapan Hidup Cenderung Meningkat Bekasi 2000-2005 : 66,7 tahun 2005-2010 : 68,1 tahun 2010-2015 : 69,3 tahun 2015-2020 : 70,4 tahun 2020-2025 : 71,2 tahun Jawa Barat 2000-2005 : 66,6 tahun 2005-2010 : 69,0 tahun 2010-2015 : 70,9 tahun 2015-2020 : 72,3 tahun 2020-2025 : 73,2 tahun
Angka Kelahiran Cenderung Menurun 2.05 2.10 2.15 2.20 2.25 2.30 2.35 2000 2005 2010 2015 2020 2025 INDONESIA JABAR
Penduduk Muda dan Tua: Jawa Barat dan Bekasi Persen 4 8 12 16 20 24 2005 2010 2015 2020 2025 Proporsi Penduduk Usia 5-14 Proporsi Balita (0-4) Proporsi Balita (0-4 Thn) Proporsi Penduduk 65+ 2000
Kesehatan Balita (5 tahun ke Bawah) Jumlah kelahiran yang masih terus bertambah dari waktu ke waktu tercermin pada jumlah penduduk balita. Wilayah Bekasi, menunjukkan perkembangan jumlah penduduk balita di Bekasi selama 2000-2010, yang terus meningkat, dari 192 778 (2000) menjadi 265 447 (2010). Hal ini tentu menjadi tantangan bagi Pemda setempat untuk menciptakan pelayanan kesehatan terutama bagi balita agar tumbuh kembang mereka berkecukupan gizi. Selain itu, perlu penyediaan sarana dan prasarana kesehatan termasuk tenaga medis, misalnya Puskesmas, yang mudah diakses masyarakat baik tempat maupun harganya.
Kesehatan Reproduksi (15-49 Tahun) Tampak bahwa selama periode 2000-2010 termasuk dalam periode pembangunan jangka menengah, penduduk perempuan usia 15-49 tahun di wilayah Bekasi dari 2000 sampai 2010, jumlahnya terus meningkat. Pada 2000, jumlah penduduk perempuan usia 15-49 tahun sebesar 496 295 jiwa, pada 2010 meningkat menjadi 672 214 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk perempuan di usia reproduksi (15-49 tahun) mengindikasikan perlunya persiapan Pemda setempat dalam pelayanan kesehatan terutama kesehatan perempuan seputar kesehatan reproduksi mereka. Selain kesehatan reproduksi pelayanan Keluarga Berencana juga perlu mendapat perhatian agar jumlah kelahiran tetap dapat dikendalikan. Dalam memfasilitasi kesehatan masyarakat, selain usaha Pemda setempat juga perlu adanya kerjasama dengan pihak swasta.
Kesehatan Lansia (60 tahun ke Atas) Jumlah penduduk lansia di Bekasi meningkat dari 69 692 jiwa (2000) menjadi 137 032 jiwa (2010). Lansia yang sehat dan mandiri serta tetap produktif tentu menjadi harapan semua orang. Dengan tetap produktif, biaya untuk perawatan dan kesehatan mereka tentu dapat dikurangi dan dapat dialihkan pada investasi lainnya, misalnya untuk pendidikan atau untuk membangun tempat penampungan para lansia yang disebut sebagai panti jompo. Di sebagian negara maju, para lansia bahkan dapat membiayai hari tua mereka dengan tabungan semasa muda. Hal ini disebabkan penurunan jumlah kelahiran dan penduduk muda yang harus dibiayai ketika para lansia masih aktif bekerja. Sehingga mereka dapat menabung untuk jaminan hari tua. Hal ini perlu mendapat perhatian Pemda, bagaimana mengatur sistem dan pendanaan jaminan hari tua bagi para lansia yang dapat dilakukan secara swakelola maupun bekerjasama dengan swasta.
Implikasi Bagi Visi Strategis Kesehatan: biaya kesehatan agregat - Biaya kesehatan orang tua > biaya kesehatan balita - Infrastruktur kesehatan - Menciptakan aged population yang sehat dan produktif - Service delivery: sektor publik (e.q. desentralisasi), asuransi Sektor jasa
Implikasi Bagi Visi Strategis Arti urbanisasi Bekasi - Circular migration (dan bukan permanent Migration) - Infrastruktur transportasi bagi urbanisasi di Bekasi Karakteristik perkotan - Infrastruktur: transportasi - Lapangan pekerjaan - Tatakota Energy, Waste, Water, Traffic Management
Pendidikan Pemda Bekasi telah menyusun Rencana Strategis bidang pendidikan yaitu ”Terwujudnya manusia yang cerdas dan berakhlak mulia/ berbudi luhur” , yang berisi empat program antara lain (1) Meningkatkan perluasan dan pemerataan pendidikan; (2) Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan; (3) Mengembangkan sistem dan manajemen pendidikan; (4) Memberdayakan kelembagaan pendidikan menuju kemandirian. Sebagai langkah awal tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan sektor pendidikan, diperlukan informasi tentang penduduk usia sekolah di semua jenjang pendidikan mulai pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu 7-12 tahun, Sekolah Lanjutan Tingkat pertama (SLTP) yaitu 13-15 tahun, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yaitu 16-18 tahun. Informasi tentang penduduk usia sekolah di masa depan bermanfaat untuk menyusun rencana pembangunan sektor pendidikan antara lain pembangunan sarana dan prasarana termasuk fasilitas gedung sekolah dan tenaga pengajar.
Perkembangan Penduduk Usia Sekolah di Bekasi : 2000-2010 Jumlah penduduk usia sekolah di semua jenjang pendidikan SD, SLTP dan SLTA di wilayah Bekasi mengalami pertumbuhan yang cukup berarti setiap tahunnya. Selama 2000-2010, jumlah penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) meningkat dari 216 495 (2000) menjadi 298 074 (2010), pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang pada 2000 berjumlah 91423 naik menjadi 125 856 pada 2010, dan pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dari 99 589 (2000) naik menjadi 137 032 (2010). Meningkatnya jumlah penduduk usia sekolah berarti meningkatnya kebutuhan akan fasilitas gedung sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar dan guru sebagai tenaga pengajar. Hal ini berkaitan dengan kualitas lulusan. Dengan tercukupinya kebutuhan gedung sekolah dan tenaga pengajar maka jumlah siswa pada setiap kelasnya dapat dibatasi dan tidak berlebihan. Suasana belajar lebih terasa nyaman dan setiap guru tidak harus mengawasi banyak siswa. Kualitas anak didik lebih terjamin dengan jumlah siswa yang lebih sedikit di setiap kelas.
Selanjutnya, sesuai program Pemda Bekasi di bidang pendidikan yang salah satunya berisi meningkatnya perluasan pendidikan dan pemerataan pendidikan, dapat diwujudkan melalui penurunan biaya pendidikan bagi siswa dari keluarga kurang mampu, atau memberikan kesempatan pada mereka yang berpotensi namun kurang mampu, agar dapat memperoleh pendidikan secara gratis. Sedangkan program pemberdayaan kelembagaan pendidikan menuju kemandirian dapat diwujudkan melalui manajemen kelembagaan pendidikan yang lebih profesional di bidangnya sehingga dapat menciptakan kualitas pendidikan dan mampu bersaing baik di dalam maupun di luar wilayah.
KETENAGAKERJAAN Perluasan kesempatan kerja merupakan isu yang sangat penting dalam bidang ketenagakerjaan karena dengan menciptakan kesempatan kerja berarti meningkatkan kesejahteraan penduduk. Sementara itu ada kecenderungan jumlah penduduk usia produktif akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kabupaten Bekasi diproyeksikan akan terus meningkat dari 1.092.347 tahun 2000 menjadi 1.503.429 pada tahun 2010. Peningkatan jumlah penduduk usia produktif ini membawa implikasi pada perlunya penciptaan kesempatan kerja, terutama di sektor industri dan perdagangan. Menurut data dari BPS Kabupaten Bekasi tahun 2002, terlihat bahwa sektor industri menyerap 176.557 atau 29,4 persen diikuti oleh sektor perdagangan (151.135 atau 25,2 persen), sektor pertanian (129.157 atau 21,5 persen) dan sektor jasa (92.058 atau 15,3 persen)[1]. Kondisi di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian kurang diminati dibandingkan dengan sektor industri dan perdagangan. Hal ini bisa dimengerti karena Kabupaten Bekasi merupakan kota satelit Jakarta dimana industri dan perdagangan merupakan penopang utama perekonomian.
Data BPS Kabupaten Bekasi tahun 2001-2003 menunjukkan bahwa komposisi pencari kerja didominasi oleh lulusan SMA baik umum maupun kejuruan[1]. Jumlah penduduk usia SLTA ini diproyeksikan akan terus meningkat dari 99.589 pada tahun 2000 menjadi 137.032 pada tahun 2010. Dengan demikian, jumlah tersebut jika lulus memerlukan perhatian pemerintah Kabupaten Bekasi untuk menyediakan lapangan pekerjaan atau menyediakan sarana pelatihan keterampilan. Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, selain pendidikan formal pendidikan informal seperti pelatihan-pelatihan jangka pendek yang sesuai dengan kebutuhan industri perlu dilakukan terutama bagi mereka yang lulusan sekolah menengah. Di masa depan Dinas Tenaga Kerja Kabuten Bekasi dapat menyediakan pelatihan keterampilan dengan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri bagi lulusan sekolah menengah tersebut dengan dana yang diambil dari anggaran daerah. Selain itu, Dinas Tenaga Kerja dapat mendorong berdirinya lembaga-lembaga pelatihan swasta untuk melatih tenaga kerja lulusan sekolah menengah agar mereka dapat terserap di industri. .
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN implikasi jumlah penduduk di masa depan dengan ketersediaan kartu tanda penduduk (KTP). Setiap warga negara wajib memiliki KTP sebagai kartu identitas diri. Di negara-negara maju kartu identitas diri sudah terintegrasi dengan pelayanan sosial lainnya seperti pelayanan jaminan sosial, jaminan kesehatan, tunjangan pensiun dsb. Berdasarkan hasil proyeksi, penduduk usia 17 tahun yaitu yang pertama kali memiliki KTP berjumlah 33.967 pada tahun 2000 dan diproyeksikan menjadi 46.748 pada tahun 2010. Dengan demikian pemerintah perlu mengantisipasi untuk menerbitkan sekitar 47 ribu KTP. Selain itu perlu juga disiapkan formulir aplikasi dan kartu keluarga.
SOSIAL Dalam Rencana Strategis Kabupaten Bekasi tahun 2005-2009 bidang sosial disebutkan bahwa sasarannya adalah terwujudnya kesejahteraan bagi keluarga miskin, anak terlantar, anak yatim, lanjut usia, dan penyandang cacat. Berkaitan dengan penduduk lanjut usia, seperti disebutkan di sub bab sebelumnya, jumlah pada tahun 2010 mencapai 52.470 atau meningkat (37 persen) dari tahun tahun 2000 yang jumlahnya 38.135. Mengingat jumlah penduduk lansia akan terus meningkat, di masa depan pemerintah perlu menyediakan berbagai sarana yang menunjang aktivitas penduduk lansia. Saat ini mungkin hampir semua fasilitas yang dibangun kurang memperhatikan kebutuhan penduduk lansia. Dalam sistem transportasi, bus, kereta, dan angkot, misalnya, tidak didesain untuk kebutuhan lansia, sehingga bagi penduduk lansia yang ingin bepergian sendiri tentu sangat berisiko terjadi kecelakaan. Gedung-gedung yang dibangun pemerintah ataupun swasta tidak menyediakan fasilitas untuk penduduk lansia, misalnya toilet. Banyak gedung yang fasilitas toiletnya tidak sesuai dengan kondisi fisik penduduk lansia. Untuk itu, pemerintah daerah perlu mulai memikirkan kebijakan yang memperhatikan kebutuhan lansia.
terima kasih