Oleh : Alvian Kahartono Hedi Agih Weharima Reni Intan Puji Astuti Pembelajaran Kooperatif sebagai Penunjang Perkembangan Pendidikan di Wilayah Tertinggal Oleh : Alvian Kahartono Hedi Agih Weharima Reni Intan Puji Astuti
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam rangka mencetak generasi penerus yang unggul dan dapat bersaing di dunia luar. Oleh karena itu, pemerataan pendidikan di Indonesia haruslah sama. Namun, fakta yang ada sekarang, pemerataan pendidikan belumlah sepenuhnya sama terutama pendidikan pada daerah terpencil. Berbagai persoalan pendidikan di daerah terpencil tentunya tidak terlepas dari buruknya sistem pemerataan pendidikan di Indonesia.
Untuk menumbuhkan kembali motivasi belajar para siswa tersebut dibutuhkan pembelajaran yang baik dari guru. Pembelajaran yang kooperatif juga dibutuhkan untuk melengkapi proses pembelajaran agar menjadi lebih baik.
Pembelajaran Kooperatif sebagai Penunjang Perkembangan Pendidikan di Wilayah Tertinggal Pembelajaran kooperatif sebagai penunjang perkembangan pendidikan haruslah diberikan kepada siswa untuk membangkitkan motivasi belajar mereka terutama pada siswa yang berada di wilayah tertinggal. Oleh karena itu, para guru di sekolah harus bisa menerapkan model pembelajaran yang kooperatif agar siswa tersebut dapat tertarik untuk mengikuti pelajaran di sekolah.
Model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan lingkungan sekolah tersebut juga dapat menjadi suatu nilai tersendiri untuk mewujudkan sistem pembelajaran yang baik untuk siswa. Model pembelajaran tersebut dibuat semenarik mungkin seperti dibuat suatu permainan dalam sebuah kelas tetapi tidak terlepas dari rancangan pembelajaran yang sudah disusun. guru juga diharapkan lebih aktif dalam membimbing siswanya untuk mengikuti setiap pelajaran yang dipelajari.
Dampak Pembelajaran Kooperatif pada Perkembangan Pendidikan di Wilayah Tertinggal a. Dampak Positif Dampak pembelaaran kooperatif pada perkembangan pendidikan khususnya untuk wilayah tertinggal sangatlah bervariasi. Pembelajaran yang berjalan dengan baik dapat membuat anak-anak menjadi termotivasi untuk mengikuti setiap pelajaran di sekolah tersebut.
Guru juga akan ikut termotivasi untuk menjadi semakin lebih baik dalam mendidik siswa tersebut. Guru akan lebih kreatif dan imajinatif dalam membuat media pembelajaran yang cocok dengan lingkungan sekolah dari bahan yang seadanya tetapi dapat menjadi sebuah media pembelajaran yang dapat membuat minat siswa yang berada diwilayah tertinggal yang notabene kurang termotivasi belajar menjadi semakin tertarik dan berminat untuk mengikuti setiap pelajaran di sekolah.
Para guru akan mendapat pengakuan baik dari masyarakat sekitar, orang tua siswa maupun nantinya dari pemerintah. Orang tua siswa yang dulunya meremehkan anak-anaknya untuk bersekolah justru sebaliknya akan memotivasi anak-anaknya untuk bersekolah kembali. Kualitas siswa lambat laun akan menjadi naik dan akan sesuai dengan harapan para guru dan orang tua.
b. Dampak Negatif Dampak negatif akan muncul jika proses pembelajaran kooperatif tersebut gagal dilaksanakan. Pembelajaran yang tidak menarik dari guru akan menghilangkan motivasi yang telah didapat siswa dari rumah.
Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
Guru akan tidak dapat pengakuan dari orang tua siswa karena mereka dapat dikatakan telah gagal menerapkan ilmu mereka kepada para siswanya. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Orang tua siswa tidak akan percaya lagi tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya sendiri.