Indonesian International Coffee Symposium – IICS 2014 PERANAN, HARAPAN DAN TANTANGAN KOMODITAS KOPI BAGI PEREKONOMIAN RAKYAT DI DATARAN TINGGI GAYO Disampaikan Oleh: Ir. H. Nasaruddin, MM Pada Acara Indonesian International Coffee Symposium – IICS 2014 Banda Aceh, 20 November 2014
“Sekilas Perjalanan Kopi Arabika ke Dataran Tinggi Gayo.” Tahun 1699: tanaman kopi arabika (coffea arabica L.) masuk ke Indonesia tepatnya ke Pulau Jawa. Setelah jalur jalan Bireuen-Takengon selesai dibangun pada tahun 1913, maka pada tahun 1924 kopi arabika mulai dibudidayakan diperkebunan Paya Tumpi.
Dinamika pengelolaan kopi di Dataran Tinggi Gayo Membaiknya harga jual komoditi kopi arabika, lahan potensial mulai dibuka. Animo masyarakat yang demikian besar untuk menggantungkan hidupnya dari komoditi kopi, didukung Pemerintah melalui Ditjen Perkebunan melaksanakan Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor (PRPTE) selama Pelita III (1978-1983).
Peranan Kopi Bagi Perekonomian Rakyat (1) Hal yang paling fantastis saat itu adalah perbaikan mutu dan sistem pemasaran dengan membangun sebuah unit pengolahan hasil skala besar di Desa Pondok Gajah yang dikenal dengan nama PD Genap Mupakat, produknya adalah Gayo Mountain Coffee. Keberadaan unit ini dimaksudkan sebagai lembaga yang bertugas membeli kopi gelondong merah dari petani untuk selanjutnya diolah menjadi kopi yang siap dipasarkan ke LN. Sejak itu terjadi alih teknologi kepada petani dan barulah masyarakat bisa menikmati harga, aroma dan cita rasa tinggi dari kopi arabika yang diolah dengan teknologi.
Peranan Kopi Bagi Perekonomian Rakyat (2) Dataran Tinggi Gayo yg memiliki lahan kopi seluas 48.300 ha di Aceh Tengah, 39.490 ha di Bener Meriah, dan 7.800 ha di Gayo Lues dengan jlh petani mencapai 66.101 KK. Nama kopi arabika gayo mulai melejit setelah memperoleh Indikasi Geografis (IG). Masyarakat mulai bisa mecicipi nikmatnya kopi arabika yg diolah menjadi cafelate, capucino, espresso dll. Datanglah ke Gayo jika ingin Ngopi ditengah ladang kopi.
Indikasi Geografis (IG) dan Harapan terhadap Kopi Arabika Gayo Kopi arabika gayo sangat diminati oleh konsumen di AS, Eropa, Asia terutama dan Jepang dan Australia, krn memiliki aroma khas dgn perisa (flavor) kompleks dan kekentalan (body) yang kuat. Hasil uji citarasa (cupping test) kopi arabika gayo memperoleh nilai antara 86-90 sehingga dikategorikan kopi speciality.
Tantangan Komoditas Kopi Arabika Gayo Keistimewaan kopi arabika Gayo sudah mendapat perlindungan yaitu dengan Indikasi Geografis (IG). IG telah diserahkan Menkumham pd pertengahan 2010 lalu. Efeknya, permintaan kopi arabika Gayo terus meningkat. Ekspor kopi arabika Gayo (yg SPEK diterbitkan di Aceh Tengah) Januari s.d September 2014 sebanyak 7.000 ton dg nilai US$ 39, 9 juta (US$ 5,7/kg AS adalah pengimpor kopi arabika Gayo terbesar sebanyak 3.707 ton.
Perlindungan Indikasi Geografis (IG) terhadap Kopi Arabika Gayo No: ID G 000000005
Tantangan: Melindungi kopi arabika gayo melalui Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang Tujuan Pasar Lelang untuk menciptakan sistem perdagangan yang lebih baik melalui mekanisme pembentukan harga dan peningkatan efisiensi pemasaran. Pasar lelang itu akan mempertemukan berbagai kepentingan penjual dan pembeli, dan saling menguntungkan. Multiplier effect pasar lelang adalah akan meningkatnya arus kunjungan ke Takengon baik oleh pedagang maupun peninjau. Pastinya, mereka butuh hotel, restoran, transportasi tak terkecuali guide.
Tantangan: Melindungi kopi arabika gayo melalui Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang Sistem resi gudang sudah umum berlaku di kalangan petani, khususnya utk komoditi padi dan kopi. Petani sering menyimpan padi atau kopi di gudang penggilingan dengan tanda terima secarik kertas (resi). Kapan petani itu memerlukan beras, dia bisa mengambilnya di penggilingan itu. Dengan sistem resi gudang yang dijamin oleh Bank, begitu petani menyimpan barangnya di gudang, resi yang diterimanya bisa dijadikan agunan untuk meminjam di bank. Dengan sistem ini, tidak terjadi lagi tunggakan pembayaran kpd petani, dan pihak gudang bisa menetapkan standar kualitas.
Tantangan: Climate Change dan Kemungkinan Menurunnya Produksi Analisis data iklim Aceh Tengah tahun 2011 telah terjadi perubahan suhu dari tahun 1940 ke 2009 sebesar 2,62ºC atau 0.05ºC per tahun. Kenaikan suhu menyebabkan fauna yang hidup didaerah pegunungan akan migrasi ke daerah yang lebih tinggi. Sementara spesies yang tinggal di puncak gunung akan mengalami kepunahan. Jenis-jenis penyakit/hama pada tanaman kopi yang disebabkan oleh iklim antara lain karat daun, penggerek buah dan penggerek batang. (Sumber: Dr. Ir. Ashabul Anhar MSc, 2011)
TERIMA KASIH