SEKSI P2P BIDANG BINA PMK DINKES PROV. SUMSEL 2016

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
POSYANDU BALITA RIWANTO, SKM.
Advertisements

Sistem Informasi Kesehatan
Tujuan Pengaturan Upaya Kesehatan Anak:
PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Sekilas tentang Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit dan Metode Pelatihan.
MTBS MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
EPIDEMIOLOGI ISPA M. Atoillah.
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS TOPIK 7
INDIKATOR PEMANTAUAN Sasaran yang di gunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun, dengan prinsip konsep wilayah - maka untuk PWS Provinsi memakai.
SUBDIT ISPA DITJEN PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN
Titus Priyo Harjatmo, M,.Kes Slide Diambil Dari Direktorat Gizi
Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buru
ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL LANSIA
Dr. Henny Hanna, Sp.KFR, MARS, PhD. Program Majelis Kesehatan (Divisi Pelayanan) merupakan kesepakatan MUKTAMAR ke-47 di Makassar pada tanggal 2 – 7 Agustus.
SISTEM INFORMASI PUSKESMAS DI LINGKUP PROGRAM KESMAS
TATALAKSANA PEMANTAUAN INDIKATOR DIT BINA OBAT PUBLIK
Feedback Sistem Informasi SDM Kesehatan
Kebijakan Registrasi Tenaga Kesehatan Indonesia
Sistem Informasi manajemen puskesmas
PANDUAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PROGRAM P2PTM TAHUN 2017
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN FORM LB-1
PUSKESMAS VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN LB-3 (2)
Pertemuan ke-11 Simpus Puskesmas Gambaran Umum Puskesmas
ELIMINASI MALARIA DI BANYUMAS 2015
PROGRAM KIA Kesehatan Ibu dan Anak.
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3)
Kabupaten/Kota yang telah Menginisiasi KLA sampai Tahun 2014
SISTEM INFORMASI PUSKESMAS
DATA KELULUSAN SERTIFIKASI GURU TAHUN 2007 S.D 2010
ILMU KESMAS X (PROGRAM2 KESEHATAN)
Epidemiologi-Susanto, 2012
Pengendalian Penyakit Menular Ketika Bencana
Kasubdit Bina Gizi Makro
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI PULAU KALIMANTAN
PENGELOLA PERENCANAAN KEBUTUHAN SDMK PROV/KAB/KOTA
DEFINISI BAKU GT adalah guru tersedia yaitu jumlah guru yang ada dikurangi jumlah guru pensiun/mutasi/meninggal JM adalah jumlah murid/siswa yang ada (untuk.
EPIDEMIOLOGI DIARE by WIDYA HC.
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
KONSEP KEBIDANAN KOMUNITAS
Di sampaikan pada pertemuan Bidan Jember tgl 21 November 2017
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
SEMINAR PUSKESMAS BUGANGAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
INSTITUSI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN 11
PENERAPAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TERPADU SUCI SRI WAHYUNI A1.
Dalam Penanggulangan Bencana
PENINGKATAN KUALITAS KUNJUNGAN NEONATUS MELALUI ALGORITMA MTBM
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA  ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang terjadi secara tiba-tiba, mulai dari hidung sampai gelembung.
KONSEP KEBIDANAN KOMUNITAS
Sistem Informasi manajemen puskesmas
Direktur Perlindungan Hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura
EVALUASI PENYERAPAN ANGGARAN PERCEPATAN PENDAFTARAN VARIETAS LOKAL
Definisi Sistem : Sekumpulan komponen yang bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan Sistem Informasi : Sekumpulan komponen yang bekerja sama untuk.
SURVEILANS KETIKA BENCANA
Tahun Pencatatan dan Pelaporan merupakan instrumen vital dalam sistem kesehatan Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun.
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA  ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang terjadi secara tiba-tiba, mulai dari hidung sampai gelembung.
DRAFT PANDUAN PELAYANAN NIFAS PADA IBU DAN BAYI BARU LAHIR Direktorat Kesehatan Keluarga Februari 2018.
ASUHAN PADA BAYI BALITA SAKIT DENGAN PENDEKATAN MTBM-MTBS
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3)
KESEHATAN ANAK di indonesia
Sistem Informasi manajemen puskesmas
PELAYANAN DI PUSKESMAS
EPIDEMIOLOGI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
EPIDEMIOLOGI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
Upaya akselerasi pencapaiaN SDGs. SDGs ( Sustainable Development Goals ) sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan.
InfeksiSaluranPernafasanAkut (ISPA). Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) Akut 1. PENGERTIAN 2. FAKTOR PENYEBAB 3. KLASIFIKASI ISPA 4. FAKTOR AGEN, HOST,
PEN DAHULU AN MENGAPA UPAYA KESEHATAN KERJA PENTING ? Pekerja kemungkinan akan mendapat masalah terkait pekerjaan dan lingkungan pekerjaan disamping masalah.
Transcript presentasi:

SEKSI P2P BIDANG BINA PMK DINKES PROV. SUMSEL 2016 MANAJEMEN PENGENDALIAN ISPA SEKSI P2P BIDANG BINA PMK DINKES PROV. SUMSEL 2016

DASAR HUKUM PENGENDALIAN ISPA Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1537A/MENKES/SK/XII/2002 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Penanggulangan Pneumonia Pada Balita

R e v i e w INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA): PNEUMONIA: INFEKSI AKUT YANG MENYERANG SALAH SATU BAGIAN/LEBIH DARI SALURAN NAPAS MULAI HIDUNG-ALVEOLI TERMASUK ADENEKSANYA (SINUS, RONGGA TELINGA TENGAH, PLEURA) PNEUMONIA: INFEKSI AKUT YANG MENGENAI JARINGAN PARU-PARU (ALVEOLI).

Penyebab kematian bayi 0-12 bulan Penyebab kematian bayi 13-59 bulan Meningtis, 4.5 % Tidak diketahui penyebabnya, 5.5 % Tidak diketahui penyebabnya, 3.7 % Tetanus, 1.5 % Kelainan Kongenital, 5.7 % Meningtis, 5.1 % Kelainan Kongenital4.9 % Pneumonia, 12.7 % Masalah Neonatal 46,2 % Pneumonia, 13.2 % Masalah Neonatal 36 % Diare, 15 % Tetanus, 1.7 % Diare, 17.2 % Penyebab Kematian Masalah Neonatal : Asfiksia, BBLR & Infeksi Neonatus Masalah Infeksi : Pneumonia, Diare Masalah Gizi kurang & Gizi Buruk Sumber : Riskesdas 2007 6

Ruang Lingkup Pengendalian ISPA Pengendalian Pneumonia Balita  Pneumonia pembunuh balita No. 2 (13,2 %) setelah Diare (17,2 %)_ Riskesdas 2007. Angka cakupan penemuan Pneumonia Balita masih rendah Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluran pernapasan lainnya yang berpotensi wabah  Misalnya, kasus Flu Burung (FB) (2005), Virus Influenza Baru, H1N1 (2010) Pengendalian ISPA pada umur > 5 thn  Surveilans Sentinel Pneumonia di 20 provinsi masing-masing 2 kab/kota. Kelengkapan dan ketepatan laporan masih rendah. Faktor Resiko ISPA  kebakaran hutan dan asap, bencana alam dan status gizi. Data mengenai hubungan antara faktor resiko dengan kejadian kasus Pneumonia belum tersedia sehingga pengendalian ISPA belum dilaksanakan secara komprehensif

Upaya Pengendalian Pneumonia Balita Diagnostik, Kuratif Promotif Preventif Imunisasi : DPT, Campak, Hib, Pneumokok (belum jadi program) Diagnostik : Hitung nafas & lihat TDDK, Kadar O2 Kuratif : Antibiotik, O2 terapi ANC, ASI eksklusif, Gizi, PHBS, polusi udara Deteksi dini -

SASARAN & TARGET PENGENDALIAN ISPA Sasaran: Balita Target 2010 – 2016: 2012: 80% 2013: 90% 2014: 100% 2015 : 100 % 2016 : 100 %

PERHITUNGAN TARGET CAKUPAN TAHUNAN CONTOH PERHITUNGAN: Perkiraan jumlah Balita = 10% dari jumlah penduduk Angka insidens Pneumonia Balita = 3,61 % dari jumlah Balita Kota Palembang 250.000 jiwa Perkiraan jumlah Balita: 10% x 250.000 = 25.000 Target penemuan pneumonia Balita per tahun: 3,61 % (insidens) x 25.000 = 903 (± 76 org per bulan) Puskesmas A : 36.000 jiwa Perkiraan jumlah Balita: 10% x 36.000 = 3600 Target penemuan pneumonia Balita per tahun: 3,61 % (insidens) x 3.600 = 130 ( 11 org per bulan) CATATAN: Gunakan data penduduk 1 th sebelumnya untuk tahun berikutnya. Pilih salah satu sumber saja (BPS atau Data Pemda)  jangan dirubah di tahun berjalan walau ada data terbaru

1. ADVOKASI & SOSIALISASI Advokasi & sosialisasi P2 ISPA pada pengambil kebijakan Sosialisasi pd petugas kesehatan Pembentukan Forum Kemitraan  Pokja & fungsionalisasi Pokja (organisasi kewanitaan, organisasi kemasyarakatan, LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama. Organisasi profesi (IDI, PPNI, IBI, IDAI, HAKLI), swasta, pemerintah daerah. Pertemuan forum berkala dan penyuluhan/ KIE

2. PENEMUAN & TATALAKSANA PNEUMONIA Penemuan penderita (pasif dan aktif) dan tatalaksana Pemberdayaan masyarakat Fasilitasi kasus pneumonia berat yang memerlukan rujukan. Review cakupan penemuan pneumonia balita Merujuk kasus Pneumonia Berat Care Seeking

TATALAKSANA STANDAR PNEUMONIA BALITA Mengenali 2 KELOMPOK UMUR SASARAN PROGRAM <2 BULAN 2 BULAN-< 5 TAHUN Ketrampilan “LIHAT dan DENGARKAN” TANDA BAHAYA TANDA PNEUMONIA (BERAT) Kemampuan KLASIFIKASI dan TINDAKAN PENY.SANGAT BERAT PNEUMONIA BERAT PNEUMONIA BATUK BUKAN PNEUMONIA PENGOBATAN & RUJUKAN KONSELING BAGI IBU ANTIBIOTIK ORAL-INJEKSI BRONKHODILATOR MEMBAIK TINDAK LANJUT 2 HARI PNEUMONIA TETAP MEMBURUK

KLASIFIKASI & TINDAKAN UTK ANAK BATUK & ATAU SUKAR BERNAPAS UMUR < 2 BLN dan 2 BLN - <5 THN 16

KLASIFIKASI PENYAKIT <2 BLN TANDA Ada napas cepat: >60x/mnt atau Ada tarikan dinding dada bag. bawah ke dalam yang kuat (TDDK kuat) TIDAK ADA NAPAS CEPAT DAN TIDAK ADA TDDK KLASIFIKASI PENYAKIT SANGAT BERAT BATUK BUKAN PNEUMONIA TINDAKAN Rujuk segera ke RS Antibiotik 1 dosis obati demam, jika ada Obati wheezing, jika ada Anjurkan tetap memberikan ASI Beri nasehat cara perawatan di rumah/ jaga bayi tetap hangat Teruskan pemberian asi & beri asi lebih sering Bersihkan hidung bila tersumbat ANJURKAN KEMBALI KONTROL BILA: Keadaan bayi memburuk/ parah Napas menjadi cepat Bayi sulit bernapas Bayi sulit untuk minum 17

KLASIFIKASI PENYAKIT 2 BLN-<5TH TANDA ADA TARIKAN DINDING DADA BAG.BAWAH KE DALAM (TDDK) TIDAK ADA TDDK ADA NAPAS CEPAT: 2BL-<12BL: >50x/MNT 1TH-<5TH: >40x/MNT DAN TIDAK ADA NAPAS CEPAT KLASI- FIKASI PNEUMONIA BERAT PNEUMONIA BATUK BUKAN PNEUMONIA TINDAKAN RUJUK SEGERA AB 1 DOSIS BILA JAUH DARI SARANA RUJUKAN BILA DEMAM, OBATI BILA WHEEZING, RAWAT DI RUMAH AB 3 HARI Kontrol Ulang 2 HARI/ LEBIH CEPAT JIKA BATUK >3 MINGGU, RUJUK PEMERIKSAAN LANJUTAN BILA DEMAM, OBATI BILA WHEEZING, OBATI 18

4 PERBEDAAN TATALAKSANA BAYI <2 BLN & UMUR 2 BLN - <5 THN tanda bahaya Kurang mau minum, demam, dingin, wheezing Tidak bisa minum, gizi buruk Batasan napas 60 x /menit 40 x/ menit 50 x/ menit TDDK TDDK kuat Klasifikasi & tindakan pneumonia berat Pneumonia berat & pneumonia 19

KASUS 1 : anto Ibu Anto membawa anaknya umur 1 tahun ke Puskesmas pembantu karena batuk 1 minggu & sekarang mengalami kesulitan bernapas. Anto tidak kejang & tidak demam. Waktu diperiksa Anto bernapas 63x/mnt, dada bagian bawah tertarik ke dalam ketika menarik napas. Tidak ada suara berisik ketika bernapas. Anto nampak lesu, tetapi masih bereaksi terhadap suara sekitarnya, BB sesuai umur. 20

Jawaban kasus 1 1 7 1 63 √ √ √ amoksiciln 2 √ √

KLASIFIKASI PENYAKIT 2 BLN-<5TH TANDA ADA TARIKAN DINDING DADA BAG.BAWAH KE DALAM (TDDK) TIDAK ADA TDDK ADA NAPAS CEPAT: 2BL-<12BL: >50x/MNT 1TH-<5TH: >40x/MNT DAN TIDAK ADA NAPAS CEPAT KLASI- FIKASI PNEUMONIA BERAT PNEUMONIA BATUK BUKAN PNEUMONIA TINDAKAN RUJUK SEGERA AB 1 DOSIS BILA JAUH DARI SARANA RUJUKAN BILA DEMAM, OBATI BILA WHEEZING, RAWAT DI RUMAH AB 3 HARI Kontrol Ulang 2 HARI/ LEBIH CEPAT JIKA BATUK >3 MINGGU, RUJUK PEMERIKSAAN LANJUTAN BILA DEMAM, OBATI BILA WHEEZING, OBATI 22

KASUS 2 : Jesica Bayi Jesica, 13 hari, tidak mau menetek seperti biasanya. Bayi waktu lahir mengalami kesulitan lahir dan masa persalinannya lama. Tidak ada kejang, agak lemah, tidur terus & sulit dibangunkan. Pada hitung napas pertama = 62x/mnt. Hitung napas kedua = 55x/mnt, ada tarikan ringan pada dinding dada bagian bawah. Tidak terdengar suara berisik pada napasnya. Bayi nampak mengantuk & tidak terbangun waktu digoyang-goyang, waktu diraba tidak terlalu demam atau dingin 23

Jawaban kasus 2 Umur 13 hari, kurang mau minum. Riw. kesulitan lahir dan masa persalinannya lama. Kejang(-), kesadaran menurun. Hitung napas pertama = 62x/mnt. Hitung napas kedua = 55x/mnt, TDDK ringan. Stridor (-) demam (-) dingin (-) Klasifikasi : Penyakit sangat berat

KASUS 3 : AGUS Agus berumur 3 minggu. Ibu membawanya ke Puskesmas krn batuk, kejang(-). Bayi menetek lambat tapi cukup banyak. Pada waktu diperiksa TDDK (-) & tidak terdengar suara berisik pada napasnya. Pada perhitungan napas yang pertama 60x/mnt, kedua = 52x/mnt. Agus sadar, suhu 37,8ºC 25

Jawaban kasus 3 umur 3 minggu. Batuk (+) kejang(-). TDDK (-) stridor (-). Perhitungan napas yang pertama 60x/mnt, kedua = 52x/mnt. sadar suhu=37,8ºC

Jawaban kasus 3 3 mgg 52 √ √ √ ASI lebih sering

upaya pencegahan penularan 3. Pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan dan perawatan LUARAN Tenaga ibu/pengasuh balita yang mampu memberi pengobatan pertama penderita ispa dan upaya pencegahan penularan JENIS KEGIATAN Kunjungan rumah, pemberdayaan kader posyandu, buku saku pengawasan dan pengobatan pneumonia balita, penyusunan pedoman pemberdayaan keluarga dan kader, serta peningkatan peran kader dalam P2 ISPA

4. MANAJEMEN LOGISTIK LUARAN ketersediaan : firstline drugs, oksigen konsentrator, sound timer, media promosi, standar obat dan alat kesehatan yang harus tersedia di upk atau rs rujukan KEGIATAN Penyediaan : Obat standar ISPA, oksigen, sound timer, obat dan alat kesehatan di rs atau upk rujukan, penetapan standar obat dan alat kesehatan di rs atau upk rujukan, serta pemantauan logistik

PARASETAMOL 500 MG Amoxicilin syrup 125 MG, 250 MG POSYANDU FIRSTLINE DRUGS : PARASETAMOL 500 MG Amoxicilin syrup 125 MG, 250 MG SOUND TIMER TK. PUSKESMAS 3 BUAH: PUSTU, BIDAN DESA, DAN POSYANDU

5. PENINGKATAN SDM LUARAN TENAGA KESEHATAN TERDIDIK DAN TERLATIH UNTUK DIAGNOSA DAN TATALAKSANA, SERTA MANAJEMEN OBAT DAN ALKES JENIS KEGIATAN PRE SERVICE TRAINING, PELATIHAN TENAGA KESEHATAN

JENIS PELATIHAN UNTUK TENAKES TOT Tatalaksana Pneumonia Balita Pelatihan Manajemen Program Pengendalian ISPA Pelatihan Promosi Pengendalian Pneumonia balita Pelatihan Autopsi Verbal Pelatihan ISPA untuk non tenakes

6. SUPERVISI LUARAN PRINSIP SUPERVISI data umum wilayah, capaian target, logistik, tenaga terlatih,laporan bimtek dan rencana tindak lanjut PRINSIP SUPERVISI Pelaksanaan supervisi 85% merupakan kegiatan pembinaan/ bimbingan dan 15% merupakan kegiatan penilaian (evaluasi) Melakukan identifikasi masalah yang bersifat administrasi maupun teknis Melakukan diskusi untuk menemukan pemecahan masalah Dilakukan secara berkesinambungan dgn menggunakan alat (tools) supervisi berupa checklist dengan disertai pemberian umpan balik dan pelaksanaan tindak lanjut.

7. PENCATATAN DAN PELAPORAN P2 ISPA PLG , 19 Februari 2016 7. PENCATATAN DAN PELAPORAN P2 ISPA

ALUR PENCATATAN DAN PELAPORAN PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS LAP. RUTIN BULANAN P2 ISPA STEMPEL P2 ISPA KARTU PENDERITA/ FORM PENCATATAN MTBS REGISTER HARIAN PENDERITA ISPA di PUSKESMAS LAP. SENTINEL SURV.PNEU SEMUA UMUR TATALAKSANA STANDAR & KLASIFIKASI P2 ISPA Catatan: 2013  Surv ISPA Berat berbasis Lab. di 6 RS di 6 prov

WAKTU PELAPORAN Pusk  Kab/Kota (selambat2nya tgl 5 tiap bulan) Kab/Kota  Provinsi (selambat2nya tgl 10 tiap bln) Provinsi  Pusat (selambat2nya tgl 15 tiap bln) TENGGAT PENGIRIMAN LAPORAN LENGKAP TAHUNAN AKHIR BULAN FEBRUARI TAHUN BERIKUTNYA

TARGET NASIONAL INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 PROSES 20 30 40 50 60 OUTPUT 100 RPJMN

Prosentase Puskesmas yang melaksanakan Tatalaksana Standar INDIKATOR PROSES Jumlah balita batuk atau kesukaran bernapas yang dihitung napas atau dilihat TDDK Prosentase Puskesmas yang melaksanakan Tatalaksana Standar = X 100% Jumlah kunjungan balita dengan batuk atau kesukaran bernapas

Cakupan Penemuan Pneumonia Balita INDIKATOR OUTPUT Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan pada tempat dalam kurun waktu 1 tahun Cakupan Penemuan Pneumonia Balita = X 100% Jumlah perkiraan kasus pada tempat dalam kurun waktu 1 tahun

Perkiraan Kasus Pneumonia NO PROVINSI PERKRAAN KASUS 1 Aceh 4.46 18 Nusa Tenggara Barat 6.38 2 Sumatera Utara 2.99 19 Nusa Tenggara Timur 4.28 3 Sumatera Barat 3.91 20 Kalimantan Barat 2.12 4 Riau 2.67 21 Kalimantan Tengah 4.37 5 Jambi 3.15 22 Kalimantan Selatan 5.53 6 Sumatera Selatan 3.61 23 Kalimantan Timur 2.86 7 Bengkulu 2.00 24 Sulawesi Utara 2.68 8 Lampung 2.23 25 Sulawesi Tengah 5.19 9 Kep. Bangka Belitung 6.05 26 Sulawesi Selatan 3.79 10 Kepulauan Riau 3.98 27 Sulawesi Tenggara 3.84 11 DKI Jakarta 4.24 28 Gorontalo 4.84 12 Jawa Barat 4.62 29 Sulawesi Barat 4.88 13 Jawa Tengah 30 Maluku 3.74 14 DI Yogyakarta 4.32 31 Maluku Utara 2.29 15 Jawa Timur 4.45 32 Papua Barat 2.88 16 Banten 4.12 33 Papua 2.80 17 Bali 2.05   NASIONAL 3.55

INDIKATOR – CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA Sasaran per bulan = 3,61 % x (10% x Jml Penddk) 12 CAKUPAN = Jmlh pdrt pneumonia yg ditemukan & diobati x 100% Sasaran per bulan

VARIABEL TAMBAHAN LAP. BULANAN P2 ISPA PUSKESMAS 2015

LAP. BULANAN P2 ISPA KABUPATEN 2015

peran lintas program dan lintas sektoral terkait JENIS KEGIATAN 8. KEMITRAAN & JEJARING LUARAN peran lintas program dan lintas sektoral terkait JENIS KEGIATAN Pertemuan Berkala dengan lintas sektor, lintas program, ormas, LSM, organisasi profesi dan sektor swasta.

9. MANAJEMEN PROGRAM LUARAN PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PENGANGGARAN, SERTA PENILAIAN PD UNIT DAN PENGELOLA PENANGGULANGAN PNEUMONIA. KEGIATAN MENYUSUN PERENCANAAN, PEDOMAN NASIONAL, PEDOMAN TATALAKSANA, MODUL PELATIHAN MANAJEMEN PROGRAM ISPA, SARANA PELATIHAN MTBS, BAGAN TATALAKSANA PENDERITA, PNEUMONIA DAN ISPA, BUKU PANDUAN AUTOPSI VERBAL

10. Penelitian dan Pengembangan Program LUARAN data dan informasi dampak keberhasilan program, rujukan perbaikan program, dan evidence terhadap KLB 1. Kesiapsiagaan Respon Pandemi Influenza : Penyusunan pedoman, pertemuan lintas sektor dan program, latihan simulasi lapangan 2. Sentinel Surveilans pneumonia : Penemuan dan tatalaksana pneumonia semua golongan umur, pelaporan dengan aplikasi software ISPA 3. Kajian/ Pemetaan : KAP yang terkait Pneumonia, survei resistensi obat ISPA, Penggunaan dan pemeliharaan logistik ISPA, faktor resiko yang terkait pneumonia.

Hari Pneumonia Sedunia 12 November Terima kasih FIGHT PNEUMONIA SAVE CHILDREN LIVE