PERAKITAN VARIETAS PADI TAHAN HAMA WERENG BATANG COKLAT Aan A. Daradjat Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Hama WBC merupakan salah satu faktor biotik yang sangat berpotensi “menyebabkan pertanaman padi gagal dipanen” Perakitan varietas tahan, merupakan salah salah satu komponen PHT yang mampu menekan perkembangan hama WBC Pemanfaatan varietas tahan WBC: Mudah diterapkan/diadopsi petani Menguntungkan secara ekonomi Bersifat ramah lingkungan Bila dikombinasikan dengan “pestisida”, biaya untuk pestisida dan kerugian akibat residu pestisida dapat ditekan
Ketahanan tanaman padi terhadap WBC dikendalikan secara genetik. Secara genetik, tanaman memunculkan kondisi “lingkungan” yang menyebabkan kualitas dan kuantitas perkembangan dan pertumbuhan hama tidak optimal. Mekanisme ketahanan tanaman terhadap hama serangga diklasifikasikan ke dalam: Antixenosis (ketidakmampuan tanaman memberikan lingkungan hidup yang optimal bagi serangga) Antibiosis (tanaman memiliki morfologi dan menghasilkan senyawa kimia yang merugikan pertumbuhan dan perkembangan serangga Tolerance (tanaman mempunyai kemampuan untuk bertahan atau pulih kembali setelah terjadinya serangan serangga)
Gen ketahanan terhadap WBC, Varietas Donor, dan responnya terhadap biotipe WBC Gen Varietas Respon terhadap biotipe WBC 1 2 3 4 Bph-1 Mudgo, IR26 R S bph-2 ASD 7 Bph-3 Rathu Henathi bph-4 Babawee bph-5 ARC10550 Bph-6 Swarnalata bph-7 T12 bph-8 Col.5 Thailand, Col.11 Thailand - Bph-9 Kaharamana, Balamawe, Pokkali Bph-10(t) Oryza australiensis
Varietas diferensial Biotipe WBC TN 1 1 Ketahanan VUB terhadap hama WBC dilaboratorium didasarkan atas reaksi VUB terhadap sejumlah biotipe WBC yang dipantau “keganasannya” berdasarkan respon sejumlah varietas diferensial Varietas diferensial Biotipe WBC TN 1 1 Mudgo, IR26, IR29, IR30, dan IR34 2 ASD7 3 Rathu Henati 4 Babawee 5 Populasi WBC termasuk salah satu biotipe tertentu bila mampu menyebabkan kematian varietas-varietas diferensial.
Perakitan VUB tahan WBC Persilangan antara plasma nutfah yang tahan WBC dengan varietas yang rentan WBC, turunan hasil persilangan tadi disaring ketahanannya terhadap WBC, dan diseleksi karakteristik agronomisnya dengan metode bulk, pedigree, silang balik, atau “singe seed descent”
Gambar 1. Bagan metode Bulk. (Sumber : Poehlman, 1979). A X B F 1 Bulk F 2 Bulk F 3 Bulk F 4 Bulk F 5 Bulk + seleksi individu F 6 Pertanaman barisan F 7 Pertanaman barisan F 8 Uji daya hasil pendahuluan F 9 Uji daya hasil lanjutan Gambar 1. Bagan metode Bulk. (Sumber : Poehlman, 1979).
Gambar 2. Bagan metode pedigree. (Sumber : Poehlman, 1979) A X B F 1 Bulk F 2 Bulk + seleksi F 3 Pertanaman barisan x x x x x x F 4 Pertanaman barisan F 5 Pertanaman barisan F 6 Pertanaman barisan F 7 Uji daya hasil pendahuluan F 8 – F 12 Uji daya hasil lanjutan Gambar 2. Bagan metode pedigree. (Sumber : Poehlman, 1979)
A X B F 1 Bulk Pertanaman tunggal F 2 Pertanaman tunggal F 3 F 4 Pertanaman tunggal Pertanaman tunggal F 5 Seleksi F 6 F 7 Pertanaman barisan Uji daya hasil F 8 – F 12 Gambar 3. Bagan metode single seed descent (SSD). (Sumber : Poehlman, 1979).
Gambar 4. Bagan metode backcross. (Sumber : Briggs dan Knowles, 1967). A x B x rr RR BC1 x rr Rr BC2 x dibuang rr Rr rr BC3 x dibuang rr Rr rr BC4 x dibuang rr Rr rr BC5 x dibuang rr Rr rr F1BC5 dibuang Rr rr Gambar 4. Bagan metode backcross. (Sumber : Briggs dan Knowles, 1967). F2BC5 dibuang RR Rr rr
Varietas Unggul Padi Tahan WBC WERENG COKLAT BIOTIPE 1 BIOTIPE 2 BIOTIPE 3 CIHERANG TAHAN AGAK TAHAN AEK SIBUNDONG CONDE ANGKE CIBOGO INPARI 1 INPARI 2 INPARI 3 AGAK RENTAN INPARI 5 MERAWU INPARI 6 JETE INPARI 10 LAEYA INPARI 13
Tingkat ketahanan beberapa varietas terhadap WBC WERENG COKLAT BIOTIPE 1 BIOTIPE 2 BIOTIPE 3 CIHERANG TAHAN AGAK TAHAN CISANTANA TUKAD PETANU TUKAD BALIAN TUKAD UNDA SINGKIL SINTANUR RENTAN KONAWE CONDE ANGKE WERA CIBOGO
TERIMA KASIH