Materi Kuliah Metode Ilmiah Oleh Dr. Kusnoto, MSi., drh. 081330575763; 081233575763
INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA Prinsip-Prinsip Pemilihan Instrumen Penelitian Syarat-Syarat Instrumen Penelitian Akurasi (accuracy) Presisi (precision) Kepekaan (sensitivity) Klasifikasi instrument Prinsip Pengukuran dengan Instrumen Ciri-ciri Data Hasil Pengukuran Klasifikasi data hasil Pengukuran Data dengan Skala Nominal Data dengan Skala Ordinal Data dengan Skala Interval Data dengan Skala Rasio Penyajian dan Analisis Data
Prinsip-Prinsip Pemilihan Instrumen Prinsip utama pemilihan instrumen adalah memahami sepenuhnya tujuan penelitian, sehingga peneliti dapat memilih instrumen yang diharapkan dapat mengantar ke tujuan penelitian. Tujuan penelitian menentukan instrument apa yang akan digunakan. Kadang terjadi bahwa tujuan penelitian justru ditentukan oleh instrumen yang tersedia, atau digunakan instrumen yang sudah populer, walaupun sebenarnya tidak cocok dengan tujuan penelitiannya.
Suatu pendapat yang tidak selalu benar bahwa “instrumen yang canggih adalah yang terbaik“. Pedoman umum yang dapat digunakan dalam pemilihan instrumen, khususnya bagi peneliti pemula adalah: Pakailah instrumen seperti yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu. Buatlah daftar instrumen yang tersedia, kemudian kategorikan tiap instrumen sesuai dengan input yang diperlukan dan output yang dihasilkan, baru dipilih yang paling sesuai.
Syarat-Syarat Instrument Penelitian Instrument walaupun sederhana tetapi dapat langsung mengukur informasi yang dikehendaki lebih baik. Ada beberapa kriteria penampilan instrument yang baik, baik yang digunakan untuk mengontrol ataupun untuk mengukur variabel, yaitu : Akurasi (accuracy) Presisi (precision) Kepekaan (sensitivity)
Akurasi Akurasi dari suatu instrumen pada hakekatnya berkaitan erat dengan validitas (kesahihan) instrument tersebut. Apakah instrumen benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Apakah masukan yang diukur (measured) hanya terdiri dari masukan yang hendak diukur saja ataukah telah kemasuk-an unsur-unsur lain. Pengontrolan yang ketat terhadap kemurnian masukan ini adalah sangat penting agar pengaruh luar dapat dieliminasi. Kegagalan dalam pengontrolan ini akan menyebabkan menurunnya akurasi output atau validitas hasil pengukuran. Validitas tentang apa yang hendak diukur disebut validitas kualitatif. Instrumen dapat mengukur dengan cermat dalam batas yang hendak diukur, maka validitas yang diperoleh adalah validitas kuantitatif.
Presisi Presisi instrumen berkaitan erat dengan keterandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan kesesuaian hasil pada pengulangan pengukuran. Instrumen mempunyai presisi yang baik jika dapat menjamin bahwa inputnya sama memberikan output yang selalu sama kapan saja, dimana saja, oleh dan kepada siapa saja instrumen ini digunakan memberikan hasil konsisiten (ajeg). Instrumen dengan presisi yang baik belum tentu akurasinya baik dan sebaliknya. Instrumen yang baik tentu yang akurasi dan presisinya baik.
Dalam contoh tersebut kepekaan instrumen tidak memadahi. Penelitian yang ingin mengetahui adanya perubahan harga variabel tertentu membutuhkan instrumen yang dapat mendeteksi besarnya perubahan tersebut. Makin kecil perubahan yang terjadi harus makin peka instrumen yang digunakan. Sebagai ilustrasi : Stopwatch dengan presisi 0,1 detik tidak dapat untuk mengukur kecepatan gerak refleks. Penggaris dengan presisis 0,1 mm tidak dapat mendeteksi perubahan panjang ikatan dalam perubahan struktur molekul. Dalam contoh tersebut kepekaan instrumen tidak memadahi. Kepekaan berkaitan erat dengan validitas kuantitatif.
Klasifikasi instrumen Pada dasarnya ada dua kategori alat atau instrumen (seterusnya disebut instrumen) yang digunakan dalam penelitian, yaitu : Instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data tentang keadaan obyek atau proses yang diteliti. Instrumen yang digunakan untuk mengontrol obyek atau proses penelitian. Dengan adanya dua jenis instrumen tersebut,maka kondisi obyek atau proses penelitian diukur dalam kondisi yang spesifik dan dapat diulang lagi (reproducible). Berdasarkan wujudnya, instrumen penelitian dibedakan atas dua bentuk, yaitu : perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
Klasifikasi instrumen Analogi dengan computer: Perangkat keras adalah seperangkat komponen mesin dengan elektroniknya. Perangkat lunaknya adalah instruksi-instruksi yang terdapat dalam programnya. Dalam penelitian instrumen yang termasuk kategori perangkat keras misalnya: spektofotometer,stetoskop, thermometer, dsb. Perangkat lunak digunakan untuk memperoleh informasi atau respon dari subyek baik langsung maupun tidak langsung.
Klasifikasi instrumen Dengan perangkat lunak akan dapat dilakukan pengukuran tentang : Informasi langsung dari obyek. Mengevaluasi obyek atau tindakan obyek oleh pengamat. Mengukur langsung kemampuan dan pengetahuan obyek. Mengukur secara tidak langsung tentang kepercayaan, sikap atau perilaku obyek. Adapun yang termasuk dalam kategori perangkat lunak misalnya: kuisioner, ceklist, rating scale, ujian tertulis, wawancara dan lainnya.
Prinsip Pengukuran dengan Instrumen Dalam penelitian selalu diperlukan pengumpulan data dari variable penelitinannya melalui proses pengukuran. Pengukuran suatu variabel pada dasarnya adalah penerapan suatu fungsi matematik yang korespondensi. Dalam proses pengukuran diperlukan tiga unsur, yaitu: himpunan obyek yang diukur, himpunan angka dalam instrument dan pemetaan sebagai criteria hasil pengukuran.
Prinsip Pengukuran dengan Instrumen Sebagai contoh : akan dilakukan pengukuran pendapat sekelompok responden terhadap penampilan produk X. Himpunan responden yang akan diukur pendapatnya adalah : si A,B,C,D dan seterusnya. Himpunan angka dalam instrument : 1,2 dan 3. Pemetaannya adalah : jika responden mengatakan baik, penampilan produk diberi angka skor 3, jika responden menyatakan cukup baik diberi angka skor 2, jika responden menyatakan buruk diberi angka skor 1.
Ciri - Ciri Data Hasil Pengukuran Data (plural) atau datum (singular), berasal dari kata “dare” (latin) berarti “to give”. Berdasarkan kata dasar tersebut, data adalah fakta yang diamati peneliti yang diberikan oleh suatu situasi tetentu. Fakta sendiri berasal dari kata “facere” (latin) yang berarti “to make” Jadi fakta adalah sesuatu yang dibuat atau dihasilkan oleh situasi tertentu. Dengan demikian fakta adalah sesuatu yang dimanifestasikan oleh suatu situasi/fenomena tetentu bukan situasi/fenomena itu sendiri. Sebenarnya tujuan penelitian adalah ingin mengungkapkan situasi/fenomena yang sebenarnya, tetapi yang diperoleh hanya suatu manifestasi atau representasi yang factual berupa suatu data. Maka dari itu peneliti yang arif selelu berpikiran bahwa data yang dihasilkan tidak lain hanyalah suatu bayangan dari situasi/fenomena yang bersifat sementara dalam dimensi ruang dan waktu.
Klasifikasi data hasil Pengukuran Berdasarkan skalanya, data hasil pengukuran dapat dibedakan atas 4 macam skala yaitu : Nominal, Ordinal, interval dan rasio.
Data dengan Skala Nominal Angka-angka yang diletakkan dalam skala nominal hanya untuk pembeda antara yang satu dengan yang lain. Ciri dari data nominal adalah cara mendapatkan datanya dengan cara menghitung (counting). Sebagai contoh data nominal : jumlah orang laki-laki atau perempuan yang hadir dalam sebuah pertemuan. jenis pekerjaan status perkawinan agama, setuju-tidak setuju dan sebagainya. Suatu obyek akan memepunyai salah satu kategori saja, tidak mungkin suatu obyek muncul dengan lebih dari satu kategori laki-laki dan perempuan Jadi sifatnya “mutual exclusive”. Jika pada tiap kategori diberi simbol angka,maka angka-angka yang diperoleh: tidak bersifat aditif (tak dapat dijumlah) tidak bersifat multiplicated (tidak dapat dikalikan).
Data dengan Skala Ordinal Data tersusun atas jenjang. Disini sudah ada keteraturan (“order”) bahwa suatu angka skor lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain. Sebagai contoh : pemberian peringkat pada kejuaraan lomba melukis, juara 1 (skor4), juara II (skor3), juara III (skor 2), dan juaraIV (skor 1). Angka 4 berarti lebih bagus dari pada 3 dan angka 2 lebih jelek dari 3, dan seterusnya. Jadi angka 4,3,2, dan 1 mempunyai jenjang yang berbeda satu dengan yang lain. Tetapi selisih antara 4 dan 3 tidak sama dengan selisih 2 dan 1. Demikian pula dengan angka 4 tidak dua kali dari angka 2. Jadi disini belum ada sifat aditif (tambah atau kurang) maupun multiplikatif (kali atau bagi). Contoh lain skala ordinal adalah skala rangking nilai siswa sekolah,rangking pendapat : sangat setuju, setuju dan tidak setuju.
Data dengan Skala Interval Pada skala interval: Sudah ada keteraturan atau jenjang, Sudah ada sifat aditif dan multiplikatif. Jika terdapat data interval : 1,2,3,4 dan 5, maka 5-3 adalah sama dengan 4-2, demikian juga 3+2 adalah sama dengan 4+1. Begitu pula 4x1 sama dengan 2x2. Pada skala interval belum ada harga nol mutlak, angka nol bersifat arbitary. Contoh skala interval : indeks prestasi, indeks inflasi, indeks harga, skala pada thermometer dan sebagainya.
Data dengan Skala Rasio Skala ini mempunyai derajat yang paling tinggi diantara skala yang lain. Skala rasio sama ciri-cirinya dengan skala internal dan telah mempunyai harga nol yang bersifat mutlak. Contoh data dengan skala rasio : berat badan, tinggi badan, luas sawah, dosis obat, waktu dan sebagainya.
Penyajian dan Analisis Data Penyajian dan analisis data penelitian tergantung dari jenis datanya. Jika datanya adalah data kuantitatif, maka data dapat disajikan dan dianalisis dengan metode statistik. Jika data bersifat kualitatif sehingga tidak dapat dinyatakan dengan angka, maka metode statistika tidak dapat digunakan. Untuk mengatur dan menyajikan data kuantitatif digunakan metode statistika diskriptif, Untuk menarik kesimpulan dari data sampel terhadap populasinya digunakan statistika induktif atau statistika inferensial.
Penyajian dan Analisis Data Dengan statistika diskriptif data dapat disajikan dan diatur dalam bentuk yang tepat sehingga data lebih banyak “berbicara”. Misalnya dalam bentuk grafik, diagram, kurva, tabel dan sebagainya. Disamping itu dengan statistika diskriptif dapat dicari kecenderungan pemusatannya (central tendency) dalam bentuk harga rata-rata, modus atau mediannya. Juga dapat ditentukan penyebarannya dalam bentuk : range, deviasi, deviasi standar, variansi dan sebagainya. Dengan statistika induktif dapat dilakukan estimasi dan uji hipotesis statistika. Perlu diingat bahwa statistika adalah seperangkat alat (a set of tools). Sudah barang tentu pemakai harus tahu kegunaan dan penggunaanya dengan tepat.
INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA Kuisioner Kuesioner Isian Kueisioner Pilihan Wawancara Wawancara Bebas Wawancara Terpimpin
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan: teknik komunikasi dan teknik observasi Pengumpulan data dengan teknik komunikasi dapat dilakukan dengan kuisioner dan atau wawancara. Dalam kaitan teknik komunikasi ini Alport menyatakan sebagai berikut : “Jika anda ingin mengetahui tentang responden mengenai : bagaimana perasaanya, pengalaman apa yang dipunyainya, apa yang diingatnya, apa motivasinya, dan apa alasanya melakukan sesuatu, ……..mengapa tidak anda tanyakan saja kepadanya?”
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian, jika diinginkan pengumpulan data tentang perihal di atas dapat dilakukan dengan pertolongan : kuisioner atau wawancara Menjawab kuisioner atau wawancara bagi seorang responden adalah suatu proses “self report “ atau instrospeksi terhadap diri sendiri. Jika dalam penelitian menggunakan metode pengumpulan data dengan dua teknik di atas, maka diasumsikan bahwa : Responden yang paling tahu tentang dirinya sendiri. Pernyataan responden adalah benar dan dapat dipercaya. Interpretasi responden terhadap isi pertanyaan adalah sama dengan interpretasi penanya.
Kuisioner Klasifikasi kuisioner berdasarkan sasaran dan bentuk jawabannya dapat dibedakan secara skematis sebagai berikut: Langsung : tentang diri sendiri Sasaran Tidak langsung : tentang orang lain Kuisioner Isian (open-ended) Bentuk Pilihan (closed form) Kombinasi isian dan pilihan
Kuesioner Isian Responden mengisi sendiri jawaban atas pertanyaan dalam kueisioner. Contoh : Bagaimana pendapat saudara jika orang-orang yang melakukan korupsi ditembak mati di depan umum? Jawab :…………………………………………………… Hukuman apakah yang paling baik untuk anak didik ? Berikaan alasan!
Keuntungan & Kelemahan kuesioner isian Keuntungan Kuesioner Isian : Dapat memberikan jawaban secara bebas, terungkap hal-hal yang tak diduga oleh peneliti. Memungkinkan menanyakan : perasaan, pendapat, motivasi, secara tak terbatas. Kelemahan kuesioner isian : Responden segan memeberikan jawaban yang lengkap dan mendasar. Hal yang sangat diperlukan tidak terungkap dari responden. Analisis datanya sulit. Bagi responden memerlukan banyak waktu untuk menjawab sehingga harapan kembali relative kecil. Kesulitan menyatakan sesuatu dalam bahasan tulisan oleh karena ada perbedaan dalam : tingkat pendidikan, status ekonomi dari responden.
Kueisioner Pilihan Responden memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Isi jawaban dpt berupa: fakta (fact finding), pendapat, keyakinan dsb. Bentuk pilihan jawaban dapat: dua pilihan saja (force choice) atau pilihan ganda (multiple choice). Contoh kuesioner fact finding dengan force choice. Status jabatan saudara di Fakultas ini adalah : ( ) Dosen tetap ( ) Dosen luar biasa Contoh : kueisioner tentang pendapat dengan force choice. Apakah saudara merasa tugas saudara skrng ini terlalu berat? ( ) Ya ( ) Tidak Contoh : keyakinan dengan multiple choice. Bagaimana menurut saudara tentang status sosial Dosen pada umumnya? ( ) Tinggi sekali ( ) Lumayan ( ) Cukup tinggi ( ) Rendah
Keuntungan & Kelemahan Kuesioner Pilihan Responden terpaksa memilih walaupun sebenarnya responden ingin jawaban yang lain, sehingga cenderung asal pilih Keuntungan Kuesioner Pilihan : Pengolahan data mudah. Responden tidak perlu mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisa Pengisisan kuesioner mudah dan cepat, sehingga harapan kembali akan lebih besar.
Wawancara (interview) dlm riset dpt berfungsi untuk: Mendapat informasi langsung dari responden (metode primer). Mendapatkan informasi, jika metode lain tidak dapat dipakai (metode sekunder). Menguji kenenaran teknik kuesioner atau observasi (metode kriteria). Dalam wawancara diperlukan syarat penting, yaitu terjalinnya hubungan yang baik dan demokratis antara responden dengan penanya (I am good, you are good) Klasifikasi wawancara berdasarkan cara mwnjawab responden, adalah sebagai berikut: Wawancara bebas (unguided/undirevtive) Wawancara terpimpin (controlled/structured interview) Wawancara bebas terpimpin (focused interview)
Wawancara Bebas Tanya jawab tidak diarahkan oleh penanya Kelemahan : Isi tanya-jawab tergantung “mood”, keinginan, perhatian dari responden. Di sini akan terjadi “free talk”. Kelemahan : Sabagai instrument risat sangat lemah Tidak efisien dan hasil tidak jelas Waktu lama dan biaya mahal Keuntungan : Cocok untuk studi pendahuluan (eksporasi) mencari problema. Kewajaran Tanya jawab maksimal, sehingga wawancara dapat mendalam.
Wawancara Terpimpin Tanya jawab menggunakan kerangka pertanyaan sebagai pedoman umum jalannya tanya-jawab. Kedua fihak mempunyai peranan yang jelas dan berbeda. Kelemahan : Tanya jawab menjadi kaku, formil sehinnga data kurang mendalam (seperti seorang hakim dan seorang terdakwa). Kebaikan : Pertanyaan seragam, sehingga dapat melakukan komparasi. Membuktikan hipotesis. Memungkinkan analisis data secara kuantitatif. Kesimpulan lebih dapat diandalkan.
Terimakasih