BAB VII KONSEP LABA Konsep Dasar Laba Laba adalah sisa lebih yang diperoleh oleh entitas bisnis, yaitu sisa lebih antara pendapatan dan biaya atau beban. Jadi laba merupakan kenaikan nilai aset yang dimiliki selama satu periode akuntansi, atau kenaikan daya beli yang diinvestasikan. Pengertian Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (tujuan). Dalam paragraf lain (07) selanjutnya disebutkan bahwa: penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Jadi pendapatan merupakan kenaikan aset, yang dihasilkan dari pendapatan setelah dikurangi dengan beban atau biaya. Fisher (1912) dan Bedford (1965) menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba yang umum digunakan sebagai berikut: Phsycal income, yang menunjukan konsumsi barang/jasa yang dapat memenuhi kepuasan dan keinginan individu. Real income, yang menunjukkan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan oleh adanya kenaikan cost of living. Money income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber-sumber ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup (cost of living). Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
LABA EKONOMI DAN LABA AKUNTANSI: Mitchel dalam Bedford (1965), perbedaan antara laba ekonomi dan laba akuntansi disebabkan oleh perbedaan konsep yang melandasinya. Hick (1946) secara spesifik menyebutkan bahwa laba ekonomi (economic income) adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi selama satu minggu tanpa harus mengurangi jumlah kemakmuran pada awal periode. Laba akuntansi memiliki karakteristik sebagai berikut: Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang/jasa. Laba akuntansi didasarkan pada akuntulat periodisasi dan mengacu pada kinerja entitas selama satu periode. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pedapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk biaya historis. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Tabel 6 Perbedaan Biaya dan Beban SISI BIAYA BEBAN Tujuan Pengeluaran Biaya tidak habis pakai untuk Habis pakai menghasilkan pendapatan dalam periode bersangkutan untuk menghasilkan pendapatan Masa (periode) manfaat Lebih dari satu periode akuntansi Maksimal satu ekonomis periode akuntansi Pencatatan dan pelaporan Dicatat dalam rekening Biaya Dicatat sebagai beban (sebagai aset lancar) dan (beban dilaporkan di Neraca operasional) dan dilaporkan dalam Laporan Rugi/Laba Alokasi /pembebanan Secara sistematis Tidak ada alokasi (segera) Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Pengukuran dan Pengakuan Biaya Pengukuran dan pengakuan biaya memainkan peranan penting dalam penyusunan laporan keuangan. Kecermatan mengukur besarnya biaya akan mempengaruhi keakuratan informasi laporan keuangan yang dihasilkan. Ketepatan saat mengakui biaya juga akan berpengaruh dalam penentuan besarnya tingkat laba/rugi entitas. Tiga konsep dasar dalam pengukuran biaya yang dapat digunakan sebagai berikut: Konsep biaya historis (historical cost), yaitu jumlah rupiah atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh aset berdasarkan periode pengeluarannya, seperti gedung, peralatan, dan asuransi dibayar dimuka. Konsep biaya pengganti (replacement cost), yaitu jumlah atau nilai aset pertukaran sekarang sebagai dasar pencatatan. Misalnya, penilaian untuk sediaan, aset, gedung, dan tanah. Konsep biaya setara kas (cash equivalent), yaitu jumlah rupiah atau kas yang dapat direalisasi dalam kondisi entitas normal. Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Prinsip Penandingan (Matching Principles) Konsep ini dimaksudkan adalah untuk mencari dan menemukan dasar hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang akan dicapai oleh entitas, sementara biaya yang dikeluarkan adalah untuk memperoleh pendapatan tersebut sesuai dengan konsep upaya dan hasil. Namun, terkadang muncul masalah berkaitan dengan upaya penandingan ini. Masalah utama dalam menandingkan antara pendapatan dan biaya adalah untuk menentukan dasar penandingan yang paling tepat. Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai sarana untuk dapat melacak dan dasar pembebanannya. Berdasarkan kondisi yang ada, seharusnya dasar penandingan yang paling relevan adalah didasarkan atas alasan kelayakan (reasonableness) bukan pada alasan hubungan fisiknya Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Tiga Dasar Konsep Penandingan Tiga dasar konsep penandingan yang umum digunakan sebagai dasar untuk mencari hubungan antara biaya dan pendapatan dalam satu periode tertentu, (Kam, 1990) mengemukakan sebagai berikut. Hubungan Sebab Akibat (association of causes and effects) Alokasi Sistematik dan Rasional (systematic and rational allocation) Pembebanan Segera (immediate recognition) Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Realisasi Pendapatan Realisasi Pendapatan. Realisasi pendapatan merupakan teknik akuntansi yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menandai adanya proses pengukuran dan pengakuan pendapatan secara wajar. Ada dua hal pokok dalam proses realisasi pendapatan yaitu: Adanya kepastian perubahan produk menjadi bentuk aset lain (potensi jasa) melalui kejualan penjualan yang sah. Diperolehnya aset lain (bentuk aset lancar) sebagai bentuk pengesahan terhadap transaksi penjualan tersebut, (Godzali dan Chariri, 2001, 262). Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Konsep Pengakuan Pendapatan Secara umum dalam pengakuan pendapatan, entitas dan para akuntan menggunakan konsep realisasi dengan menentukan peristiwa kritis (critical event) yang akan dijadikan sebagai dasar dalam penentuan waktu pengukuran dan pengakuan pendapatan tersebut. Kriteria Pengakuan Pendapatan Menurut FASB (1980) yang dimuat dalam pernyataan SFAC No. 5, ada dua kriteria yang dapat dijadikan dasar untk mengakui pendapatan, yaitu: Telah terealisasi (realized), yaitu bila terjadi transaksi pertukaran antara barang yang dihasilkan entitas dengan kas atau klaim untuk menerima kas. Syarat agar barang mudah dikonversi adalah: Memiliki nilai per unit yang pasti dan barang tersebut tidak boleh perubahan bentuk dan ukuran barang (interchangeable). Misalnya logam mulia, perak atau perhiasan lainnya. Mudah dijual tanpa memerlkan yang yang relatif besar. Pendapatan telah terbentuk (earned), yaitu bila kegiatan menghasilkan barang dan jasa telah berjalan dan secara substansial telah selesai. Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Konsep Pengakuan Pendapatan Dalam PSAK No. 23/2010 telah ditentukan kriteria untuk mengakui pendapatan lebih bersifat teknis. Pendapatan diakui apabila besar kemungkinan manfaat ekonnomi masa depan akan mengalir ke entitas dan manfaat tersebut dapat diukur dengan andal (reliabel). Selanjutnya dalam PSAK tersebut dinyatakan bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui apabila seluruh kondisi berikut terpenuhi: Entitas telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. Entitas tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas tersebut. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Saat Pengakuan Pendapatan Hubungan sebab akibat, dalam dasar ini biaya akan ditandingkan secara langsung (direct matching principles) seperti beban komisi penjualan, gaji dan upah, dan beban barang yang terjual (cost of goods sold). Oleh karena itu, biaya harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelai rasional yang dapat dilihat secara langsung. Sehingga dalam mengalokasikasikan secara rasional biaya tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a) biaya yang melekat pada produk yang terjual yang akan diakui sebagai beban. b) biaya yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebadai elemen sediaan) dan akan dicatat sebagai aset sampai produk atau jasa tersebut terjual. Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Sulitnya mencari dasar hubungan langsung yang layak dan rasional; Lanjutan; Konsep Penandingan 2. Alokasi sistematis dan rasional, atau dikenal dengan dasar penandingan periode (period matching) atau penandingan tidak langsung (indirect matching principles). Alokasi dapat digunakan sebagai dasar penandingan bila dasar penandingan sebab akibat tidak dapat digunakan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi ini, yaitu: Banyak biaya periode yang berhubungan secara tidak langsung dengan periode berjalan; Sulitnya mencari dasar hubungan langsung yang layak dan rasional; Manfaat ekonomis masa mendatang yang sulit diukur dengan layak dan andal; Biaya yang terjadi bersifat rutin dan terjadi berulang-ulang; dan Bila biaya tersebut merupakan biaya bersama. 3. Pembebanan segera (immediate recognition), pembebanan dengan cara ini dilakukan bila tidak ada alasan yang kuat untuk membebankan biaya atau beban atas dasar hubungan sebab akibat dan alokasi sistematis dan rasional, maka biaya harus dibebankan segera pada periode terjadinya. Alasan yang melandasi pembebanan dengan cara ini adalah kepraktisan. Seperti biaya yang dikeluarkan untuk advertensi sangat sulit dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan sebab akibat, karena biaya tersebut kemungkinan memiliki masa manfaat ekonomis lebih dari satu periode akuntansi. Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
KELEMAHAN KONSEP PENANDINGAN KONSEP PENANDINGAN merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam kerangka akuntansi konvesional. Menandingkan biaya dengan pendapatan (Paton dan Littleton, 1970) sama halnya dengan menandingkan upaya dan hasil (efforts and accomplishment). Beberapa kelemahan konsep ini adalah: Bukti yang objektif. Dalam pengakuan pendapatan, bukti objektif merupakan syarat utama yang harus dipenuhi. Namun demikian bukti objektif tersebut kurang begitu diperhatikan dalam pengakuan biaya. Pengakuan biaya lebih didasarkan pada masalah rasional dan kelayakan dari pada bukti objektif. Salah satu alasan tidak diperhatikannya bukti objektif dalam pengakuan biaya adalah adanya penerapan konsep konservatisme. Konsep ini menyatakan bahwa biaya, rugi dan utang harus segera diakui meskipun tidak ada bukti yang andal dan objektif. Sementara pendapatan, untung (gains) dan aset tidak dapat diakui apabila tidak ada bukti yang objektif. Suatu kondisi atau situasi yang melibatkan ketidakpastian (uncertainty). Hal ini memungkinkan timbulnya suatu kerugian (losses) bagi entitas dimana timbulnya rugi tersebut sangat tergantung pada terjadinya atau tidaknya suatu peristiwa sekarang atau masa yang akan datang. Dalam rugi kontijensi hendaknya dimasukkan sebagai unsur biaya. Seperti kemungkinan tidak terkumpulnya piutang dagang, gugatan terhadap aset, sengketa di pengadilan, dan lain-lain. Terhadap hal tersebut maka taksiran kerugian harus diakui berdasarkan kondisi berikut: Sebelum laporan keuangan disajikan maka terhadap informasi yang menunjukkan kemungkinan timbulnya rugi yang cukup pasti, harus diungkapkan. Bila jumlah kerugian dapat ditaksir dengan layak dan andal (akurat), maka dapat ditentukan besarnya kerugian berdasarkan tingkat persentase tertentu. Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Evaluasi terhadap Konsep Penandingan Evaluasi terhadap Konsep Penandingan Hubungan sebab akibat merupakan konsep paling ideal untuk menandingan antara biaya dengan pendapatan. Namun hubungan ini sebenarnya akan sulit untuk diterapkan karena terkait dengan konsep biaya melekat (cost attach) dan tidak memiliki alasan atau argumentasi yang kuat. Oleh karena itu, dalam menetapkan konsep penandingan yang dipakai harus memperhatikan beberapa kriteria berikut: Kejelasan (additivity) Aloklasi harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagian-bagiannya sama dengan jumlah keseluruhannya dan tidak kurang atau tidak lebih. Dengan kata lain, jika jumlah yang dilokasikan ditambahkan bersama-sama maka totalnya harus sama dengan jumlah sebelum alokasi. Ketegasan (unambiguity) Metoda alokasi harus menghasilkan alokasi yang unik dengan menggunakan satu dasar alokasi yang jelas (scarcity) dan tepat, dan sistematis. Defensibilitas (defensibility) Metoda alokasi yang dipilih harus lebih baik dibanding dengan metoda alokasi lainnya. Dan metoda tersebut harus didukung oleh alasan yang kuat agar dapat dipertahankan dari kemungkinan pemakaian metoda lainnya. (Godzali dan Chariri, 2003). Pendapatan Saat Pelaporan Kriteria Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin
Tausyiah: ”Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para siddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang- orang shalih ” (QS; An-Nisa: 31) Motivasi: “Kalau orang lain bisa sukses, mengapa kita tidak? …coba…coba… dan coba disertai do’a… insyaallah bisa…” Tugas Anda!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!: 1. MARI KITA DISKUSIKAN TUGAS YANG TELAH SAUDARA KERJAKAN 2. Mengapa biaya dan beban berbeda, jelaskan dan sertai contohnya. Terima Kasih Teori Akuntansi (3 Sks); Ahmad Jumirin Asyikin