Oleh: Drs. Samino, M.A Kasubdit Pembelajaran P E N D I D I K A N A N A K A U T I S A U T I S Oleh: Drs. Samino, M.A Kasubdit Pembelajaran A U T I S A U T I S DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA
DASAR PENDIDIKAN ANAK AUTIS UUD 1945 Pasal 31 ayat (1), “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran” UURI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 5 ayat (2), “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, mental/intelektual, sosial, dan emosional berhak memperoleh Pendidikan Khusus” DASAR
PREVALENSI PREVALENSI AUTISME Angka penderita Autisme 1 : 5000 (Leo Kanner, 1943) Menurut Peneliti Victor Lotter di Inggris (1966) Autisme ditemukan pada 4 – 5 per 10.000 anak. Penelitian Tanaove di Jepang (1988) Autisme ditemukan pada 13 per 10.000 anak Penelitian di USA (2000) Autisme ditemukan pada 1 per 150 anak Perbandingan rasio anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan yaitu 4: 1 tanpa memandang ras, status sosial ekonomi dan pendidikan (dalam Simon, 2006) Di Indonesia Anak usia 5 – 18 th hampir mencapai 57 juta (Susenas BPS 2002), Jika setiap 150 anak terdapat 1 anak autis, maka di Indonesia diperkirakan terdapat + 380.000 anak autis usia 5 – 18 tahun PREVALENSI
PENGERTIAN PENGERTIAN Autisme berasal dari kata Autos (diri sendiri) dan Isme (aliran/paham), maka Autisme merupakan suatu paham yang tertarik hanya pada dirinya sendiri. Autisme adalah suatu gangguan perkembangan komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi PENGERTIAN Anak Penyandang Autisme mempunyai masalah dalam bidang: Komunikasi Interaksi Sosial Gangguan Sensoris Pola Bermain Perilaku Emosi (Meskipun tidak semua gejala di atas ada pada anak autis)
KARAKTERISTIK AUTISME BIDANG KOMUNIKASI Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi Senang meniru atau membeo (echolalia) Bila sedang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti arinya Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu Karekteristik
KARAKTERISTIK AUTISME BIDANG INTERAKTIF SOSIAL Penyandang autisme lebih suka menyendiri Tida ada atau sedikit kontak mata, atau menghidar untuk bertatapan Tidak tertarik untuk bermain bersama teman Bila diajak bermain, tidak mau dan menjauh Menunjukan rasa takut atau senang yang berlebihan Karekteristik BIDANG GANGGUAN SENSORIS Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
KARAKTERISTIK AUTISME BIDANG POLA BERMAIN Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya Tidak suka bermain dengan anak sebayanya Tidak kreatif, tidak imajinatif Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misal sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar Senang akan benda-benda berputar, seperti kipas angin, roda sepeda Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa ke mana-mana Karekteristik BIDANG PERILAKU Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang Tidak suka pada perubahan Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
KARAKTERISTIK AUTISME BIDANG EMOSI Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya Kadang suka menyerang dan merusak Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain Karekteristik
SEBAB SEBAB SEBAB PENYEBAB AUTISME Teori Psikososial Beberapa ahli menganggap autisme sebagai akibat pola asuh orang tua (hubungan yang dingin, tidak akrab antara orangtua (ibu) dan anak) 2. Teori Biologis - Faktor genetik - Pranatal, natal, dan postnatal - Neuro anatomi - Struktur dan biokimiawi yaitu kelainan pada cerebellum Immunologi, yaitu antibody pada ibu yang bisa menjadi penyebab timbulnya autisme. Infeksi virus (rubella, herpes, simplex, ence-phalitis, dan cytomegalovirus) Keracunan logam berat, misal terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara Gangguan pencernaan, pendengaran, dan penglihatan Usia ibu, semakin tua melahirkan makin beresiko autis Polusi (udara yang tercemar timbal) Dari semua faktor tersebut yang paling dominan menyebabkan autis adalah faktor genetis (Menurut Elvi Andriani Yusuf, 2006) SEBAB SEBAB
TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ANAK AUTIS MEMBANTU ANAK DALAM BERSOSIALISASI DENGAN LINGKUNGANNYA KOMUNIKASI PROBLEM SOLVING MELATIH FUNGSI BAHASA MEMPERBAIKI PERILAKU MENINGKATKAN KEMAMPUAN YANG ADA MELATIH KEMANDIRIAN TujuaN
Jenis-jenis Terapi Terapi medikamentosa. Pemberian obat –obatan adalah untuk meredam kemarahan,kecemasan dan mengurangi gejala agresif,destruktif dan hiperaktif. Terapi wicara Terapi yang mengajarkan artikulasi dan cara memproduksi suara untuk membentuk kata. Terapi tingkah laku Terapi ini memegang peranan sangat penting untuk penanganan anak autisme karena hasilnya dapat dilihat, dirasakan sehingga pendekatan terapi ini menjadi satu prioritas yang sangat mendasar. Terapi okupasional. Terapi ini tujuannya untuk mengembangkan fungsi-fungsi motorik dan fisiknya terutama otot-otot / gerakan yang tidak berkembang.
POLA LAYANAN PENDIDIKAN Layanan Pendidikan Awal - Program Intervensi Dini - Progam Terapi Penunjang Lanyanan Pendidikan Lanjutan - Kelas Transisi - Pendidikan Terpadu/Inklusi - Kelas/Sekolah Khusus - Homeschooling Program - Panti Pola Layanan Pendidikan
PROGRAM INTERVENSI DINI Terapi Medikamentosa Didasarkan pada diadnosis yang tepat, pemakaian obat yang tepat, dan pemantauan yang ketat terhadap efek samping Discrete Trial Training (DTT) Training ini didasarkan pada teori Lovaas yg mempergunakan pembelajaran perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus respon yg dikenal dengan orperand conditioning. Terapi Psikologis Meningkatkan kemampuan komunikasi, bahasa, self help, perilaku sosial dan mengurang perilaku yang tidak dikehendaki (melukai diri sendiri) Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Program for Preschoolers and Parents) Menggunakan stimulus respon tetapi anak langsung berada dalam lingkungan sosial. Anak autis belajar berperilaku melalui pengamatan perilaku orang lain. Floor Time Merupakan teknik pmbelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif TEACCH (Treatment and Education for Autistic Children and Related Communication Handicaps) Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa, terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan layanan lain yang dibutuhkan, baik oleh anak maupun orangtua Pola Layanan Pendidikan
PROGRAM TERAPI PENUNJANG Terapi Wicara, membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara lebih baik Terapi Okupasi, untuk melatih motorik halus anak Terapi Bermain, mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain Terapi Medikamentosa (Obat-obatan (Drug Therapy), dgn pemberian obat-obatan oleh dokter yg berwenang Terapi Melalui Makanan (Diet Therapy), untuk anak-anak dgn masalah alergi makanan tertentu Sensory Integration Therapy, untuk anak-anak yg mengalami gangguan pada sensorinya Auditory Integration Therapy, agar pendengaran anak lebih sempurna Biomedical Treatment Therapy, penanganan biomedis yg paling mutakhir, melalui perbaikan kondisi tubuh agar ter-lepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadiorphin, alergen, dsb) Hydro Therapy Terapi Musik Pola Layanan Pendidikan
LAYANAN PENDIDIKAN LANJUTAN Kelas Transisi Kelas ini diperuntukkan bagi anak austis yang telah diterapi dan memerlukan layanan khusus termasuk anak autis yang telah diterapi secara terpadu atau terstruktur. 2. Program Pendidikan Inklusi Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yg sudah siap memberikan layanan bagi anak autis 3. Program Pendidikan Terpadu Program ini dilaksanakan pada sekolah reguler dalam kasus / waktu tertentu 4. Sekolah Khusus Autis Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autis terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler Pola Layanan Pendidikan
PROGRAM TERAPI PENUNJANG 5. Program Sekolah di Rumah Program ini diperuntukkan bagi anak autis yg tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya 6. Panti (Griya) Rehabilitasi Autis Anak autis dgn kemampuan sangat rendah dan gangguan sangat parah dapat mengikuti program pendidikan di panti (griya) rehabilitasi autis 7. Keterampilan Kerja Keterampilan kerja ini terbatas sesuai minat, bakat, dan potensi yang dimiliki anak autis Pola Layanan Pendidikan
Program dan Kebijakan Pemerintah Sampai saat ini, pendidikan bagi anak autis pada umumnya diseleng- garakan oleh masyarakat (yayasan), sedangkan pemerintah sebagai fasilitator Berbagai program pemerintah yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan antara lain: Penyusunan Pedoman/Pola Penyelenggaraan Pendidikan Anak Autis Penyelenggaraan rapat Koordinasi antar Instansi/Lembaga yang terkait dengan Pendidikan Anak Autis Penyelenggaraan Seminar, Workshop, dll yg sejenis dalam rangka Pengembangan Pendidikan Anak Autis Penyelenggaraan Sosialisasi Pendidikan Anak Autis kepada Masyarakat, Pejabat Pemerintah, dan Praktisi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan bagi para Penyelenggara/ Pengelola dan Praktisi Pendidikan Anak Autis Pemberian Subsidi/Block Grant kepada Instansi/Lembaga/Sekolah Penyelenggara Pendidikan Anak Autis Pengadaan Alat Pendidikan Khusus Pemberian Bieasiswa bagi Anak Autis pemerintah