Kebermarkahan dan Kemenonjolan dalam Linguistik Indonesia

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
STRUKTUR KALIMAT.
Advertisements

BERKOMUNIKASI DENGAN BAHASA INDONESIA SETARA TINGKAT MADIA
SEMANTIK BAHASA INDONESIA
KALIMAT.
Aryani Widyaningsih, S.Pd.
Wacana Dewi Puspitasari.
kalimat Pengertian kalimat
SINTAKSIS Pengertian Sintaksis merupakan salah satu cabang linguistik. Istilah sintaksis diambil dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris.
TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA
Sintaksis Dewi Puspitasari.
Wacana Deskriptif Wacana deskriptif adalah wacana/bacaan yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci dengan cara menjelaskan detail-detailnya.
BAHASA DAN BUDAYA Bahasa memungkinkan manusia untuk menyampaikan budaya dari satu budaya ke budaya lainnya. Setiap interaksi komunikasi antarbudaya paling.
KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA RAGAM BAHASA LISAN RAGAM BAHASA TULIS.
Ragam Bahasa Indonesia
Penerjemahan I Materi I.
KATA, FRASA, KALIMAT.
KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA
UNSUR-UNSUR KALIMAT (Objek, Pelengkap, Keterangan) Pertemuan 04
BAB VIII. PARAGRAF DALAM TULISAN Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menerapkan paragraf yang benar dalam tulisan Paragraf adalah kalimat-kalimat yang bertalian.
SATUAN-SATUAN GRAMATIK
TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA
Pengantar Linguistik Umum 15 Oktober 2012 Nadya Inda Syartanti
Natural Language Processing (NLP)
Bahasa Indonesia yang baik dan Benar
Ragam dan Laras Bahasa Indonesia
KOMUNIKASI ORGANISASI VERBAL Pertemuan 9
Sampling dan Investigasi Hard Data
RAGAM DAN LARAS BAHASA.
Bilingualisme dan Diglosia
Sintaksis Dewi Puspitasari.
PENGERTIAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI (KAP) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAP Pengertian KAP Secara umum komunikasi antar pribadi (KAP) dapat diartikan.
STRATEGI PENINGKATAN DAYA SIMAK
“Teori pemerolehan bahasa”
Kalimat Efektif.
KALIMAT Pertemuan Ke-6.
PROSES MORFOLOGIS BAHASA INDONESIA
FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN
Pertemuan 2 Karakteristik Studi Pragmatik
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SMA
BAHASA Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
KALIMAT Kalimat: rentetan kata yang disusun sesuai kaidah yang berlaku/bagian teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran secara utuh.
Ragam Kalimat BAHASA INDONESIA
TUGAS SOFTSKILL PENJELASAN KALIMAT
KEGIATAN HARIAN (DAILY ROUTINES)
STRATEGI PENINGKATAN DAYA SIMAK
TIPOLOGI BAHASA Kelompok 7: Nikolaus Rendi Nining Prastyowati Isnani Muflikhatin Ajar Setiawan Yanuarria Kukuh Perwira.
TATA BAHASA FUNGSIONAL
SINTAKSIS Oleh Bambang Eko Hari Cahyono FPBS IKIP PGRI MADIUN
Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan Diatesis
Penggunaan Aspek Kebahasaan dalam Penulisan Karya Ilmiah
KONSTRUKSI MORFOLOGIS
ASSALAMUALAIKUM WR.WB..
SEMANTIK Pengantar.
KALIMAT EFEKTIF TUJUAN:
Pertemuan Keempat Ratih Pertiwi, M. Ds
LOKAL BAHASA INDONESIA A
PERAN KONTEKS DALAM PENGAJARAN BAHASA
Kalimat efektif Persentase Mata Kuliah Bahasa Indonesia
SINTAKSIS Oleh Bambang Eko Hari Cahyono FPBS IKIP PGRI MADIUN
Tri Ningsih Kurniawati, S.Pd., M.Hum
RAGAM BAHASA.
PENGERTIAN LINGUISTIK
BBM 3411 KETERAMPILAN BERBAHASA MELAYU
SEMANTIK Pengantar.
1 Disusun Oleh : Farid Abdullah affandi Karnadi Totok Setiawan Vani Angga P. FRASA FRASA BAHASA INDONESIA 12.
Jonter Pandapotan Sitorus, M.Pd.
KEGIATAN BELAJAR 1 HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK BAHASA
Metode Penelitian Sastra
BBM 3411 KETERAMPILAN BERBAHASA MELAYU
Transcript presentasi:

Kebermarkahan dan Kemenonjolan dalam Linguistik Indonesia Totok Suhardijanto Departemen Linguistik FIB Universitas Indonesia

Pembuka Dalam konteks bahasa Indonesia, masih cukup banyak hal yang belum tertangani dalam pemrosesan bahasa alami (natural language processing): POS tagging, NER, coreference resolution, sentiment analysis, text summarization, dst. Salah satu masalah utama pada bahasa alami adalah keragaman bahasa (linguistic variability). Terkait dengan keragaman tersebut, ada konsep bermarkah (marked) vs. tak bermarkah (unmarked) dalam linguistik. Menarik juga dibahas konsep kemenonjolan (salience) terkait dengan konsep kebermarkahan.

Kebermarkahan: Konsep Awal (1/4) Konsep kebermarkahan (markedness) dikemukakan oleh Trubetzkoy (1939) yang prinsipnya kemudian digunakan pula dalam tradisi linguistik generatif oleh Chomsky (1957 dst). Istilah bermarkah (marked) awalnya digunakan untuk pasangan oposisi tak-simetris dalam fonologi: vokal bulat >< tak bulat: u, o >< i, e vokal nasal >< tak nasal: a >< ã bunyi bersuara >< tak bersuara: p, t >< b, d

Kebermarkahan: Konsep Awal (2/4) Kemudian, penggunaannya meluas dalam tataran linguistik lainnya. Semantis: “sering” vs. “jarang” (istilah tak bermarkah digunakan pada bentuk yang “wajar” digunakan): Seberapa sering kamu berkunjung ke rumahnya? vs. ?Seberapa jarang kamu berkunjung ke rumahnya? “wanita” vs. “perempuan” Komnas Perempuan vs. ?Komnas Wanita wanita karier vs. ?perempuan karier

Kebermarkahan: Konsep Awal (3/4) Morfologis: Dia makan hidangan itu dengan lahap. (takber) Dia memakan sisa-sisa makanan di tempat sampah. (ber) Penderita asam urat tidak boleh mengonsumsi daun-daun hijau. (takber) Dedaunan musim gugur akan menyambut kita begitu masuk ke area kuil di Kamakura ini. (ber)

Kebermarkahan: Konsep Awal (4/4) Sintaktis: normal (takber) vs. inversi (ber) Dia berangkat ke Jakarta untuk menuntut ilmu. (takber) Berangkatlah dia ke Jakarta untuk menuntut ilmu. (ber) Busur panah itu diambilnya. (takber) Diambilnya busur panah itu. (ber)

Kebermarkahan: Pengertian Lanjut Dari pengertian tunggal, dalam linguistik kebermarkahan berkembang menjadi beberapa pengertian. Kebermarkahan digunakan untuk pola paradigmatis: Kebermarkahan tidak hanya berlaku untuk kategori atau unsur individual. (2) Kebermarkahan dipahami relatif dan bertaraf (gradient): Bentuk dan pola tidak lagi sekadar bermarkah atau tak bermarkah; menjadi lebih atau kurang bermarkah daripada bentuk atau pola lainnya.

Kebermarkahan Paradigmatis (1/3) Konsep sintagmatis >< paradigmatis dalam linguistik saya makan pisang dia menggoreng jagung kamu mengiris wortel sintagmatis paradigmatis

Kebermarkahan Paradigmatis (2/3) verba rebut rebut berebut merebut rebutan direbut berebutan memperebutkan diperebutkan terebut

Kebermarkahan Paradigmatis (3/3) Sandal ibu hilang sebelah. Ibu sandalnya hilang sebelah. Ibu sandalnya sebelah hilang. Sandal ibu sebelah hilang. Ibu sebelah sandalnya hilang. Sandal ibu sebelahnya hilang.

Kebermarkahan dan distribusi (1/2) Bentuk dengan fitur tak bermarkah kerap menunjukkan perbedaan paradigmatis daripada bentuk dengan fitur bermarkah. reduplikasi utuh >< reduplikasi sebagian anak-anak kekasih berarak-arak bertetangga memuja-muja ?menetua mengelu-elukan ?mendedaunankan ...

Kebermarkahan dan distribusi (2/2) Bentuk yang berasosiasi dengan fitur bermarkah sering muncul dalam lingkungan gramatikal yang lebih terbatas. konstruksi benefaktif >< konstruksi reguler agent + V-kan + beneficier + patient agent + V-kan + patient + untuk beneficier Dodi membelikan Wulan cincin. Dodi membelikan cincin untuk Wulan. ~ buat, jahit, sisa ~ buat, jahit, sisa, pesan, panggil, ...

Ciri-Ciri Kebermarkahan Jadi, bentuk/pola yang bermarkah mempunyai ciri-ciri berikut ini. Dimarkahi oleh penanda morfologis, misalnya afiks, partikel Secara semantis/fungsional lebih spesifik (atau kompleks) Dari sudut distribusi, lebih terbatas. Sulit bagi manusia untuk memrosesnya (untuk mempelajari atau menghasilkan) Tak reguler/abnormal/anomali berlawanan dengan bentuk/pola reguler yang tak bermarkah.

Kebermarkahan dalam Linguistik reguler tak reguler tak bermarkah bermarkah

Kemenonjolan Dalam NLP, identifikasi kata dan frasa penting merupakan hal pokok. Teknik konvensional memperlakukan dokumen sebagai kumpulan kata kunci, namun banyak sistem NLP kini mulai memahami dokumen dalam kaitannya dengan entitas. Terkait dengan entitas, ada konsep yang disebut kemenonjolan (salience). Boguraev & Kenneth (1997): “discourse objects with high salience are the focus of attention.” Dunietz & Gillick (2014): “Unsur yang menonjol adalah sesuatu yang oleh pembaca dianggap paling relevan dengan sebuah dokumen.”

Kemenonjolan dalam Linguistik (1/2) Dalam linguistik, kemenonjolan adalah informasi yang dianggap penutur/penulis ada dalam benak pendengar/pembaca ketika teks/wacana tersebut dipaparkan. Fitur linguistis yang menonjol merupakan informasi yang mudah ditangkap oleh pendengar atau pembaca karena bersifat pengetahuan umum bagian dari konteks di luar bahasa, atau sebelumnya disebutkan di dalam wacana

Kemenonjolan dalam Linguistik (2/2) Dalam pendekatan linguistik kognitif, Kecskes (2008, 2010) membedakan tiga tipe kemenonjolan: kemenonjolan inheren, kemenonjolan kolektif, dan kemenonjolan situasional.

Kemenonjolan Inheren Kemenonjolan inheren bercirikan sesuatu yang alami terdapat pada konsep umum dan pengetahuan bahasa si penutur. Ini berkembang sebagai hasil pengetahuan pendahuluan tentang kosakata dan berubah secara diakronis/sinkronis. Kemenonjolan ini dipengaruhi oleh kedua kemenonjolan lainnya.

Kemenonjolan Kolektif Kemenonjolan kolektif dibagi bersama dengan anggota masyarakat lainnya dan berubah secara diakronis. Kemenonjolan ini dapat juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat penutur bahasa tertentu.

Kemenonjolan Situasional Kemenonjolan situasional berubah secara sinkronis dan merujuk pada kemenonjolan objek dan elemen linguistik tertentu dalam konteks produksi bahasa. Kemenonjolan situasional dapat meningkat menurut keterusterangan, motivasi pembicara, dsb.

Contoh Kemenonjolan (1/2) Setya Novanto, papa di puncak partai beringin (Beritagar 18/5) Rudi: “Tadi pagi ada polisi datang ke rumah.” Faisal: “Wah, ada masalah apa?” Rudi: “Enggak kok. Dia tanya alamat rumah adiknya. Kebetulan satu kompleks.”

Contoh Kemenonjolan (2/2) Bagaimana kemenonjolan dalam teks di sebelah ini?

Kebermarkahan >< Kemenonjolan? Kebermarkahan: distribusi terbatas, spesifik secara semantis, tak reguler. Kemenonjolan: kemudahan/kecepatan untuk diakses, dibagi bersama oleh anggota masyarakat, kurang spesifik

Kebermarkahan >< Kemenonjolan? Tak bermarkah Bermarkah Menonjol Tak Menonjol

Penutup Dalam bahasa alami, termasuk bahasa Indonesia, variasi bahasa merupakan keniscayaan. Pada variasi terdapat fitur-fitur yang lebih atau kurang bermarkah. Kebermarkahan fitur menentukan apakah variasi tersebut lazim atau tidak dalam penggunaannya. Fitur-fitur yang kurang bermarkah cenderung lebih menonjol dalam linguistik. Namun, hal ini perlu diteliti lebih lanjut dengan korpus data yang lebih besar.

Terima Kasih