PERKAWINAN CLOSEBREEDING Menghitung Koefisien kekerabatan dan silang dalam Oleh : Setyo Utomo, UMB Yogyakarta
PERKAWINAN INBREEDING MASIH BERKERABAT (CLOSE BREEDING TIDAK BERKERABAT (OUTBREEDING) INBREEDING CONTOH : LINEBREEDING
SILANG DALAM : TERDAPAT SETIDAKNYA 4 CONTOH SILANG DALAM YAITU : SELF FERTILIZATION PADA TANAMAN PADA TERNAK ; PERKAWINAN SAUDARA KANDUNG PADA UNGGAS PERKAWINAN ANTAR SAUDARA TIRI BACK CROSS (ANAK VS BANGSA BAPAKNYA) PADA TERNAK BESAR PENGARUH SILANG DALAM MENAIKAN HOMOZIGOSITAS DAN MENURUNKAN HETEROZIGOSITAS (SECARA GENETIK).
B C D E A F G H CONTOH SILANG DALAM LINEBREEDING : A KE BCDE = 1/2 ½ = 0,5 B C D E ¼ = 0,25 A KE F DAN G = 1/4 F G 1/8 = 0,125 A KE H = 1/8 H
CONTOH DI ATAS ADALAH INBREEDING DENGAN TUJUAN UNTUK MENJAGA DERAJAD KEKERABATAN YANG TINGGI TERHADAP INDIVIDU “A” LINEBREEDING ADALAH SILANG DALAM YANG MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI HUBUNGAN KEKERABATAN CUKUP TINGGI TETAPI KOEFISIEN SILANG DALAM RELATIF RENDAH
MENGHITUNG KOEFISIEN HUBUNGAN KEKERABATAN DAN KOEFISIEN SILANG DALAM : KOEFISIEN HUBUNGAN KEKERABATAN MENUNJUKAN DERAJAD HUBUNGAN GENOTIP DUA INDIVIDU YANG BERKERABAT DIBANDINGKAN DENGAN GENOTIPE DUA INDIVIDU YANG TTIDAK BERKERABAT PADA POPULASI YANG SAMA KOEFISIEN SILANG DALAM MENUNJUKAN DERAJAD PENINGKATAN HOMOZIGOSITAS TERNAK-TERNAK INBREED DIBANDINGKAN DENGAN RATAAN HUBUNGAN ADDITIFE ANTAR TERNAK DALAM POPULASI TABULAR METHOD UNTUK MENGHITUNG HUBUNGAN KOEFISIEN KEKERABATAN DAN PATH TRACING METHODE (PATH COEFISIEN METHODE) UNTUK MENGHITUNG KOEFISIEN HUBUNGAN KEKERABATAN DAN KOEFISIEN SILANG DALAM. JIKA TERDAPAT BANYAK HUBUNGAN ANTAR TERNAK DIPAKAI TABULAR METHODE, JIKA SILSILAH SEDERHANA DIMANA JUMLAH HUBUNGAN ANTAR TERNAK TIDAK BEGITU BANYAK DIGUNAKAN PATH COEFICIENTS.
TABULAR METHODE : Penghitungan hubungan additif antar ternak DASAR : ADANYA FAKTA BAHWA JIKA DUA TERNAK MEMPUNYAI HUBUNGAN, MAKA SATU ATAU KEDUA TETUA DARI SALAH SATU TERNAK TSB PASTI MEMPUNYAI HUBUNGAN DENGAN PASANGAN LAINNYA. SIMBOL UMUM UNTUK MENGGAMBARKAN HUBUNGAN ADDITIV (ADDITIVE RELATIONSHIP) ANTAR DUA INDIVIDU ADALAH R XY YAITU HUBUNGAN ANTAR INDIVIDU X DAN Y. GB. HUBUNGAN ADDITIVE ANTAR DUA TERNAK :
TERNAK A R AC TERNAK D TERNAK B R BC TERNAK C RCD = (1/2) (R BC + RAC) GAMBAR DASAR TEORI TABULAR METHODE UNTUK MENGHITUNG HUBUNGAN ADDITIVE ANTAR DUA TERNAK
GAMBAR BERIKUT DISAJIKAN SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN KOEFISIEN SILANG DALAM HUBUNGAN ADDITIVE ANTAR KEDUANYA. TERNAK K DAN L MERUPAKAN TETUA DARI TERNAK M. KARENA ITU HUBUNGAN ADDITIVE ANTAR K DAN L SEBESAR R KL MAKA KOEFISIEN SILANG DALAM UNTUK TERNAK M ADALAH ½ DARI HUBUNGAN ADDITIVE ANTAR TERNAK K DENGAN TERNAK L ATAU F M = (1/2) (R KL) TERNAK K M F M = (1/2) (R KL) R KL TERNAK L
CONTOH : PADA GAMBAT BERIKUT MEMBERIKAN GAMBARAN TENTANG HUBUNGAN ANTAR TERNAK A, B, C DAN D. BERDASAR TABULAR METHODE, PROSEDUR PENGHITUNGAN HUBUNGAN KEKERABATAN YANG ADDITIVE DITENTUKAN SECARA BERURUTAN, MULAI DARI YANG TERTUA SAMPAI YANG TERMUDA. A lahir September 2004 C lahir Januari 2007 B lahir Oktober 2004 A lahir September 2004 D lahir Agustus 2007 B lahir Oktober 2004 BUATLAH SILSILAHNYA !!!!!
GAMBAR HUBUNGAN ANTAR TERNAK A, B, C DAN D (Gambar Silsilah)
ATURAN PENGHITUNGAN KOEFISIEN HUBUNGAN KEKERABATAN : ASUMSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JIKA HUBUNGAN ANTAR TERNAK PADA POPULASI DASAR TIDAK DIKETAHUI MAKA HUBUNGAN ITU DITULIS 0 (NOL). NILAI HUBUNGAN ITU BARU BISA DIHITUNG DAN DIISIKAN DALAM TABEL JIKA DIKETAHUI HUBUNGAN ANTAR TERNAK. LANGKAH – LANGKAH SBB :
LANGKAH-LANGKAH : TENTUKAN TERNAK-TERNAK YANG TERLIBAT DALAM PERHITUNGAN. URUTKAN DALAM TABEL DARI YANG PALING TUA SAMPAI YANG TERMUDA BERDASARKAN TANGGAL LAHIR TULISLAH DAN URUTKAN NAMA ATAU KODE TERNAK UNTUK KOLOM DAN BARIS YANG BERSESUAIAN. A B C D
TULISLAH NAMA ATAU KODE TETUA DIATAS KODE TERNAK YANG TELAH DITULIS PADA ATURAN 2, JIKA DIKETAHUI , TULISLAH SIMBOL ATAU TANDA TANYA _ A B A-B C A-C D
TULISLAH ANGKA 1 UNTUK SETIAP SEL DIAGONAL, MISAL PADA BARIS 1 KOLOM 1 NARIS 2 KOLOM 2, DST. ANGKA 1 MERUPAKAN HUBUNGAN ADDITIVE TERNAK TERHADAP DIRINYA SENDIRI JIKA TERNAK TSB BUKAN INBREED, JIKA KOEFISEN SILANG DALAM TERNAK PERTAMA DIKETAHUI, MAKA TAMBAHKAN NILAI TSB PADA SEL DIAGONAL YANG SESUAI. UNTUK GENERASI AWAL, ASUMSIKAN BAHWA HUBUNGAN KEKERABATAN SAMA DENGAN 0 (NOL). _ A B A-B C A-C D 1 ATURAN 5 DAN 6 HARUS DIULANG SAMPAI SEMUA SEL TERISI
ISILAH SEMUA SEL DILUAR DIAGONAL PADA BARIS PERTAMA DENGAN ATURAN BAHWA HUBUNGAN LANGSUNG ANTARA DUA TERNAK (DALAM CONTOH ADALAH A DENGAN C = ½ HUBUNGAN ANTARA TERNAK PADA BARIS (A) DENGAN TETUA PERTAMA DARI TERNAK LAINNYA PADA KOLOM YANG SESUAI (HUBUNGAN A DENGAN A) PLUS ½ HUBUNGAN ANTARA TERNAK PADA BARIS PERTAMA (A) DENGAN TETUA KE DUA (HUBUNGAN A DENGAN B). DISINI a AC = ½ (1) + ½ (0) = ½ . SELANJUTNYA HUBUNGAN ANTARA A DENGAN D ADALAH A DENGAN A SEBESAR ½ (1) PLUS A DENGAN C SEBESAR ½ (1/2). BILA PENGISIAN SEL-SEL PADA BARIS PERTAMA SELESAI, SELANJUTNYA ISILAH SEL-SEL PADA KOLOM PERTAMA DENGAN NILAI YANG SAMA SEPERTI PADA SEL-SEL BARIS PERTAMA. SEBAGAI CONTOH: aAC = aCA = ½ DAN a AD = aDA = ¾. _ A B A-B C A-C D 1 ½ (1+0)=1/2 ½ (1+1/2)= ¾ ½ ¾
LANJUTKAN PENGISIAN SEL PADA BARIS KE-DUA DAN DIMULAI PADA DIAGONAL YANG SUDAH TERISI ANGKA 1. KEMUDIAN TAMBAHKAN SETENGAH HUBUNGAN KEKERABATAN ANTARA TERNAK DENGAN DUA TETUA DARI TERNAK LAIN YANG DAPAT DITEMUKAN DARI SISIAN SEBELUMNYA. ANGKA ½ MERUPAKAN KOEFISEIN SILANG DALAM SEPERTI YG DITERANGKAN PADA ATURAN NO 4. KOEFISIEN SILANG DALAM INI SERING BERNILAI 0 KARENA BUKAN INBREED. LANJUTKAN PENGISIAN SEL YANG BUKAN DIAGONAL MENURUT ATURAN NO 5. _ A B A-B C A-C D 1 1/2 ¾ (1/2) (0+1)=1/2 (1/2)(0+1/2)=1/4 ½
7. ULANGI ATURAN NO 5 DAN NO 6 SAMPAI SEMUA SEL TERISI _ A B A-B C A-C D 1 1/2 ¾ 1/4 ½ 1+ (1/2)(0)=1 (1/2)(1/2+1)=3/4 3/4 1+(1/2)(1/2)= 5/4 DENGAN DEMIKIAN JELAS BAHWA SECARA GARIS BESAR ADA DUA TAHAPAN PENTING UNTUK MENGHITUNG KOEFISIEN HUBUNGAN KEKERABATAN, YAITU : SEL DIAGONAL ADALAH 1 PLUS KOEFISEN SILANG DALAM YG MERUPAKAN SETENGAH HUBUNGAN KEKERABATAN ANTARA TETUA TERNAK SETIAP SEL DILUAR DIAGONAL ADALAH SETENGAH DARI JUMLAH DUA HUBUNGAN KEKERABATAN.
HASIL PERHITUNGAN KOEFISIEN HUBUNGAN KEKERABATAN PADA CONTOH DI ATAS SECARA LENGKAP ADALAH SBB : Tabel Koefisien hubungan kekerabatan antar ternak pada contoh di atas _ A B A-B C A-C D 1 1/2 ¾ 1/4 ½ 3/4 5/4