Pertemuan 3 Budaya Pelayanan
Perhatian Terhadap Kinerja 4 Tipe Budaya Pelayanan Perhatian Terhadap Hubungan Antar Manusia Caring Integrative Apathetic exacting Perhatian Terhadap Kinerja
Apathetic Culture Dalam tipe ini perhatian anggota organisasi terhadap hubungan antar manusia maupun perhatian terhadap kinerja pelaksanaan tugas, dua-duanya rendah. Disini penghargaan diberikan terutama berdasarkan permainan politik dan pemanipulasian orang- orang lain.
Caring Culture Budaya organisasi seperti ini dicirikan oleh rendahnya budayua perhatian yterhadap kinerja dan tingginya perhatian terhadap hubungan antar manusia. Penghargaan lebih didasarkan atas kepaduan tim dan harmoni, dan bukan didasarkan atas kinerja pelaksanaan tugas.
Exacting Culture Perhatian terhadap orang sangat rendah, tetapi perhatian terhadap kinerja sangat tinggi. Disini secara ekonomis, penghargaan sangat memuaskan tetapi hukuman atas kegagalan yang dilakukan juga sangat berat. Dengan demikian tingkat keamanan pekerjaan menjadi sangat rendah.
Integrative Culture Perhatian terhadap orang maupun perhatian terhadap kinerja keduanya sangat tinggi.
Budaya organisasi publik di Indonesia Lebih mementingkan kepentingan pimpinan ketimbang kepentingan klien atau pengguna jasa. Lebih merasa sebagai abdi negara daripada abdi masyarakat. Meminimalkan resiko dengan cara menghindari inisiatif. Menghindari tanggung jawab. Menolak tantangan. Tidak suka berkreasi dan berinovasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Budaya kinerja dalam organisasi pelayanan Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (1997:460) mendefinisikan budaya kinerja sebagai suatu situasi kerja yang memungkinkan semua karyawan dapat melaksanakan semua pekerjaan dengan cara terbaik yang dapat dilakukannya.
Mengarahkan ketimbang mengayuh Memberi wewenang kepada masyarakat 10 semangat kewirausahaan disampaikan oleh Osborne dan Gaebler (1993: 14) yaitu: Mengarahkan ketimbang mengayuh Memberi wewenang kepada masyarakat Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan Menciptakan organisasi yang digerakkan oleh misi ketimbang oleh peraturan Lebih berorientasi pada hasil, bukan input Berorientasi pelanggan, bukan birokrasi Berorientasi wirausaha Bersifat antisipatif Menciptakan desentralisasi Berorientasi pada pasar
Nilai-nilai dasar budaya kerja menurut Kepmenpan No 25 Tahun 2002 terdiri dari: Komitmen dan konsistensi. Wewenang dan Tanggungjawab. Keikhlasan dan kejujuran. Integritas dan profesionalisme. Kreativitas dan kepekaan. Kepemimpinan dan keteladanan. Kebersamaan dan dinamika kelompok kerja. Ketepatan dan kecepatan.
Rasionalitas dan kecerdasan emosi. Keteguhan dan ketegasan. Disiplin dan keteraturan kerja Keberanian dan kearifan. Dedikasi dan loyalitas. Semangat dan motivasi. Ketekunan dan Kesabaran. Keadilan dan Keterbukaan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Nilai-nilai dasar budaya kerja yang dikembangkan oleh BPKP Profesionalisme, meliputi: Komitmen dan konsistensi (terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi) Wewenang dan tanggung jawab Integritas dan profesionali Ketepatan/keakurasian dan kecepatan Disiplin dan keteraturan kerja Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kerjasama, meliputi: Kepemimpinan dan keteladanan Kebersamaan dan dinamika kelompok kerja Keteguhan dan ketegasan Semangat dan motivasi
Keserasian keselarasan dan keseimbangan, meliputi: Keikhlasan dan kejujuran Kreativitas dan kepekaan/sensitivitas (terhadap lingkungan tugas) Rasionalitas dan kecerdasan emosi Ketekunan dan kesabaran Keberanian dan kearifan (dalam mengambil keputusan dan menangani konflik) Dedikasi dan loyalitas