PLN Tidak Mau Lagi Jadi Ban Belakang (Bagian 2) Dalam waktu kurang dari satu tahun Pak Dahlan berani membawa karyawan ke presiden. Apa latar belakangnya? Bukan saya yang membawa mereka, tapi Presiden mengundang karyawan-karyawan PLN sebagai penghargaan atas kerja keras PLN menyelesaikan krisis listrik. Saya bisa merasakan kebahagiaan Bapak Presiden ketika PLN bisa menyelesaikan krisis listrik dalam waktu yang singkat. Saya bisa memahami betapa sudah lama Bapak Presiden menjadi bulan-bulanan opini di masyarakat dari seluruh Indonesia karena tidak pernah kunjung bisa mengatasi persoalan krisis listrik. Bapak Presiden sendiri bilang bahwa setiap kali bertemu bupati, walikota dan gubernur di seluruh Indonesia selalu mendapat keluhan soal lisrik. Beliau juga mengatakan setiap hari menerima ribuan SMS yang mengadukan soal listrik. Ibu Any Bambang Yudhoyono memberitahu saya bahwa kini banjir SMS dari Medan sudah berhenti. Karyawan PLN senang dan bangga dengan undangan Bapak Presiden ini. Hampir semua dari mereka untuk pertama kalinya masuk istana. Apa kriteria bagi mereka yang diajak ke Istana itu? Undangan minum teh bersama Presiden di Istana Negara ini tentu istimewa. Karena itu hanya yang paling menonjol yang kami bawa. Itupun sebagai perwakilan saja karena yang menonjol terlalu banyak. Sebagian dari mereka sudah kami hadirkan ketika kami mengundang Presiden ke Mataram untuk syukuran telah selesainya krisis listrik. Penghargaan Presiden itu pada dasarnya untuk semua karyawan PLN. Hanya karena jumlah karyawan PLN 50.000 orang tentu Istana tidak bisa menampung orang sebanyak itu. Kami sendiri pernah menerima penghargaan dari Komisi VII DPR karena usaha yang serius mengatasi permasalahan listrik. Penghargaan ini penting karena biasanya hanya caci-maki yang muncul dari DPR. Pengembangan listrik pra-bayar berkembang pesat dan mendapat respons yang luas. Apa langkah selanjutnya? Kami memang melakukan usaha yang sungguh-sungguh menggalakkan listrik pra-bayar. Ini bermula dari hasil analisa mengenai keluhan pelanggan listrik selama ini. Ada 20 keluhan yang sering dikomplainkan ke PLN. Mengatasi 20 macam keluhan tentu tidak mudah. Kami mencari jalan terobosan. Ketemulah bahwa 14 dari 20 macam keluhan itu bisa diselesaikan dengan satu langkah: pra-bayar. Misalnya keluhan pembacaan meter yang kurang akurat, kedatangan petugas PLN yang kurang ramah, pemutusan listrik yang terlalu keras karena telat bayar dan seterusnya. Dengan pra-bayar PLN tidak perlu lagi memutuskan listrik karena pada dasarnya kalau pelanggan telat bayar pelangan sendiri yang memutuskannya. Bahkan sistem pra-bayar bisa menghindarkan pencurian listrik karena meternya tidak bisa diutak-atik. Ke depan sistem pra-bayar akan terus ditingkatkan berlipat-lipat. Kalau tahun 2010 pra-bayar dipergunakan untuk 1 juta pelanggan, tahun 2011 bertambah lima juta lagi. Kami tidak bisa langsung menggantikannya semua karena menunggu kesiapan pabrikan meter dalam negeri. Kepada para pabrikan kami sudah kemukakan agar beralih memproduksi meter pra-bayar. Mereka perlu waktu setahun. Karena itu tahun 2010 kami batasi 1 juta. Di mana-mana orang meminta dipasang sistem prabayar tapi kami baru bisa melayani lebih banyak di tahun 2011. Pada saatnya nanti kami tidak melayani listrik yang bukan prabayar. Sistem pembelian strumnya akan terus disempurnakan. Sekarang di banyak ATM memang sudah bisa dibeli, tapi tahun 2011 ini akan diperluas ke sistem kartu gesek nomor. Kini kian banyak bank yang bergabung ke PLN karena pembayaran listrik ini menyangkut uang Rp 100 triliun setahun. Bisakah dijelaskan mengenai gerakan sehari satu juta sambungan? Mengapa pak Dahlan berani melakukan itu disaat krisis listrik baru saja teratasi? Setelah kami sukses mengatasi krisis listrik dalam waktu enam bulan, orang-orang PLN begitu percaya diri bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengerjakan hal-hal lain yang lebih besar dalam waktu yang pendek. Mengatasi krisis listrik adalah pekerjaan terbesar dan sangat sulit. Tapi teman-teman PLN mampu. Tantangan yang besar harus terus diberikan. Dan ternyata kali ini pun juga mampu. Gerakan sehari sejuta sambungan berhasil mencapai target, benar-benar menyambung 1 juta lebih sedikit. Apa latar belakangnya? Kami sudah punya inventarisasi persoalan-persoalan besar di PLN. Pertama krisis listrik. Kedua krisis pelayanan. Ketiga efisiensi. Ribuan persoalan yang ada sekarang ini hanyalah anak-cucu dari tiga persoalan tersebut. Tiga persoalan itu harus selesai dalam 18 bulan. Tiap enam bulan harus menyelesaikan satu persoalan besar. Enam bulan pertama menyelesaikan krisis listrik. Enam bulan kedua meningkatkan pelayanan. Enam bulan ketiga yang dimulai Januari bulan depan menyelesaikan efisiensi. Gerakan sehari sejuta sambungan adalah gebrakan untuk memulai peningkatan pelayanan. Dengan gerakan ini maka persoalan calo, lamanya menunggu sambungan, menggunungnya daftar tunggu, panjangnya birokrasi dan seterusnya dibongkar habis. Gerakan sehari sejuta sambungan ini akan menjadi titik-tolak model pelayanan listrik ke depan. Memang dengan gerakan sehari sejuta sambungan ini banyak pihak yang selama ini bisa ngobyek menjadi kehilangan obyekan. Tapi teman-teman PLN puas karena mendapat pujian di mana-mana. Harga diri teman-teman PLN naik. Kalau dulu ada yang mulai tidak berani mengenakan seragam PLN kini mulai dengan bangga memperkenalkan diri sebagai karyawan PLN. Mereka bangga mulai dipuji oleh mertua, tetangga, rekan BUMN lain dan bahkan dipuji Presiden SBY. Dalam beberapa kali bertemu di bandara pak Dahlan kelihatan sendirian bahkan check-in sendiri. Kalau di bandara Surabaya saya melakukan check-in sendiri karena Surabaya kan rumah saya. Memang sering ada yang menegur, lho kok check-in sendiri. Biasanya saya jawab dengan senyuman saja. Di Jakarta biasanya dicheck-inkan bagian protokol karena takut telat. Saya memang tidak biasa didampingi ajudan. Masih risi. Mungkin karena saya dari swasta yang biasa semua urusan begituan dikerjakan sendiri. Ajudan saya senang karena dengan tidak diperlukannya pekerjaan ini bisa kembali ke PLN Semarang, bekerja di sana, karena isterinya tinggal di Semarang. Bagaimana menjaga kesehatan mengingat baru tiga tahun lalu menjalani operasi transplantasi hati? Saya disiplin minum obat. Sehari saya harus dua kali minum obat. Sebenarnya itu bukan obat. Itu hanya synchronizer, obat untuk menyerasikan tubuh saya dengan hati baru saya yang pada dasarnya milik orang lain itu. Saya juga disiplin tidak makan apa-pun dua jam sebelum minum obat itu dan satu jam setelah minum obat tersebut. Selebihnya saya merasa fit. Minggu lalu saya ke Halmahera, Morotai, Ternate, Tidore, Ambon dan Poso hanya dalam waktu dua malam, ternyata baik-baik saja. Demikian juga minggu sebelumnya saya ke Sorong, Fakfak, Kaimana, Manokwari, Jayapura hanya dalam waktu dua hari, juga tidak ada masalah. Semoga terus begitu. Tapi untuk mengatasi persoalan listrik ini saya memang sudah bertekad mempertaruhkan apa pun termasuk badan saya. Saya sangat percaya kalau listrik beres, ekonomi Indonesia akan sangat maju. Beberapa teman saya meninggal dunia kurang dari tiga tahun setelah transplant hanya karena teledor dalam menjaga diri. Bukan karena kerja keras. Sejumlah orang mulai menyebut gaya kepemimpinan Pak Dahlan dipengaruhi oleh latar belakang sebagai wartawan. Apakah betul? Wartawan mengajarkan kepada saya untuk berpikir logis, mampu mesimplifikasi persoalan besar, mampu membedakan mana yang penting dan kurang penting, terbiasa mendahulukan yang terpenting dan berbuat untuk kepentingan umum. Tapi saya kan sudah lama berhenti sebagai wartawan. Lebih dari sepuluh tahun terakhir saya kan sudah lebih banyak sebagai orang bisnis. Bisnis mengajarkan saya banyak hal: kecepatan mengambil keputusan, menghitung resiko, memperhitungkan hilangnya kesempatan, dan menepati janji yang diucapkan. Saya kira latar belakang wartawan dan orang bisnis ikut menentukan. Tapi mungkin bapak saya yang mengajarkan kesederhanaan dan sikap egaliter. Tentu juga sangat berpengaruh dalam hal cara berkomunikasi dengan karyawan yang begitu besar di seluruh Indonesia. Tentu. Setiap bulan saya menulis CEO-Note. Seluruh karyawan PLN bisa membacanya. Di situ saya kemukakan mengenai apa saja yang seharusnya dilakukan bersama. Saya menghindari gaya khotbah atau pidato. Saya lebih banyak menggunakan gaya bercerita sebagaimana wartawan menulis reportase. Banyak juga yang isinya mengenai prestasi seorang karyawan atau pimpinan yang bisa diteladani. Saya monitor pembaca CEO-Note ini sangat luas. Karyawan PLN di daerah-daerah terpencil seperti Sibolga membacanya. Bahkan juga karyawan di PLN Tual atau Saumlaki, pulau kecil di dekat Australia itu. Dengan cara ini jalan pikiran CEO langsung bisa diikuti sampai lapisan terbawah. Kadang saya menulis CEO Note dua kali atau tiga kali sebulan. CEO Note telah menjadi bacaan yang tidak diwajibkan tapi meluas. Bahkan seorang kepala unit mengajukan ide membangun PLTA di Wamena karena tergerak setelah membaca CEO Note. Saya sendiri menjadi terdorong untuk terus menulis CEO Note karena kalau sedikit terlambat sudah banyak SMS atau email: mengapa CEO Note terbaru belum muncul? Saya akhirnya asyik juga di PLN ini. (Selesai). Dahlan Iskan CEO PLN