MUSIC, SPACE, IDENTITY: GEOGRAPHIES OF YOUTH CULTURE IN BANGLORE, INDIA Oleh: Roro Retno Wulan
Gambaran isi artikel Bagaimana budaya dan pertumbuhan ekonomi berpadu membentuk sebuah identitas baru dari masyarakat India Sistem kasta yang selama ini membuat jurang pemisah ditambah kepemilikan kapital menciptakan generasi baru Hegemoni dari dunia barat terhadap dunia timur.
Konsep penjajahan baru Saldanha (2002) :“Obviously, the unequal relations between colonizer and colonized benefited and still benefit the hegemony of the colonizer’s culture” Nandy (1983) bahwa saat penjajah meninggalkan daerah jajahannya maka mereka bukan hanya meninggalkan landasan untuk penjajahan berikutnya namun juga menimbulkan reaksi komplek melawan ketidakadilan ini sehingga terbentuk rasa nasionalisme dan pembaharuan regionalisme.
Konsep Batas Geografi Imajiner Konstruksi identitas remaja “the have” di Banglore dengan masuknya industri media barat tahun 1990’an Masuknya KFC, Pepsi, Sony, Ford Masuknya StarTV india Gaya hidup : berkumpul di pub, berkeliling kota dg mobil mewah bermerk luar negeri Globalisasi telah merubah batas-batas ke-India-an generasi muda
Kondisi nyata kehidupan remaja Bagi para remaja, mengendarai kendaraan pribadi mereka sambil mendengarkan musik adalah kebiasaan yang mereka lihat melalui media massa. Berdasarkan tayangan televisi, semua anak muda di dunia melakukannya. Musik dan kendaraan menjadi pembeda mereka dengan remaja lainnya di kota Bangalore. Kepemilikan atas mobil dan musik barat menjadi simbol kekuatan mereka dan tingginya identitas mereka dibandingkan remaja lainnya yang hanya mengendarai motor merk Bajaj (industri dalam negeri). Konsumsi merupakan perkembangan yang cukup muktahir dalam sejarah kapitalisme.
Pandangan para pakar: Foucault: “tergambarkannya relasi kekuasaan di dalam masyakarat melalui bahasa dan praktek-praktek” Strinati: “konsumsi sebagai bagian dari kapitalisme, telah melahirkan budaya populer modern yang memuja konsumerisme, hedonisme, dan gaya. Globalisasi ekonomi dipandang sebagai sebuah alasan penting bagi terjadinya pengikisan global sumber-sumber identitas tradisional”
… Baudliard : menyatakan bagaimana hubungan antara realitas, simbol dan masyarkat. Inilah yang terjadi, remaja tersebut tidak merasakan adanya relasi dengan lingkungannya karena dibatasi oleh pendingin ruangan, kaca yang gelap, dan musik yang keras. Edward Said : “modernisasi di Dunia Ketiga sesungguhnya dipastikan berdasar pada implementasi kolonial dari konsep-konsep dunia barat. Perilaku remaja tersebut merupakan bukti kuatnya occidentalism atau paham mengenai kebiasaan orang barat.
Hasil penelitian Saldanha (2002) Local India Global India Lembaga keagamaan Agama personal Terikat masa lalu Melihat masa depan Korupsi Komputer Tradisionalisme: kasta, agama Kosmopolitanisme: gaya hidup, cita rasa Tidak ada pilihan Banyak pilihan Puritan Liberal State apparatus Multinasional Membosankan Menyenangkan Miskin dan pinggiran Kaya dan perkotaan
… Remaja Banglore hidup dalam dikotomi, antara orientalisme dan occidentalisme Mereka menganggap budaya tradisional sebagai sesuatu yang kuno, buruk dan tanpa harapan, namun sebaliknya dengan budaya Barat dikenal sebagai sesuatu yang dinamis, bercita rasa dan terorganisir dengan baik. Terdapat tiga simpulan yang dapat ditelaah lebih jauh dari pandangan mereka yaitu: Para remaja ini merupakan agen perubahan yang aktif, Mereka tidak anti-India, hanya memilih bagian-bagian yang menurut mereka lebih “keren”, tanpa bermaksud meninggalkan budaya mereka, Mereka sangat memahami posisi mereka sebagai orang muda yang bernegosiasi dengan diri mereka untuk memahami dualisme ke-India-an mereka. Sebagai kajian kritis, penelitian ini melihat bahwa kaitan antara musik, ruang dan identitas berarti mempelajari kaitan antara ketiganya. Artinya di dalam ranah ketiganya telah dimasuki unsur politik ekonomi
Sekian dan terima kasih Jatinagor ,2014