PENGALAMAN PASIEN RAWAT INAP DI RS TERAKREDITASI PARIPURNA DAN TERSERTIFIKASI ISO 9001:2015 Betha Candra Sari, Valentina Dwi Siswiyanti, Adi Utarini 18 Mei 2017 Latar Belakang Penerapan akreditasi dan ISO 9001 merupakan upaya RS dalam meningkatkan pelayanan berfokus pada pasien. Banyak studi menyatakan kelebihan implementasi akreditasi dan ISO 9001 di RS, namun manfaat akreditasi terhadap mutu pelayanan belum dapat dipastikan, dan hasilnyapun masih bervariasi. Bukti–bukti penerapan akreditasi maupun ISO di RS secara internasional juga masih perlu dikaji kembali, apakah dengan menerapkan kedua sistem tersebut secara bersamaan di suatu RS, dapat meningkatan pengalaman pasien. Tujuan Mengukur pengalaman pasien di pelayanan Rawat Inap dan mekanjelasn penerapan standar akreditasi dan ISO 9001 dalam menghasilkan pengalaman pasien yang positif. Metode Penelitian ini jenis mixed methods dengan rancangan sekuensial eksplanatori. Teknik pengumpulan data diawali dengan data kuantitatif menggunakan kuesioner dari Picker scale, dilanjutkan pengumpulan data kualitatif menggunakan indepth interview dan FGD ditujukan pada Staf Medis dan tenaga keperawatan. Lokasi penelitian di 4 RSU yang terdiri dari 2 RSU terakreditasi paripurna versi KARS 2012 dan 2 RSU terakreditasi paripurna versi KARS 2012 serta tersertifikasi ISO 9001. Data kuantitatif dan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil dan pembahasan Pengalaman Pasien yang diukur dalam pada variabel 1,2 dan 4 tampak lebih baik pada kelompok RS terakreditasi dan ISO 9001, sedangkan variabel 3, pengalaman pasien lebih baik di kelompok RS terakreditasi saja. Pada variabel 1, terdapat hasil yang paling baik di salah satu RS terakreditasi( RS 1) karena RS tersebut memiliki program Direksi menyapa staf hingga pasien, program ini tidak dimiliki di ke-3 RS lainnya. Analisis data kualitatif menggambarkan faktor penguat yang mendukung pengalaman pasien positif di RS terakreditasi yaitu dukungan dokumentasi dari kebijakan, panduan, lembar informasi hingga pencatatan form edukasi di RM, keharusan staf untuk memperhatikan kebutuhan pasien dengan mempertimbangkan nilai-nilai, budaya keyakinan yang dimiliki, keharusan RS mendukung hak pasien dan keluarganya, serta keharusan memberikan pendidikan pada mereka, sedangkan faktor penguat di RS yang menerapkan kedua sistem yaitu komitmen top manajemen yang kuat mendorong pelayanan berfokus pada pasien, keharusan melakukan engagement pasien dan menekankan pada pentingnya membangun kesadaran dan komitmen staf dalam memberikan pelayanan. Kesimpulan Penerapan kedua sistem memberikan kontribusi terhadap pengalaman pasien yang positif melalui kepemimpinan dan komitmen manajamen-staf, dan dukungan makrosistem terhadap mikrosistem. Saran, penelitian ini perlu dikembangkan di RS dan Regulator untuk mengukur pengalaman pasien sebagai bagian dari peningkatan mutu layanan dan penerapan standar berfokus pada pasien. Figure 1: Karakteristik Responden Variabel 1: Tidak Mendapat penjelasan dari dokter Variabel 2: Pernah mendapat informasi yang berbeda Variabel 3: Tidak mendapat informasi gejala yang harus diwaspadai Variabel 4: Tidak dirawat dengan respek dan terhormat Figure 2: Hasil Pengukuran Pengalaman Pasien References: Aljuaid, M.,Mannan, ., Chaudhry, Z., & Majeed, A. (2016). Quality of Care in University Hospitals in Saudi Arabia: a Systematic Review. Kongdom of Saudi Arabia , BMJ Open; Creswell., (2009). Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Third Edition. California., SAGE Publication; Devkaran, S., & O’Farrell, P. N. (2015). The impact of hospital accreditation on quality measures: an interrupted time series analysis. BMC Health Services Research, 15, 137. http://doi.org/10.1186/s12913-015-0784-5; Doyle,C., & Lennox,L.,Bell, D (2013). A systematic review of evidence on the links between patient experience and clinical safety and effectiveness. BMJ Open, 3, doi:10.1136/bmjopen-2012-001570.; International Organization for Standard. (2015). ISO 9001 : 2015. Switzerland. www.iso.org; Jenkinson.C.,Coulter.A., Brusther.S. (2002). The Picker Patient Experience Questionnaire: development and validation using data from inpatient surveis in five countries. International Journal for Quality in Health Care, 14 (5), 353-358; KARS RI. (2016). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI; Lavela,Sherri L&Gallan.Andrew S.(2014).Evaluation and Measurement of Patient Experience.PXJ,Vol 1,Northwestern University.; Western Sydney University,Australia. Sage Publications Ltd.; Nelson.C.E.,Batalden.B.p., Godfrey.M.M., (2007). Quality by Design: A Clinical Microsystem Approach. San Fransisco.A Willey Imprint.; Rodríguez-Cerrillo, M., Fernández-Díaz, E., Iñurrieta-Romero, A., & Poza-Montoro, A. (2012). Implementation of a quality management system according to 9001 standard in a hospital in the home unit: Changes and achievements. International Journal of Health Care Quality Assurance, 25(6), 498–508. http://doi.org/10.1108/09526861211246458; Shaw, C., Groene, O., Mora, N., & Sunol, R. (2010). Accreditation and ISO certification: Do they explain differences in quality management in European hospitals? International Journal for Quality in Health Care, 22(6), 445–451. http://doi.org/10.1093/intqhc/mzq054; Sollecito.,W.A & Johnson.,J.K., (2013). Continous quality improvement in Health Care.United State. Malloy.Inc; Yousefinezhadi, T., Mohamadi, E., Safari Palangi, H., & Akbari Sari, A. (2015). The Effect of ISO 9001 and the EFQM Model on Improving Hospital Performance: A Systematic Review. Iranian Red Crescent Medical Journal, 17(12), 2–8. http://doi.org/10.5812/ircmj.23010