PERSALINAN DENGAN PENYULIT KALA III DAN IV OLEH : Anggun Fadilah NIM : 130047
Penyulit Kala III dan kala iv Persalinan
Atonia Uteri Uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan Penyebab : a. Partus lama b. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil c. Multiparitas d. Anastesi yang dalam e. Anastesi lumbal
Penatalaksanaan : a. Bersihkan semua gumpalan darah atau membran yang mungkin ada dalam mulut uterus atau di dalam uterus. b. Segera mulai lakukan kompresi bimanual interna c. Jika uterus sudah mulai berkontraksi secara perlahan ditarik tangan penolong. Jika uterus sudah berkontraksi, lanjutkan memantau ibu secara ketat.
d.Jika uterus tidak berkontraksi selama 5menit, minta anggota keluarga melakukan bimanual interna sementara penolong memberikan metergin 0,2 mg IM dan mulai memberikan IV (RL dengan 20 UI oksitosin / 500 CC dengan tetesan cepat). e. Jika uterus masih juga belum berkontraksi mulai lagi kompresi bimanual interna setelah anda memberikan injeksi metergin dan sudah mulai IV. f. Jika uterus masih juga belum berkontraksi dalam 5 atau 7 menit, bersiaplah untuk melakukan rujukan dengan IV terpasan pada 500CC/jam hingga tiba ditempat rujukan atau sebanyak 1,5 liter seluruhnya diinfuskan kemudian diterusan dengan laju infus 125CC/jam.
PENYEBAB Penyebab tersering adalah atoni uteri, yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya setelah bayi lahir. Normalnya, setelah bayi dan plasenta lahir otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh darah akan menutup dan pendarahan akan berhenti.
Retensio Plasenta Retensio plasenta adalah plasenta atau bagian bagiannya dapat tetap berada di dalam uterus setelah bayi lahir. Penyebab : a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus b. Plasena sudah lepas tetapi belum dilahirkan c. Kontraksi terus kurang kuat untuk melepaskan plasenta d. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus desidua sampai miometrium sampai di bawah peritoneum ( plasenta akreta perkreta )
Jenis-Jenis Pendarahan Masa Nifas Ada dua jenis menurut waktunya yaitu pendarahan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan pendarahan nifas. Namun, terjadi atoni uteri, rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka, dengan demikian terjadilah pendarahan postpartum.
Penatalaksanaan : Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan . Ika anda merasakan adanya plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut. b. Pastikan kandung kemih sudah kosong . Jika diperlukan , lakukan kateterisasi kandung kemih. c. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM, Jika belum dilakukan dalam penanganan aktif kala III.
d. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30menit pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi lakukan penarikan tali pusat terkendali e. Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil , cobalah untuk mengeluarkan plasenta secara manual. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan koagulapati. f. Jika terdapat tanda-tanda infeksi berikan antibiotik untuk metritis
Emboli Air Ketuban Emboli air ketuban menimbulkan syok yang sangat mendadak dan biasanya berakhir dengan kematian. Dengan mendadak penderita menjadi gelisah, sesak napas, kejang-kejang dan meninggal kemudian. Emboli air ketuban terjadi pada HIS yang kuat dengan ketuban yang biasanya sudah pecah. Karena HIS kuat, air ketuban dengan mekonium, rambut lanugo dan vernik kaseosa masuk ke dalam sinusinus dalam dinding uterus dan dibawa ke paru-paru. Pada syok karena emboli air ketuban sering ditemukan gangguan dalm pembekuan darah
Perdarahan Masa Nifas Pendarahan post partum atau pendarahan pasca persalinan adalah pendarahan dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua jenis menurut waktunya yaitu pendarahan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan pendarahan nifas. Namun, terjadi atoni uteri, rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka, dengan demikian terjadilah pendarahan postpartum.
PENYEBAB Penyebab tersering adalah atoni uteri, yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya setelah bayi lahir. Normalnya, setelah bayi dan plasenta lahir otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh darah akan menutup dan pendarahan akan berhenti.
Tanda-tanda Wajah tampak pucat Nadi teraba cepat dan kecil Kulit kaki dan tangan dingin Serta pendarahan melalui vagian yang terjadi berulang, banyak dan menetap, atau pendarahan di vagina yang di sertai bau busuk
LANJUTAN Perdarahan pada 24 jam pertama persalinn umumnya disebabkan oleh robekan atau trauma jalan lahir, adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri. Apabila penyebabnya adalah atoni uteri, penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya. Jika pendarahan tidak banyak, dokter akan memberikan utero tonika (obat perangsang kontraksi rahin), mengurut rahim dan memasang gurita.
Bila pendarahan belum berhanti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan transfusi darah lalu dokter akan melakukan beberapa teknik (manufer). Dan bial belum tertolong juga maka usaha terakhir adalah menghilangkan sumber pendarahan dengan 2 cara yaitu mengikat pembuluh darah atau mengangkat rahin(histerektomi)
Pendarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi Pendarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi. Jika pendarahan disertai pasca persalinan, maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan juga antibiotik yang adekuat.
Infeksi Pasca Persalinan Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setalah ibu melahirkan. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada 2 kali pemeriksaan, selang waktu 6 jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38O C dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya Bronkitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post partum.
LANJUTAN Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya infaksi post partum antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan, pemeriksaan pada vagina berulang-ulang, penundaan persalinan selama lebih dari 6 jam setelah ketuban pecah, persalinan lama, operasi sesar, tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim, dan terjadinya pendarahan hebat setelah persalinan.
Gejala Menggigil sakit kepala Merasa tidak enak badan Wajah pucat Denyut jantung cepat Peningkatan sel darah putih Rasa nyeri jika bagian perut ditekan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang jaringan disekeliling rahim, maka nyeri dan demamnya lebih hebat
Ruptur uteri Ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu yang mengalami operasi sesar pada kehamilan sebelumnya, selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan pereganggan yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek.
Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang, namun jika anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketat selama kehamilan kemidian bayi akan dilahirkan dengan cara sesar.
Trauma Perineum Perinium adalah otot, kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus. Trauma perinium adalah luka pada perinium sering terjadi saat proses persalinan hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perinium robek.
BERDASARKAN TINGKAT KEPARAHAN Berdasarkan tingkat keparahannya trauma perinium dibagi menjadi derajat 1 hingga 4. Trauma derajat 1 ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina pendarahannya biasanya sedikit. Trauma derajat 2 luka sudah mencapai otot. Trauma derajat 3 dan 4 meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat 4 telah mencapai otot-otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak.
Trauma perinium lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu besar, partus lama, penggunan alat bantu persalinan misalnya forsep atau vakum. Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perinium untuk mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perinium dan mencegah robekan perinium yang tidak beraturan.
Thank You