Altruisme & Perilaku Prososial Psisos 1- 14
Mengapa orang membantu orang lain dalam beberapa keadaan Mengapa orang membantu orang lain dalam beberapa keadaan? Dan mengapa mereka tidak membantu orang lain dalam situasi yang berbeda? Membantu orang lain disebut sebagai perilaku prososial. Perilaku prososial didefinisikan sebagai setiap tindakan yang dilakukan dengan tujuan menguntungkan orang lain.
Altruism the desire to help another person Prosocial behavior any behavior that has the goal of helping another person (Catherine Sanderson)
Altruism Membantu orang lain tanpa pamrih Perilaku Prososial, Perilaku menolong orang lain, terlepas dari motif si penolong Altruism Membantu orang lain tanpa pamrih Taylor, S.E., dkk
Perilaku Prososial merupakan perilaku membantu tindakan yang menguntungkan orang lain tanpa harus memberikan manfaat langsung kepada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin melibatkan risiko bagi orang yang membantu (Baron)
Perilaku prososial dapat dilatarbelakangi motif kepedulian pada diri sendiri dan mungkin pula karena altruisme. (ww nilam m)
Perilaku Menolong Dipengaruhi oleh tipe relasi antar orang : Perasaan suka Perasaan berkewajiban Memiliki pamrih Perasaan Empati
Prespsektif Teoritis (1) Perpektif evolusi Hewan akan membantu hewan lainnya yang memiliki ikatan genetik dengannya (Burnstein dkk, 1994)
Oseola McCarthy, seorang tukang cuci, berhasil menabung sampai $150 000 setelah bertahun-tahun bekerja, pada usia 87 tahun dia menyumbangkan tabungan seumur hidupnya kepada University of Suthtern Mississipi, untuk beasiswa anak kulit hitam yang membutuhkan.
Prespsektif Teoritis (2) Perpektif sosiocultural Norm of Social Resposibility, aturan sosial yang menyatakan bahwa kita harus membantu orang yang bergantung kepada kita Norm of reciprocity, aturan sosial yang menyatakan bahwa kita berkewajiban untuk membantu orang yang pernah membantu kita Norm of Social justice, Aturan tentang keadilan
Variasi Kultural John Miller (1994) menyimpulkan bahwa perilaku menolong juga diwarnai kultur budaya masyarakatnya. Masyakat Amerika, yang menghargai individualis dan kemadirian, menganggap bahwa keputusan menolong merupakan persoalan pilihan pribadi, sedangkan orang Hindu mengangap keputusan tersebut merupakan tugas dan kewajiban moral
reciprocal altruism, the idea that we are motivated to help others due to the expectation that they will then help us in return later on
Bystander adalah orang yang, meskipun hadir di beberapa, kejadian atau peristiwa, tidak mengambil bagian di dalamnya,. Pengamat atau penonton
Bystanders experience diffusion of responsibility Bystanders berbagi rasa tanggung jawabnya untuk situasi darurat, semakin banyak penonton, semakin sedikit orang dari mereka merasa bertanggung jawab untuk bertindak
Responding to an Emergency
Kehadiaran orang lain Bystander intervension Istilah teknis untuk membantu orang asing yang sedang kesulitan atau tertekan Bystander Effect Kehadiran orang lain mengurangi kemungkinan setiap orang akan memberi bantuan pada orang asing yangmemerlukan
Kehadiaran orang lain (2) Diffusion of Responbility Kehadiran orang membuat setiap individu merasa kurang bertanggungjawab secara personal Evaluation Apprehension Perhatian tentang bagaimana orang lain mengevaluasi kita
Negative-state relief model Perilaku prososial dimotivasi oleh keinginan bystanders untuk mengurangi emosi tidak nyaman sendiri negatif atau perasaan.
Moral Reasoning, faktor kepribadian yang menggambarkan sejauh mana kesediaan seseorang untuk membantu merupakan fungsi dari kebutuhan sendiri dan konsekuensi yang akan terjadi dibanding dengan standar moral yang lebih besar
Pentingnya proses belajar “berperilaku prososial” Di kembangkan sejak masih kecil melalui proses: Reinforcement (penguatan) Modeling (observasional)
Situasi emergensi Sesuatu terjadi amat mendadak dan tak terduga Ada ancaman bahaya yang jelas terhadap korban Bahaya terhadap korban mungkin meningkat kecuali ada yang menolong Korban tak berdaya dan perlu bantuan Beberapa intervensi dimungkinkan
decision-making process model a model describing helping behavior as a function of five distinct steps
What if we do not feel empathy for another person in a given situation What if we do not feel empathy for another person in a given situation? Will we still help? Batson (1991) suggests that it depends on social exchange considerations. If the rewards outweigh the costs then we will help; if not then we won’t help. This notion has received empirical support in a study by Toi and Batson (1982) (see Fig. 11.2).
Analisis Teori Atribusi Anggapan Reaksi Emosional Kesediaan membantu Tak dapat dikontrol T’ ada lowongan kerja Simpati, Kasihan Tinggi, Antusias Pantas untuk ditolong Dapat dikontrol Dipecat krn Malas Jengkel, Sebal Rendah, Enggan T’pantas untuk ditolong
Personal distress Emosi Negatif yang dirasakan dalam merespon penderitaan orang lain
Motif pemberian pertolongan Emosi Motivasi Empati Kasih sayang, empati Untuk mereduksi kesedihan sendiri Kesedihan Kecemasan, kesedihan Mereduksi kesedihan orang lan
Mood menolong Negative – State Rilief Model Menyatakan bahwa seseorang memberi pertolongan guna meredakan bad mood mereka (sumpek?)
Empathy, the ability to understand other people’s perspectives and respond emotionally to other people’s experiences
empathic joy hypothesis Pandangan bahwa penolong menanggapi kebutuhan korban karena mereka ingin untuk mencapai sesuatu, dan melakukan hal tersebut juga menguntungkan dirinya sendiri.
Gender dan tindakan menolong Karakterisik fisik mewarnai macam bantuan Pria lebih banyak memberikan bantuan dalam bentuk yang heroic , dengan kekuatan fisik sementara wanita lebih pada perawatan, pengasuhan atau dukungan sosial.
Memimbang untung dan rugi Seseorang mempertimbangan keuntungan atau kerugian yang muncul jika ia melakukan tindakan berpartisipasi dalam membantu orang lain (Dovidio, dkk 1991)
Karakteristik Personal Good Samartian (pembela korban kejahatan) Identitas Personal (pendonor darah rutin)