Fenomenal Transgender Tugas Psikologi Remaja Nama Anggota Kelompok : Ririn Anggreini (201071018) Kartika Adityastari Pertiwi (201071023) Harri Fajri Syahputra (201071033)
Transgender Istilah transgender itu sendiri mulai populer di tahun 1970-an, dimana istilah ini disematkan untuk menggambarkan seseorang yang mengganti identitas gendernya tanpa melakukan perubahan organ seksnya. Lalu, pada tahun 1980-an istilah ini berkembang, dan menjadi suatu alat pemersatu semua orang yang merasa identitas gendernya tidak cocok dengan identitas yang telah mereka dapat sejak lahir
Pengertian Transgender Pengertian transgender menurut Goldieb (2000:86) adalah sebagai berikut, kata trans dalam transgender memiliki arti di luar atau berlawanan, sedangkan gender adalah status yang membedakan laki-laki atau perempuan secara psikologis. Jadi kesimpulannya seseorang yang bertindak atau berperilaku di luar gendernya disebut sebagai transgender.
Pengertian Namun demikian, dari berbagai definisi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa transgender merujuk pada seseorang yang bertransisi di antara dua orientasi seksual dengan menggunakan hormon seksual atau dengan jalan operasi, memindahkan atau memodifikasi alat genitalnya dan organ-organ reproduksinya. Dapat juga didefinisikan sebagai seseorang yang telah jelas seksualnya sejak lahir, tetapi merasakan adanya kesalahan pencitraan tentang diri mereka
Penyebab Transgender Menurut Wiramihardja (2005), penyebab seseorang menjadi abnormal dalam hal ini menjadi seorang transgender didasarkan oleh berbagai pendekatan, yaitu : Pendekatan biologis Pendekatan psikologis
Pendekatan Biologis Dalam hal ini transgender dan transseksual dianggap sebagai penyakit dari sistem syaraf pusat yang disebabkan oleh patologi atau ketidakmampuan otak. Sehingga pada pendekatan biologis dinyatakan bahwa tidak terdapat adanya hubungan antara faktor psikologi, maupun lingkungan yang mempengaruhi gangguan mental (Wiramihardja, 2005 : 16).
Pendekatan Psikologis Yang termasuk ke dalam pendekatan psikologis ini, antara lain : a. Early deprivation Deprivasi merupakan suatu istilah yang menggambarkan adanya reaksi menerima atau pasrah dari individu terhadap keadaan-keadaan yang menuntut, senang atau tidak senang ia ikut. b. Pengasuhan orang tua yang tidak adekuat Pengasuhan orang tua yang tidak adekuat ialah tidak tercukupinya rasa aman sehingga tidak terdapat adanya values atau norma-norma sebagai pegangan. c. Struktur keluarga yang patogenik Struktur keluarga yang patogenik adalah struktur keluarga yang tidak seimbang, terdapat banyak pertentangan atau pertengkaran antara orang tua sehingga anak-anak merasa kurang kasih sayang.
Teori belajar social Dalam kasus-kasus psikologi,istilah belajar pengamatan memiliki padanan makna dengan istilah- istilah seperti imitasi atau permodelan (modeling). Istilah-istilah itu mengacu pada kecenderungan individu untuk memunculkan perilaku,sikap dan respon emosional berdasar pada peniruan terhadap model yang disimbolkan (Zanden,1984).
Continued Perilaku transeksual dan transgender,dapat disebabkan karena adanya pengamatan seseorang terhadap lingkungannya. Misalnya,apabila seseorang berada dalam lingkungan yang kesehariannya dipenuhi masyarakat yang berperilaku transeksual atau transgender, maka secara langsung maupun tidak langsung, ia juga dapat menanamkan perilaku tersebut pada dirinya.
Teori perkembangan social Ahli psikologi Jean Piaget (1896-1980) mengemukakan tahap-tahap kognitif dalam perkembangan pemikiran anak. Tahap-tahap perkembangan kognitif ini akan selalu dilalui oleh semua manusia yang normal, yang berkembang menuju kematangan kemampuan berpikir. Sedangkan Kohlberg , menyatakan bahwa tahap perkembangan moral seorang anak bersifat paralel dengan keempat tahap perkembangan kognitifnya.
Continued Dalam kasus transeksual dan transgender, teori perkembangan kognitif juga berpengaruh dalam pembentukan perilaku tersebut. Misalnya, apabila pada waktu kecil seorang anak tidak mendapatkan pendidikan moral yang baik, maka anak akan kurang dapat memahami nilai-nilai moral yang berlaku. Anak menjadi kurang pandai dalam memilah memahami baik buruknya suatu perbuatan atau kejadian,sehiangga anak akan mengaggap bahwa perilaku transeksual dan transgender adalah perbuatan yang lazim.
Teori Psikoanalisis Sigmund Freud, memandang proses sosialisasi berdasar pada tahap-tahap psikoseksual dan dinamika kepribadian Sigmund Freud memiliki pandangan bahwa pengalaman pada masa anak awal memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan kedewasaan individu di masa mendatang. Freud membagi menjadi 5 tahap perkembangan yaitu ; masa oral, anal, falik, laten dan genital.
Continued Berkembangnya perilaku transeksual dan transgender dapat disebabkan karena kurangnya peran orangtua dalam memberikan pengertian kepada anak, ketika anak dalam tahap falik, yaitu usia 3 tahun sampai 5 tahun. Pada tahap ini, sumber kenikmatan seorang anak adalah pada organ- organ seksualnya. Menurut Freud, seorang anak yang tidak dapat melewati tahap ini secara baik akan mengalami gangguan dalam pembentukan identitas gendernya. Jadi,apabila pada tahap ini si anak tidak dapat memahami identitas gendernya dengan baik, si anak dapat merasa bingung dengan fungsi gendernya.
Continued Selain itu, kurangnya pengertian orang tua pada periode perkembangan akhir, yaitu tahap genital ( usia 11 tahun ke atas ), juga dapat berpengaruh terhadap tumbuhnya perilaku transeksual dan transgender. Pada tahap ini, sumber kenikmatan individu adalah pada hal-hal yang berhubungan dengan relasi sosial dengan lawan jenis. Apabila individu tidak mendapat pengertian tentang siapa lawan jenisnya dengan baik, maka anak akan menjadi bingung, apakah seharusnya perempuan memiliki reaksi kenikmatan terhadap laki- laki, demikian juga sebaliknya.
Kasus Jakarta – Baby Wijaya nampak cantik dalam balutan dress warna hijau saat di temui di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (10/5/2012). Kulitnya putih, suaranya lembut, dan rambutnya yang dicat merah nampak berkilau oleh sorot lampu temaram di atas kepalanya. Namun siapa sangka di balik wajahnya yang memesona, Baby adalah seorang transgender. Bintang film ‘Mati di Pelukan Janda’ itu terlahir sebagai seorang pria di Surabaya, 21 Agustus 1985 silam. “Iya, aku memang seorang transgender kok,” akunya tak menutup-nutupi. Sejak kecil, ia merasa sebagai perempuan yang terjebak dalam tubuh pria. Dikisahkan, keanehan yang dirasakannya itu semakin menjadi seiring pertumbuhannya dari anak-anak ke masa remaja. Dalam proses pencarian jati diri itu, batinnya seakan terus mengatakan bahwa dirinya adalah wanita. “Akhirnya pas kuliah, aku mulai total berekspresi. Sudah bisa jadi diri sendiri, dandan, dan lain-lain,” kisahnya seraya menghela nafas. Pandangan Baby kemudian nampak menerawang, seakan tenggelam dalam lamunan mengenang masa silam. Lantas adakah penolakan dari orangtua dan keluarga? “Pasti ada- lah, dari awal juga mereka sudah tahu dan mencegah. Tapi ya aku memang seperti ini adanya. Lama-lama mereka akhirnya bisa menerima,” sahutnya. Bungsu dari dua bersaudara itu mengenang, dirinya pernah pula mendapat cibiran dari lingkungan. Namun ia tak pernah marah atau pun membalas. “Memang siapa yang mau terlahir seperti ini? Aku bukan sengaja mau hidup seperti ini menjadi transgender,” ujar sosok yang menjadi mualaf bersama keluarganya pada 1997 itu lirih. Baby pun tak ingin menyalahkan Tuhan atas keadaannya sekarang. Ia juga tak menyesal. “Buat apa aku sesali? Toh, kita manusia kan nggak sempurna dan ketidaksempurnaan itu ada dalam bentuk mental atau fisik. Inilah aku,” tegasnya. “Aku setiap hari paling hanya berdoa sama Allah supaya dimaafkan, diampuni, dan dikasih jalan keluar serta petunjuk. Kalau Allah ridha, pasti dikasih jalan keluar,” sambungnya bijak. Seandainya bisa membalas cibiran orang-orang, barangkali inilah yang hendak dikatakan Baby. “Kalau kalian merasa paling suci, ya silakan menghakimi!” “Tapi, selama ini aku orangnya tutup mata sih kalau ada yang meremehkan,” tambahnya. Sumber : http://gedeboom.com/?p=3499
Photo Baby Wijaya
Analisis Baby wijaya yg terlahir berjenis kelamin laki – laki merasa ada kesalahan yang terjadi pada dirinya. Baby meyakini bahwa sesungguhnya dirinya adalah seorang perempuan yang terjebak dalam tubuh laki – laki, hal ini di rasakan baby sejak dari kecil. Pemikiran baby yg sejak kecil menganggao dirinya adalah seorang wanita yang terjebak di dalam tubuh pria, hal ini mengindikasikan kurangnya pemberian pengeritan mengenai sex dan gender yang orang tua berikan kurang baik. Di perjelas lagi dalam teori psikoanalisa, bahwa ketika anak dalam tahap falik, yaitu usia 3 tahun sampai 5 tahun. Pada tahap ini, sumber kenikmatan seorang anak adalah pada organ-organ seksualnya. Menurut Freud, seorang anak yang tidak dapat melewati tahap ini secara baik akan mengalami gangguan dalam pembentukan identitas gendernya .Kurangnya pemahaman anak terhadap sex dan gender menimbulkan konflik dalam diri anak Karen anak tidak mengetahui fungsi sex dan gendernya secara jelas. Selain itu pelu di perhatikan pula pada usia anak menginjak 11 tahun ke atas (tahap genital), pada tahap sumber kenikmatan anak berasal dari relasinya terhadap lawan jenis. Apabila orang tua kurang memberikan perhatian tentang lawan jenisnya, maka anak akan bingung apakah laki laki harus memiliki ketertarikan terhadap perempuan dan begitu pulas sebaliknya
Contoh Transgender Termuda di Dunia Nama : Tim Petra Menjadi Kim Petra
Contoh Transgender Termuda di Dunia Nama : Isaac
Contoh Transgender di Dunia Kasus di India “Kaum Hijra”
Contoh Transgender Termuda di Dunia Nama : Joseph menjadi Josie Romero