AUDIT INTERNAL TM 12 BERHUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN Sikap Menghadapi Auditor Internal · Studi-studi awal yang dilakukan atas hubungan antara auditor internal dengan mereka yang menunjukkan bahwa pihak yang terakhir, yang merupakan objek dari kegiatan audit, di kebanyakan kasus, tidak menunjukkan sikap yang ramah kepada pihak yang pertama. Tidak hanya itu, iawaban yang diberikan untuk setiap pertanyaan mengenai efektiyitas, kontribusi, dan penyelesian masalah yang diakibatkan oleh kegiatan audit internal memberikan hasil yang mengecewakan. Di sisi lain, manajemen senior dan dewan komisaris tampaknya menyadari kebutuhan mereka terhadap bantuan yang diberikan oleh audit internal dalam mengelola dan mengarahkan organisasi. Sikap ini telah berubah secara material sebagai akibat dari adanya perubahan dalam sikap internal itu sendiri terhadap pekerjaan mereka. Kebanyakan staf audit melihat fungsi sebuah pendekatan kerja sama dengan sasaran untuk memberikan kontribusi pada kontribusi yang diaudit. Hasilnya adalah meningkatnya jumlah manajer-manajer operasional yang meminta bantuan dari staf audit internal untuk meningkatkan operasi mereka baik dan segi efesiensi maupun efektivitas. Alasan dan Penyebab Rendahnya Penghargaan yang Diberikan Konflik antara Staf dengan Karyawan Lini Hubungan antara staf dengan karyawan lini secara inheren cenderung akan menemui konflik. Aspek kebanyakan staf operasi itu sendiri tidak disukai oleh karyawan lini. Staf biasanya memiliki usia lebih muda. Mereka umumnya merniliki pendidikan formal yang lebib baik. Mereka lebih individualistis. Mereka sering kali menggunakan mode pakaian yang kasual untuk bisnis. Mereka memilih memberikan laporan kepada eselon yang lebih tinggi daripada karyawan lini. Menjadi seorang spesialis di bidang mereka, mereka yakin bahwa jawaban yang rnereka berikan adalah jawaban satu-satunya. Mereka cenderung meremehkan kesulitan yang dihadapi oleh para karyawan lini jika mereka diminta untuk melakukan sesuatu yang merupakan hasil pemikiran dari staf tersebut. Dan para karyawan lini mungkin merasa bahwa mereka harus menunjukkan kelemahan-kelemahan yang terjadi untuk membuktikan dirinya kepada manajemen senior. Pada akhirnya, mereka ‘12 Audit Internal Suparno, SE. MM. 1 Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
penyimpangan- penyimpangan. adalah seperti berikut : Rasa takut terhadap kritik yang disebabkan oleh temuan audit yang merugikan. Rasa takut terhadap perubahan yang terjadi dalam kebiasaan sehari-hari karena adanya rekomendasi audit. Tindakan penghukuman dari atasan yang dipicu oleh pelaporan adanya penyimpangan- penyimpangan. Praktik-praktik audit yang tidak sensitif—laporan yang terlalu kritis, laporan yang hanya berfokus pada penyimpangan, kesan misterius yang menyelubungi beberapa audit, dan persepsi bahwa auditor mendapatkan keuntungan pribadi dari penyimpangan- penyimpangan yang dilaporkan. Gaya audit yang tidak bersahabat—sebuah aspek yang dingin dan tidak ramah, kurangnya -emahaman atas permasalahan yang dihadapi oleh klien, tidak adanya rasa empati, kesan kepuasan diri atau rasa superioritas, konsentrasi yang berlebihan pada kesalahan yang tidak signifikan, gaya yang menghakimi dalam melontarkan pertanyaan, dan kepentingan yang lebih besar untuk memamerkan kelemahan daripada membantu untuk meningkatkan kondisi secara konstruktif. Banyak auditor internal memberikan kontribusi pada persepsi-persepsi ini melalui kegagalan yang mereka lakukan untuk memahami mengapa seseorang bertindak seperti yang mereka lakukan dihadapan seorang auditor. Hampir seluruh perilaku yang disadari adalah memiliki motivasi atau penyebab. Auditor internal yang tidak memiliki pemahaman tentang teori motivasional akan nibulkan perilaku yang menempatkan penghalang-penghalang di hadapan sasaran audit mereka. Orang-orang mendapatkan motivasi dari kebutuhan mereka yang mendasari dan bertindak dengan jalan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Mereka memberikan reaksi negatif dan tidak bersahabat karena kebutuhan-kebutuhan mereka terancam. Menangani Kekuasaan, Perubahan, dan Konflik Kekuasaan ‘12 Audit Internal Suparno, SE. MM. 3 Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
merupakan produk dari manajemen klien saat itu. 6. Pemberian tekanan. Pemilik dari kekuasaan seperti ini dapat memberikan sanksi dan menjatuhkan hukuman. Pemberian tekanan dapat juga dengan meminjam kekuasaan dari pihak lain untuk memperkuat basis kekuasaan pemilik tadi. Auditor internal mungkin dapat memiliki kekuasaan ini sebagai akibat dari karakteristik inheren, serta status organisasi dan pelaporan mereka. Tetapi seperti kekuasaan yang mengancam, hendaknya dilaksanakan dengan pertimbangan secara matang. 7. Kekuatan langsung. Ini adalah kekuasaan terakhir dan tertinggi. Kekuasaan ini biasanya terdapat pada mereka-mereka yang memiliki sebuah tingkatan posisi di atas yang lainnya. Auditor berada di posisi staf dalam hubungannya dengan klien. Oleh karena itu kekuatan langsung jarang tersedia atau memang selayaknya ada. Manajemen Perubahan Perubahan ditakuti oleh sebagian orang dan disambut baik oleh sebagian yang lain. Auditor internal memiliki kepentingan terhadap yang disebutkan pertama kali dan gembira untuk yang terakhir. Pihak yang disebutkan pertamalah yang memiliki masalah di dalam implentasi dari rekomendasi audit internal. Auditor harus siap untuk mengelola dampak dari perubahan yang diakibatkan oleh rekomendasi-rekomendasi atau hal-hal yang telah diantisipasi oleh klien. Berikut beberapa penyebab yang menjadi kekhawatiran klien disertai dengan saran-saran untuk keberhasilan tindakan dari staf audit adalah : 1. Ketakutan terhadap hal-hal yang tidak diketahui dapat dinetralisasi melalui penjelasan sampai tingkat yang memungkinkan dari dampak perubahan pada operasi yang sedang berjalan dan dengan jelas menguraikan potensi keuntungan dan risiko dari perubahan. 2. Konflik dengan operasi yang sedang berjalan dapat dijelaskan dengan menguraikan hasil-hasil positif yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut kenyataannya merupakan produk dari manajemen klien saat itu. 3. Masalah ego dapat diselesaikan dengan membawa manajemen klien ke dalam proses pengambilan keputusan sehingga perubahan tersebut kenyataannya merupakan produk dari manajemen klien saat ini. 4. Masalah-maslah birokratis termasuk perlunya penyesuaian ulang secara vertical dan horizontal dapat diperkecil melalui kerja sama dengan seluruh pihak yang terlibat untuk menguraikan perubahan terintegrasi yang dibutuhkan dan melalui kerja sama dengan seluruh unit vertical dan horizontal yang terlibat. ‘12 Audit Internal Suparno, SE. MM. 5 Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id