HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS AGRO

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Data produksi ( ) • Produksi padi, pada tahun 2007 mencapai 57,05 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Advertisements

FGD RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL INDUSTRI PRIORITAS BERBASIS AGRO Jakarta, 4 September 2014.
NAMA KELOMPOK AURELIA BEVELIN XIS1 / 02 FELICIA FS XIS1 / 07 STEFANNY AMELIA XIS1 / 24 VANIA CINDY XIS1 / 26 VERREN VALENCIA XIS1 / 27.
TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI.
sub-system) = agroindustri hasil pertanian
Modernisasi dan Restrukturisasi Usaha Kecil Agro
PENGEMBANGAN ROTAN INDONESIA MELALUI POLA SENTRA HHBK
PERMENDAG 35/M-DAG/PER/11/2011 KETENTUAN EKSPOR ROTAN DAN PRODUK ROTAN
POKOK-POKOK PIKIRAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ”SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD” DENGAN TEMA : ”MENUJU SWASEMBADA YANG KOMPETITIF DAN BERKELANJUTAN SERTA.
PELUANG AGROINDUSTRI PEDESAAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN
PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.
KEBIJAKAN DAN REVITALISASI PERTANIAN
KEBIJAKAN DAN STRATEGI DALAM MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DAN
KEBIJAKAN PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI BERBASIS AGRO
Tugas Individu Tugas di buat masing-masing oleh 2 orang.
GEOGRAFI INDUSTRI M. KHAIDIR CP.
PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN
INDUSTRI PERTEMUAN KE-3.
RAPAT KOORDINASI DAN KONSULTASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TAHUN 2017
Asisten Pemerintahan dan Kesra
Berita Resmi Statistik
PERKEMBANGAN INDUSTRI DAN PENERAPAN
EKONOMI PERTANIAN INDONESIA
RENCANA INDUSTRIALISASI REGIONAL PULAU SULAWESI
AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI.
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN
RAPAT PEMBAHASAN PENYEMPURNAAN KBLI
BERITA RESMI STATISTIK
KINERJA SEKTOR INDUSTRI TRIWULAN I TAHUN 2014
Direktur Industri Minuman Dan Tembakau
DATA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
Penyediaan Bahan Baku Tembakau untuk Industri Hasil Tembakau
RENCANA PRODUKSI DAN PERCEPATAN HILIRISASI BENIH KOMODITAS PERKEBUNAN
KINERJA SEKTOR INDUSTRI TRIWULAN II TAHUN 2015
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI, KAKAO DAN TEH INDONESIA
PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017
Arah Kebijakan Persusuan
Dirjen Industri Agro pada
Oleh: M. Wahid Supriyadi Staf Ahli Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya
BAHAN RAPAT KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
PROSPEK DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
Industrialisasi Perikanan untuk Kesejahteraan Masyarakat
PERTUMBUHAN INDUSTRI AGRO SAMPAI DENGAN PERIODE TW III 2016
Kuliner Hasil Perkebunan
Arah Kebijakan Persusuan
Definisi dan Arti Penting Agroindustri
SISTEM PERTANIAN INDONESIA
ENERGI BIOMASSA DONNA MOH. BUDI.
INSENTIF DAN FASILITAS PENANAMAN MODAL
TARGET DAN REALISASI INVESTASI
Kinerja Kebijakan Ekonomi & Perekonomian
A. PERDAGANGAN INTERNASIONAL
ENERGI BIOMASSA.
Arah Kebijakan Persusuan
Efisiensi Energi Industri TPT
Oleh: Risyana Hermawan
PEMBANGUNAN APLIKASI INFORMASI PELUANG PENANAMAN MODAL
PEMBANGUNAN PERIKANAN
BIRO PERENCANAAN KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI KEBIJAKAN PRIORITAS KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN.
PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN
Pangan PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN TAHUN 2016 DAN 2017.
PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DIFABEL
PROGRAM PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
PROFIL EKONOMI KABUPATEN SANGGAU TAHUN 2017 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) 2018.
PEMANFAATAN DAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT
RENCANA KERJA DAN ARAH KEBIJAKAN TAHUN
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2020
Transcript presentasi:

HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS AGRO Disampaikan pada: Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Penyusunan Program dan Kegiatan Ditjen Industri Agro Semarang, 2-4 Maret 2016

OUTLINE PENDAHULUAN HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO II.A. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT II.B. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI II.C. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO II.D. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT II.E. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI MINUMAN BERALKOHOL

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 1. Industri Agro merupakan industri andalan masa depan, karena didukung oleh sumber daya alam yang cukup potensial yang berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan dan kehutanan, dengan produksi tahun 2015 sebagai berikut : CPO & CPKO (31 juta ton) No.1 di Dunia Lada (88 ribu ton) No.3 Di Dunia Pulp (6,2 juta ton) No.9 di Dunia Kertas (10,9 juta ton) No. 6 di Dunia Karet (3,23 Juta Ton) No.2 di Dunia Rotan (143 ribu Ton) No.1 Di Dunia Kakao (430 ribu ton) No.3 di Dunia Rumput Laut (Kering) (237 Ribu ton) No.1 di Dunia Kelapa (3,3 Juta Ton) No. 1 Di Dunia Kopi (738 Ribu Ton) No. 4 di Dunia Ikan dan Udang (10,5 Juta Ton) No. 2 di Dunia Teh (147,7 ribu Ton) No.7 di Dunia Ubi Kayu (24 Juta Ton) 2. Di samping itu, industri agro juga membutuhkan bahan baku impor, yaitu yang tidak tersedia di dalam negeri atau tersedia namun jumlah tidak memenuhi, dengan kebutuhan total tahun 2014: Jagung (16,72 Juta Ton) Impor (3,2 Juta Ton) Kedelai (2,67 juta Ton) (2,16 Juta Ton) Kertas Bekas (6,5 Juta Ton) (3,5 Juta Ton) Daging (594 ribu Ton) (69 ribu Ton) Gula (5,88 Juta Ton) (2,86 Juta Ton) Beras (30,13 juta Ton) (537 ribu Ton)

B. LINGKUP BINAAN DJIA Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Industri Minuman,Tembakau dan Bahan Penyegar Biskuit Daging dalam kaleng Tepung kelapa (desiccated coconut) Pengolahan ikan dan udang beku Ikan dalam kaleng Kecap dan saos lainnya, kerupuk udang Margarine, mete olahan Mie instan Minyak goreng kelapa/minyak kelapa Minyak goreng lain dari minyak nabati Minyak goreng sawit Monosodium glutamat (MSG) Olahan rumput laut (agar-agar) Pakan ternak/ikan Pengolahan dan Pengawetan Biota Air lainnya Pengolahan rumput laut Makanan ringan (snack food) Minyak Makan dan Lemak Nabati & Hewani lainnya Gelatin, Tepung Beras dan Tepung Jagung Pati Beras dan Jagung Tepung ikan, tepung tapioka Tepung terigu, makaroni dan sejenisnya Gula pasir, gula pasir (gula kristal rafinasi) Kembang gula, gula lainnya Pengolahan Buah-buahan dan Sayuran Pengolahan Produk dari Susu Pengolahan Es Krim dan sejenisnya Pengolahan Kopi, Pengolahan Teh Pengolahan Herbal, Sirop Air Minuman dan Air mineral Minuman keras, Minuman Anggur (wine) Minuman ringan Pengolahan Tembakau, Rokok Kretek Rokok Putih Bumbu Rokok dan kelengkapan Rokok lainnya Saccharin dan Natrium Siklamat Kakao dan coklat olahan Furnitur dari Kayu Industri Furnitur dari Rotan atau Bambu Panel Kayu lainnya Kerajinan Ukir-ukiran dari Kayu Moulding dan Komponen Bahan Bangunan Peti Kemas dari Kayu Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu Bubur Kertas (Pulp) , Kertas Budaya , Kertas Berharga Kertas Khusus , Kertas Industri, Kertas Tissue Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton Buku, Brosur, Buku Musik, dan Publikasi lainnya Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Majalah Percetakan, Jasa Penunjang Percetakan Pengasapan Karet, Remiling Karet Karet Remah (Crumb Rubber) Biodiesel, Bio Ethanol Bahan Kimia Organik Lainnya dari Hasil Pertanian Hilir Kelapa Sawit

C. GAMBARAN UMUM INDUSTRI AGRO Indikator 2011 2012 2013 2014*) 2015**) Pertumbuhan (%) Tahun Dasar 2010 7,42 7,20 3,27 8,29 5,82 Kontribusi Terhadap PDB Industri Pengolahan Non-Migas (%) 44,99 44,77 43,72 45,42 Nilai Ekspor (US$ Miliar) 39,85 40,34 38,87 42,60 39,15 Nilai Impor (US$ Miliar) 10,50 13,50 13,5 13,94 11,95 Nilai Investasi PMDN (IDR Triliun) PMA (US$ Miliar) 17,75 1,41 18,78 3,17 22,32 3,33 24,2 3,91 32,25 2,27 “Peran sektor industri agro terhadap industri non-migas sebesar 45,42 % pada tahun 2015 disumbangkan oleh industri makanan dan minuman sebesar 30,84%, industri pengolahan tembakau 5,19 %, industri hasil hutan dan perkebunan***) 9,39 %.” Sumber : BPS dan BKPM diolah Ditjen Ind. Agro Cat. : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara ***) Industri Hasil Hutan dan Perkebunan terdiri dari Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya; Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman; dan industri furnitur.

D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO Industri Pengolahan Ikan dan Hasil Laut Industri Bahan Penyegar. Industri Pengolahan Minyak Nabati. Industri Pengolahan Buah-Buahan dan Sayuran. Industri Tepung. Industri gula berbasis tebu. Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu Industri Oleofood. Industri Oleokimia. Industri Kemurgi. Industri Pakan. Industri Barang dari Kayu. Industri Pulp dan Kertas. “Industri Prioritas berbasis Agro diarahkan pada hilirisasi Industri Hulu Agro, Industri Pangan dan Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu.”

HILIRISASI INDUSTRI STRATEGI TUJUAN E. SASARAN STRATEGIS DAN HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO SASARAN STRATEGIS Meningkatnya Populasi Industri berbasis Agro; Meningkatnya Daya Saing dan Produktifitas Industri Agro. STRATEGI Hilirisasi adalah istilah untuk mendorong pengembangan industri hilir yang menggunakan bahan baku SDA potensial di Indonesia, baik SDA yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan. HILIRISASI INDUSTRI Fokus Pembangunan Hilirisasi: KELAPA SAWIT RUMPUT LAUT KAKAO MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DAN MEMPERKUAT STRUKTUR INDUSTRI MENUMBUHKAN POPULASI INDUSTRI MENYEDIAKAN LAPANGAN KERJA MENCIPTAKAN PELUANG USAHA TUJUAN

Industri Berbasis Minyak Sawit Industri Pengolahan Kopi II. HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO Industri Berbasis Minyak Sawit Industri Pengolahan Kopi Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Rumput Laut Pengawasan dan Pengendalian Industri Minuman Beralkohol

II.A. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT Struktur Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Yield CPO 2-3 Ton/ ha/ Tahun Swasta Nasional ( 5,1 Juta ha) 49 % Yield CPO BUMN PTPN ( 800.000 Juta Ha) 8 % 3-4 Ton/ ha/Year Luas Area Perkebunan Indonesia 189 Juta ha Petani Mandiri 3.1 Juta Ha Luas Area Kelapa Sawit ~ 10.55 Juta ha ~ 5.8% Petani Rakyat (4.6 Juta ha) 43 % Petani Plasma 1.5 Juta Ha Yield CPO 5-6 Ton/ ha/tahun Perolehan CPO Sumber Data : GIMNI 2015, menyadur Data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian 5 – 6 Ton/ha/tahun

Pohon Industri Minyak Sawit

Pengembangan Industri Oleokimia Berbasis Fatty Acid Dan Fatty Alcohol “Semakin hilir, nilai tambah semakin besar, peluang mendapatkan profit gain sangat tinggi.” 12

Tahapan Pengembangan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Short Term (2011 – 2015) Fokus pada optimalisasi kapasitas terpasang, peningkatan kapasitas refinery dan biodiesel, dan penguatan iklim usaha investasi Fokus produk: minyak goreng, lemak padatan pangan, asam lemak dan alcohol lemak, serta Biodiesel Medium Term (2016 – 2020) Fokus pada produk hilir dengan “distinctive aspect” untuk mendukung ketahanan pangan dan memenuhi kecukupan nutrisi masyarakat Indonesia. Fokus produk : Betacarotene Tocopherol, Tocotrienol, Protein sel tunggal, Personal care Long Term (2020 – 2050) Fokus pada produk canggih turunan minyak sawit sebagai substitusi produk sejenis yang tidak terbarukan (non renewable, green product) Contoh produk: Bio asphalt, Bio surfactant, Biopolymer, Bio jet fuel, Bio lube. 13

dan Disinsentif Fiskal Prasyarat (pre-requisite) Keberhasilan Program Hilirisasi Industri Sawit Infrastruktur Industri/ Kawasan Industri yang memadai (port, energy, land, natural gas, etc) Iklim Usaha Industri yang Kondusif (legal, lisence, security, soft-facility) Insentif Fiskal dan Disinsentif Fiskal Penyediaan Teknologi, SDM Unggul , Permesinan Industri dalam Kualitas dan Kuantitas yang Memadai Insentif Fiskal 1. Tax Holiday 2. Tax Allowance 3. Free Import Duty for Machineries Disinsentif Fiskal Export tax for Palm Oil Upstream and Intermediate Product 14

Mapping of Location Potential for POGEZ Development

FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei Simalungun Sumatera Utara Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Pelintung-Dumai Provinsi Riau Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Bontang

II.B. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI Ekspor Biji Kopi Lampung Sektor On-Farm Sektor Industri Lampung : EKSPOR Kopi Olahan Nasional Jumlah : 99.556 Ton Nilai (US$ Ribu): 332.241 Konsumsi Kopi Nasional (Ribu ton) Produk industri : 138 Produk IKM dan retail : ±125 EKSPOR Biji Kopi Nasional Jumlah : 378 Ribu Ton Nilai (US$ Ribu): >1.002.367 Ekspor Biji Kopi Lampung 222.441 Ton Lampung : Produksi Biji Kopi (Ribu Ton) PRODUKSI Kopi Olahan Nasional Jumlah Unit Usaha : 90 perusahaan besar dan sedang Produksi : 222.905 Ton Nilai (Rp Juta): 9.408.560 Tenaga Kerja : 21.556 orang Konsumsi perkapita/tahun : 1,1 Kg Sumatera Selatan : 144 Lampung : 131 Sumatera Utara : 59 Bengkulu : 56 Aceh : 54 dll PRODUKSI Biji Kopi Nasional Jumlah : 685 Ribu Ton Luas Lahan : 1,2 Juta Ha 96% Perkebunan Rakyat PT Nestle Indonesia, Panjang Factory di Lampung, Kapasitas Produksi 21.000 Ton/Tahun, Realisasi Produksi 9.155 Ton/Tahun IMPOR Biji Kopi Nasional Jumlah : 21,3 Ribu Ton Nilai (US$ Ribu) : 46.701 IMPOR Produk Kopi Olahan Nasional Jumlah : 15.307 Ton Nilai (US$ Ribu) : 102.712 Lebih dari 130 Perusahaan kecil-menengah

Peta Indikasi Geografis “Sudah terdaftar 11 indikasi geografis untuk kopi.”

Pohon Industri Pengolahan Kopi 19

II.c. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO Sumber : BPS diolah Ditjen Ind Agro

POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO Bahan Mentah Produk Setengah Jadi (Intermediate Goods) Produk Hilir Berbasis Kakao Cokelat Kembang Gula Powder Minuman Cokelat Cake Malt Extract Es Krim Essence (Flavour) Tannin Liqour Biji Shell , Pulp , Pod Oleo Chemical Fatty Acid Butter/ Fat Pupuk Single Cell Protein Alkohol Pektin Jelly Plastik Filler Bahan Bakar kakao Kosmetika

IKM COKLAT POLA PIKIR PEMBANGUNAN HILIRISASI KAKAO POTENSI PNGOLAHAN KAKAO DI INDONESIA INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS) COKLAT IKM COKLAT PERMASALAHAN IKM PADA TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN UNTUK PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO ADA SOLUSI 7 PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SAAT INI ADA SOLUSI ADA SOLUSI SUDAH ADA 10 CALON TECKNOPARK COKLAT SUDAH ADA 20 IBS PENGHASIL BAHAN SETENGAH JADI COKLAT JIKA SETIAP TECKNOPARK MENCIPTAKAN 20 WIRAUSAHA YANG BERPOTENSI MENDIRIKAN PABRIK HILIR KAKAO - AKAN ADA 200 PABRIK CONFECTIONERY COKLAT JIKA SETIAP IBS MENDAPAT IKLIM USAHA KONDUSIV AKAN MENCIPTAKAN 20 PABRIK HILIR KAKAO MISALNYA 20 PRODUK CONFECTIONERY COKLAT, BAHAN BAKU KOSMETIK DAN FARMASI

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO Sumbar Sulteng Sulbar Sultra Jabar Banten Sulsel

FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO Hilirisasi pengembangan industri berbasis kakao dilakukan melalui pendeketan konsep pembangunan Techno park. Lembaga-lembaga pengembangan olahan kakao yang telah ada akan diarahkan untuk menjadi “Techno Park Hilirisasi Pembangunan Industri Pengolahan Kakao”. Adapun hasil inventarisasi terdapat 10 Techno Park yaitu : 1.Techno Park TTP (BPTP) Gunung Kidul, 2.Techno Park TTP (BPTP) Payakumbuh, 3.Techno Park Rumah Cokelat – Palu, 4.Techno Park Ind. Pengolahan Cokelat – Univ. Haluoleo Kendari, 5.Techno Park Teaching Factory di UNHAS 6.Techno Park Kampung Cokelat Kademangan-Blitar, Jatim 7.Techno Park Franchise Chocochock (minuman), Tangerang 8.Techno Park Agrowisata kakao dan Cokelat di Singaraja, Bali 9.Techno Park Chocolate School by Tulip (praline) di Permata Hijau, Jakarta Techno Park BT Chocolate Academy (makanan dan minuman cokelat), Tangerang

II.d. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT Gracilaria sp Agarophyte Agar Farmasi, kosmetik, makanan, Pet food, kultur jaringan, cetakan gigi Alkali Treated Gracilaria (Chip) Gelidium sp Agarophyte Dairy, minuman, dressing, saus, makanan diet, pet food, farmasi Karaginan Eucheuma sp Carrageenophyte Alkali Treated Eucheuma (SC,SRC,RC) Sargassum sp Alginophyte Dairy, roti, saus, tekstil, kosmetik, minuman, farmasi Turbinaria sp Alginophyte Alginat

KINERJA INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT No. URAIAN SATUAN Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1. Jumlah Investasi juta USD 114 120 130 2.   Jumlah Perusahaan : unit 22 23 25 a. Karaginan 14 15 16 b. Agar 8 9 3. Kapasitas Terpasang ton 19.938 20.883 21.874 22.912 24.000 14.809 15.549 16.327 17.143 18.000 5.129 5.334 5.547 5.769 6.000 4. Produksi : 12.436 13.033 13.658 14.314 15.000 9.872 10.366 10.884 11.429 12.000 2.564 2.667 2.774 2.885 3.000 5. Konsumsi 11.786,32 12.174,30 8.793,36 9.217,16 10.826,84 6. Ekspor Agar  Nilai (Ribu USD) 10.693,16 12.627,49 12.861,06 13.084,36 11.910,74 Berat (Ton) 1.720,69 1.872,76 1.291,60 1.055,93 774,40 Karagenan 8.743,82 12.127,10 30.905,21 33.988,56 31.797,70 936,65 1.210,62 4.439,85 4.757,21 3.884,38 7. Impor Agar 3.305,46 3.742,55 964,24 1.009,41 707,07 750,16 903,86 714,04 381,89 133,25 7.928,38 8.926,59 3.235,51 4.931,25 4.513,09 1.257,50 1.320,82 242,77 334,41 352,37 8. Jumlah Tenaga Kerja orang 2.860 2.960 3.100 Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro

SEBARAN RUMPUT LAUT INDONESIA

PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI SULAWESI SELATAN Pembangunan industri di sektor hulu antara dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hilir berbasis rumput laut, melalui : Pembangunan Pabrik Pengolahan Rumput Laut Alkali Treated Glacilaria (ATG) Lokasi : Kelurahan Toro, Kec. Tanete Riatang Timur, Kab. Bone, Sulsel Kapasitas : 6.000 Ton per tahun Jenis Produk : Chip (rumput laut kering, bersih dalam bentuk potongan) Tenaga Kerja : Pabrik : 50 orang Pendukung : 2.100 orang (on farm) Nilai Investasi : Rp. 30 Milyar Pengelola : KOSPERMINDO Sulawesi Selatan Offtaker : PT. AGARINDO BOGATAMA

MANFAAT Dampak Ekonomi Wilayah PEMBANGUNAN INDUSTRI...(lanjutan...) MANFAAT Dampak Ekonomi Wilayah Pengembangan luas lahan budidaya rumput laut Glacilaria + 700 Ha. Penyerapan tenaga kerja di sektor budidaya rumput laut + 2.100 orang. Membangkitkan ekonomi daerah. Menciptakan industri turunan rumput laut : agar-agar, farmasi, kosmetik dan produk makanan lainnya. Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi bagi daerah + Rp. 35 juta per tahun. Menjaga stabilitas harga rumput laut minimal p. 6.000 per kg.

PEMBANGUNAN INDUSTRI...(lanjutan...) MANFAAT Aspek Sosial Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan kegunaan rumput laut. Pergeseran kegiatan utama ekonomi masyarakat dari sektor informal ke formal (pertanian ke industri) Peningkatan infrastruktur di daerah Dampak Pemenuhan Kebutuhan Domestik dan Daya Saing Nasional Meningkatkan daya saing industri agar-agar Meningkatkan ekspor produk agar-agar

II.e. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI MINUMAN BERALKOHOL Berdasarkan data produksi minuman beralkohol yang memiliki IUI dari Kementerian Perindustrian : Terdapat 37 perusahaan yang selama 2 tahun berturut-turut (2014-2015) tidak berproduksi. Terdapat 36 perusahaan yang berproduksi dibawah kapasitas Izin Usaha Industri Terdapat 30 perusahaan yang berproduksi melebihi kapasitas Izin Usaha Industri

Terima Kasih