GENERASI RABBANI
Dustur Ilahi ولَٰكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ … تَدْرُسُونَ “Akan tetapi (dia berkata): Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbânî dengan apa yang engkau senantiasa ajarkan dari Al-Kitab, dan dengan apa yang kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran : 79)
Qs. Ali Imran 146-148 وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ () وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ () فَآَتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Syekh para penafsir, Imam Ibn Jarîr at-Thabarî berkata: Asbabun Nuzul Qs. 3:79 Syekh para penafsir, Imam Ibn Jarîr at-Thabarî berkata: “Ada yang berpendapat bahwa ayat ini turun terhadap Ahli Kitab yang berkata kepada Nabi Saw: “Apakah Engkau menyeru kami menyembahmu?” Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ikrimah atau Said bin Jubair dari Ibn Abbâs, beliau berkata: “tatkala para Ahli Kitab dari Yahudi dan Nasrani kaum Nejran berkumpul mendengarkan ajakan Rasul Saw terhadap mereka untuk memeluk Islam, Abu Râfi’ al-Quradziyyi berkata: ”Apakah Engkau menginginkan kami menyembahmu, seperti orang-orang Nasrani menyembah Nabi Isa as.?” Selanjutnya, ar-Ribbîs, salah seorang penduduk Nejran, ikut mempertegas pertanyaan tersebut dan berkata: “apakah benar itu yang Engkau perintahkan wahai Muhammad?” Rasul Saw menjawab: “kami berlindung dari Allah SWT untuk menyembah selain dari Dia, atau kami memerintahkan kemusyrikan! Bukan itu sebab Aku di utus, dan bukan itu pula yang diperintahkan kepadaku.” Maka Allah SWT pun menurunkan ayat tersebut.”
Kisah Sahabat Pada hari kematian Abdullah ibn Abbas r.a, telah berkata Muhamad ibn Ali ibn Hanafiyah “.. hari ini telah gugur seorang rabbaniyy dari umat ini.” Ibn Abbas r.a memang terkenal di kalangan sahabat berkat kedalaman dan keluasan ilmunya. Maka adalah wajar jika ia digelari insan rabbaniyy. Telah dikatakan pula oleh Ali bin Abu Thalib r.a : “Manusia itu terdiri dari tiga golongan : alim yang rabbaniyy, penuntut ilmu demi jalan kejayaan, serta orang hina pengikut segala keburukan.”
Makna Rabbani Ditinjau dari tinjauan bahasa, Ibnul Anbari menjelaskan bahwa, kata ‘rabbani’ diambil dari kata dasar Rabb, yang artinya Sang Pencipta dan Pengatur makhluk, yaitu Allah. Kemudian diberi imbuhan huruf alif dan nun (rabb+alif+nun= Rabbanii), untuk memberikan makna hiperbol. Dengan imbuhan ini, makna bahasa ‘rabbani’ adalah orang yang memiliki sifat yang sangat sesuai dengan apa yang Allah harapkan. Kata ‘rabbani’ merupakan kata tunggal, untuk menyebut sifat satu orang. Sedangkan bentuk jamaknya adalah rabbaniyun.
Makna Rabbani Makna RABBANI dalam Tafsir Al Qurtubi : '"seorang Rabbani mendidik manusia dengan ilmu yang kecil sebelum daripada yang besar, seolah-olah dia mengikut cara al Rabb (Allah ) memberi kemudahan kepada manusia bagi semua perkara yang susah - mereka alim dengan agama Tuhannya dan beramal dengan Ilmunya "-Tafsir al Qurtubi.
Makna Rabbani Imam Abu Ja'far AtThabary-seorang mufassir besar- menafsirkan kata Rabbani dengan makna yang sangat dalam dan memiliki konteks yang sangat luas. Dalam kitabnya, Jami'ul Bayan fii Ta'wilil Qur'an, setelah beliau menyebutkan beberapa makna Rabbani yang beliau riwayatkan, beliau menyimpulkan bahwasanya makna Rabbani adalah : Yang memiliki ilmu dan faqih (memahami agamadengan baik), yang melek (paham) akan siyasah (politik), paham pengaturan orang lain (manajemen), bertanggungjawab atas urusan rakyat yang memberikan kemaslahatan dan perbaikan dunia dan akhirat bagi mereka.
Ringkasan Makna Rabbani Seluruh hidupnya hanya untuk Allah Swt dan berusaha merealisasikan apa yang Allah inginkan Selalu Mengajarkan dan Belajar Al Qur’an (Ali Imran: 79) Tidak memiliki sifat lemah karena bencana yang menimpa, tidak menjadi lesu dan tidak menyerah (Qs. Ali Imran: 46) Imam Ibn Jarir al-Thabari yang dikenal dengan sebutan Imamul Mufassirin mengatakan bahwa rabbani adalah seseorang yang memenuhi beberapa kualifikasi yaitu: Faqih, dalam arti memahami agama Islam dengan sangat baik. Alim, dalam arti memiliki ilmu pengetahuan Bashir bis siyasah ('melek' politik) Bashir bit tadbir ('melek' manajemen) Qaim bi syu-un al-ra'iyah bima yuslihuhum fi dun-yahum wa dinihim (melaksanakan segala urusan rakyat yang mendatangkan kemaslahatan mereka, baik dalam urusan dunia maupun agama)