MERENCANAKAN TARBIYAH DZATIYAH BAGI MUTARABBI
Jenis Tarbiyah التَّرْبِيَةُ الْفَرْدِيَّةُ التَّربِيَةُ الذَّاتِيَةُ Tarbiyah Dzatiyyah : Dilakukan sendiri oleh mutarabbi dengan arahan murabbi. التَّرْبِيَةُ الْفَرْدِيَّةُ Tarbiyah Fardiyyah : Tarbiyah yang dilakukan oleh murabbi kepada setiap individu mutarabbi (pendekatan setiap personal dengan memperhatikan kekhasan masing-masing) التَّرْبِيَةُ الْجَمَاعِيَّةُ Tarbiyah Jama’iyyah : Tarbiyah yang dilakukan oleh murabbi terhadap semua mutarabbi dengan menggunakan wasail tarbiyah yang ada.
JENIS TARBIYAH TARBIYAH RASMIYYAH GHAIRU RASMIYYAH Tarbiyah jama’iyyah adalah tarbiyah rasmiyyah Melalui mentoring, mabit, tatsqif, daurah, mukhayam, dan rihlah Masanya pendek satu kali sepekan/sebulan/setahun Maddahnya terbatas (sesuai manhaj) Bersifat stimulus Tarbiyah dzatiyyah dan fardiyah adalah tarbiyah ghairu rasmiyyah Melalui sarana yang lebih beraneka Masanya panjang Maddahnya tidak terbatas Bersifat pendalaman dan pemantapan
Bentuk Tarbiyah Dzatiyah (1) Membaca kembali maddah yang telah disampaikan oleh Murabbi Menulis kembali (merapikan atau menyempurnakan) maddah yang telah disampaikan oleh Murabbi Menyampaikan kembali maddah yang telah disampaikan oleh Murabbi
Bentuk Tarbiyah Dzatiyah (2) Membaca buku yang menjadi rujukan maddah yang telah disampaikan oleh Murabbi Menghafalkan ayat atau hadits yang disebutkan dalam maddah yang telah disampaikan oleh Murabbi Membaca tafsir ayat atau syarah hadits yang disampaikan oleh Murabbi Membaca buku lain yang berkaitan dengan maddah yang telah disampaikan oleh Murabbi ataupun yang tidak berkaitan
Bentuk Tarbiyah Dzatiyah (3) Menunaikan tugas-tugas yang telah diperintahkan oleh Murabbi Membiasakan amaliyah ruhaniyah Memperbanyak sujud Tilawah al-Qur’an Dzikir yang banyak Infaq fi sabilillah Shaum sunnah
Bentuk Tarbiyah Dzatiyah (4) Mengikuti seminar atau daurah dalam tema apapun Mengikuti sekolah atau kursus Pengalaman dalam menunaikan amanah di dalam amal dakwah, sosial kemasyarakatan, politik, atau bisnis
Contoh-contoh Pribadi yang Berhasil Melakukan Tarbiyah Dzatiyah Ja’far bin Abi Thalib Membawa rombongan sahabat hijrah ke Habasyah Mampu menjawab pertanyaan Najasyi tentang Nabi Isa dan Ibu Maryam Mush’ab bin Umair Selama setahun dikirim ke Madinah sendirian tidak liqa’ dengan Rasul SAW Mampu mengislamkan beberapa pemimpin dan penduduk Madinah, sehingga pada Bai’atul Aqabah II menjadi 72 orang Muadz bin Jabal Dikirim ke Yaman Ditanya landasan ilmu yang dimiliki: Kitabullah, Sunnah Rasul, dan Ijtihad
Kunci Keberhasilan Tarbiyah Munculnya keinginan dari dalam diri mutarabbi untuk meningkatkan potensi, keterampilan, kualitas, dan integritas dirinya. Tugas murabbi adalah memotivasi agar keinginan tersebut muncul pada diri mutarabbinya, menciptakan jaul (suasana) tarbawi di luar mentoring, dan memberi arahan bagaimana cara mutarabbinya bisa meningkatkan potensi, keterampilan. Kualitas, dan integritas dirinya, serta memberi pengalaman di medan dakwah dengan potensi, keterampilan, kualitas, dan integritas yang dimiliki mutarabbi.
Hasil Tarbiyah Tanggung Jawab Mutarabbi Meningkatkan potensi, keterampilan, kualitas, dan integritas diri dalam tarbiyah adalah tugas dan tanggung jawab diri mutarabbi. Upaya untuk meningkatkan potensi, keterampilan, kualitas, dan integritas diri dilakukan dengan memanfaatkan sarana-sarana tarbiyah yang ada di sekitarnya. Kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan potensi, keterampilan, kualitas, dan integritas diri sendiri pada seorang mutarabbi dinamakan tarbiyah dzatiyah.
Output dari Tarbiyah Dzatiyah Kemampuan tarbiyah dzatiyah setiap mutarabbi akan menjadikan mereka: Mempunyai daya tahan terhadap berbagai ujian dan cobaan hidup Tidak futur (malas-malasan) dalam dakwah Tidak kendur semangat juangnya Tidak jumud pemikirannya, Tidak bingung menjawab berbagai situasi yang berkembang Mampu menyelesaikan persoalan yang menghadangnya Mutarabbi yang mandiri, mampu mengembangkan diri, “tidak menunggu instruksi murabbi’.
Urgensi Tarbiyah Dzatiyah Dalam Dakwah Harakiyah Menghasilkan Dai yang Mampu mengembangkan dakwah Kemampuan Tarbiyah Dzatiyah pada diri seorang dai menjadi prasyarat baginya untuk menjadi duta Islam dalam mengembangkan dakwah. Nabi saw. mengecek kemampuan tarbiyah dzatiyah Mu’adz bin Jabal sebelum diutus ke Yaman.
Urgensi Tarbiyah Dzatiyah Dalam Dakwah Harakiyah Hal ini yang dipertanyakan Rasulullah kepada Mu’adz bin Jabal saat akan diutus ke Yaman, “Wahai Mu’adz, bila kamu berada di tempat yang baru nanti, jika menemukan suatu persoalan apa yang akan kamu putuskan.” Mu’adz menjawab, “Aku akan putuskan berdasarkan kitab Allah.” Rasulullah melanjutkan, “Bila tidak kamu temukan pada kitab Allah, dengan apa kau putuskan.” Jawab Mu’adz, “Aku akan tetapkan berdasarkan Sunnah Rasulullah.” Nabi kemudian menanyakan kembali, “Bila tidak juga kamu dapati di dalamnya, apa yang akan kamu lakukan.” Mu’adz menjawab, “Aku akan putuskan dengan akal pikiranku (ijtihadku).” Jawaban Mu’adz sangat memuaskan hati Rasulullah SAW. Itu menunjukkan bahwa kualitas Mu’adz sudah memadai untuk mengemban tugas mulia sebagai duta dakwah ke Yaman.
Tujuan Tarbiyah Dzatiyah 1. Menyelesaikan Tuntutan Manhaj Manhaj dakwah membuka banyak sarana tarbiyah untuk mengantarkan mutarabbi pada muwashafat yang diharapkan. Namun karena keterbatasan alokasi waktu dan keterbatasan Murabbi dalam mentarbiyah mutarabbi melalui sarana tarbiyah regular yang dituntut manhaj, maka tarbiyah dzatiyah menjadi sarana untuk menyelaraskan tuntutan manhaj tersebut. Melalui tarbiyah dzatiyah murabbi membuat berbagai program bagi setiap mutarabbi untuk menjalankan kegiatan tarbiyah sesuai tuntutan manhaj.
Tujuan Tarbiyah Dzatiyah 2. Peningkatan Potensi Diri Peran mutarabbi dalam meringankan beban dakwah sangat diharapkan dengan memberikan kontribusi sesuai dengan potensinya masing-masing. Hanya mutarabbi yang tahu dan paham betul akan potensi dirinya, yang dapat bermanfaat bagi perjalanan dakwah. Atas mutarabbi yang seperti itu, murabbinya akan berkata, “Aku sudah bergaul dengan fulan bin fulan beberapa waktu, siang dan malam, dan tidak aku jumpai pada dirinya kecuali ia lebih baik dari kemarin.”
Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah 1. Ar Ruhiyah (Spiritual) Murabbi perlu membuat program agar mutarabbinya punya kebiasaan untuk meningkatkan ketahanan ruhiyahnya sehingga bisa menjadi sosok yang kokoh dalam dakwah. Programnya bisa berupa merutinkan diri untuk shalat berjamaah di masjid, shaum sunnah, qiyamullail, sedekah, ziarah kubur ataupun aktivitas lainnya yang berdampak pada kesehatan ruhaninya.
Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah 2. Al Fikriyah (Pemikiran) Kematangan berpikir mutarabbi tidak cukup dipasok melalui tatsqif di halaqah saja yang waktunya pendek, sebab tuntuan manhaj atas ulumul marhalah begitu banyak. Pendalaman dan pemantapan pemahamannya bisa dilakukan melalui program telaah kitab, menghadiri acara kajian ilmiah, ataupun kegiatan peningkatan wawasan lainnya. Murabbi bisa mewajibkan mutarabbinya membaca buku beberapa jam setiap hari, dan memiliki perpustakaan pribadi di rumahnya.
Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah 3. Al Maliyah (Material) Dakwah butuh biaya. Para pendukung dakwah adalah yang membiayai dakwah. Karena itu mutarabbi harus punya kemampuan berusaha agar tidak menjadi beban orang lain. Salah satu muwashafat yang harus ada dalam diri mutarabbi adalah qadirun alal kasabi (memiliki kemampuan mencari penghidupan bagi dirinya). Murabbi bisa memberi motivasi dan mengarahkan mutarabbinya untuk melatih kemampuan ini.
Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah 4. Al Maydaniyah (Penguasaan Lapangan) Tarbiyah dzatiyah juga ditujukan untuk melatih mutarabbi menguasai medan dakwah di lingkungannya. Penguasan medan dakwah akan mempercepat keikutsertaan mutarabbi dalam aktivitas amal jamai. Murabbi bisa membuat program muayasyah bagi mutarabbinya, mengikutsertakan dalam kepanitiaan suatu kegiatan, atau program lainnya.
Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah 5. Al Harakiyah (Gerakan Dakwah) Penguasaan harakiyah seorang mutarabbi tidak bisa diajarkan melalui tatsqif, tapi murabbi mengikutsertaan mutarabbinya dalam amal-amal dakwah yang dilakukannya. Dengan pengalaman dakwah langsung yang diberikan murabbinya, seorang mutarabbi bisa memahami apa itu harakah dan bersikap haraki.
Sasaran Tarbiyah Dzatiyah Al Munawaratul Al Harakiyah (Bergerak Manuver Dakwah) Mutarabbi bisa mengembangkan dakwah dengan membentuk halaqah baru dan mengisi wilayah yang belum tersentuh dakwah.
Sasaran Tarbiyah Dzatiyah 2. Al Matanah An Nafsiyah Ad Dakhiliyah (Kekokohan Pribadi) Dalam diri mutarabbi terjadi peningkatan daya tahan diri. Tidak lemah mental, tidak jumud pikirannya, tidak menjadi beban saudaranya, tidak bingung membaca perubahan situasi lingkungannya.
Upaya Memulai Tarbiyah Dzatiyah Pertama: Fokus pada aspek yang ingin dikuatkan pada masing-masing diri mutarabbi. Misalnya, aspek ruhiyah. Buat ukuran yang jelas seperti shalat lima waktu berjamaah di masjid dan selalu tilawah 1 juz setiap hari. Begitu juga untuk aspek yang lain.
Upaya Memulai Tarbiyah Dzatiyah Kedua: Buat skala prioritas. Aspek apa saja yang ingin dikuatkan dipertimbangkan dengan melihat kebutuhan saat ini, baik kebutuhan si mutarabbi maupun kebutuhan dakwah.
Upaya Memulai Tarbiyah Dzatiyah Ketiga: Buat program dengan kegiatan dari hal yang ringan dan mudah, serta pastikan bisa dilakukan oleh mutarabbi secara berkesinambungan.
Upaya Memulai Tarbiyah Dzatiyah Keempat: Agar dapat menjadi program kegiatan yang jelas, tekadkan untuk memulainya sejak kapan, ajak mutarabbi berikrar untuk konsisten melaksanakannya, dan doakan Allah agar dimudahkannya.
Upaya Memulai Tarbiyah Dzatiyah Kelima: Agar dapat bertahan terus melakukannya, upayakan buat kesepakatan apa sanksi yang harus diberikan bila melanggar ketentuan yang telah diikrarkan.