Oleh kelompok 6 (kelas F) On Farm Composting “Proses Pengomposan” Oleh kelompok 6 (kelas F) Dwiky Darmawan Kartawisastra Ulfiyatut tahiyah Jefta fari sandi Bagas wicaksono Moch. Khomaruddin
Pengomposan adalah proses biologis di mana mikroorganisme mengubah bahan organik Seperti pupuk kandang, lumpur, daun, kertas, dan Limbah makanan menjadi bahan seperti tanah yang disebut kompos. Manfaat pengomposan: Dapat memanfaatkan dan mengurangi limbah-limbah rumah tangga maupun pertanian Dapat menyuburkan tanah dan memperbaiki kandungan zat hara Meningkatkan produktivitas tanaman Mengurangi gas efek rumah kaca
Pengomposan Aerobik Pengomposan aerobik atau yang membutuhkan oksigen, dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme di bawah kondisi yang terkendali. Selama pengomposan mikroorganisme memanfaatkan oksigen saat memproses bahan organik. kompos aktif menghasilkan : Panas yang cukup besar Karbondioksida dalam jumlah besar. Uap air yang dilepaskan ke udara.
Kondisi Optimal untuk Pengomposan Aerobik Bahan-bahan organik yang tepat dicampur untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkan untuk aktivitas mikroba dan pertumbuhannya, termasuk persediaan yang seimbang antara karbon dan nitrogen (C: N rasio) Oksigen pada kadar yang mendukung Organisme aerobic. Suhu yang mendorong aktivitas mikroba yang kuat dari thermophilic mikroorganisme.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan Oksigen Aerasi ditentukan oleh porositas dan kelembapan, apabila aerasi terhambat akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan adalah 30 : 1 – 40 : 1 Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N diantara 30 – 40, mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein.
Kelembaban Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organic apabila bahan organic tersebut larut didalam air. Kelembapan 40 – 60% optimum untuk metabolism mikroba. < 40% aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan jika > 60% unsur hara akan tercuci, Volume udara berkurang mengakibatkan fermentasi anaerob. Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara, permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Peningkatan luas permukaan dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan dengan mencacah bahan kompos
pH bahan baku pH optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 – 7,5. Proses pengomposan menyebabkan perubahan pH. Proses pelepasan asam menyebabkan penurunan pH (pengasaman) Produksi ammonia dari senyawa – senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral. Suhu Temperature antara 30 – 60 °C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat, suhu > 60 °C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik yang akan hidup. Suhu yang terlalu tinggi juga akan membunuh mikroba pathogen tanaman dan benih – benih bulma. Waktu Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang digunakan, dan penambahan activator pengomposan.
Kondisi terbaik untuk pengkomposan cepat
Aktivitas Enzim dalam pengomposan Aktivitas enzim selulase mampu menurunkan jumlah selulosa 25% dalam waktu 3 minggu. Aktivitas enzim meningkat dan menurun selama proses pengomposan. Selama tahap thermofilik, aktivitas enzim menurun tajam. Denaturasi enzim karena panas sehingga mikroba mati.
Kesimpulan Pengomposan adalah proses biologis dimana mikroorganisme mengubah bahan organic seperti pupuk kandang, lumpur, daun, kertas dan limbah makanan menjadi bahan seperti tanah yang disebut kompos. Faktor yang mempengaruhi pengomposan : C/N rasio, aerasi, kelembapan, suhu, pH, dan ukuran partikel.