BERJUDI DENGAN PASAR Krisis Pertanian di Dataran Tinggi Dieng Hery Santoso
LATAR BELAKANG Krisis produksi setelah 4 dekade memproduksi kentang dan sempat mengalami booming pada tahun 1980-an sampai dengan 1990-an Para petani terus berspekulasi memproduksi kentang meskipun ber hadapan dengan resiko tinggi
Boomcrop dalam berbagai kajian Booming bukan fenomena baru (Kinealy, 1995; Reader, 2009; Lombard, 2008; Boomgard, 2002; Hefner, 1999, dd) Boom crop sebagai determinan transformasi pertanian di Asia Tenggara (Hall, 2011; de Koninck, 2003; Trung, 2003; Ha dan Shively, 2008; dll) Boom crop dan pembentukan relasi kapitalis dari bawah (Li 2007; 2009, 2010, 2011, 2014) Boom crop dan land grabbing (McCarthy dan Cramb, 2009)
Pertanyaan penelitian: Mengapa petani mengubah agroekosistem dan mengeksploitasinya dengan budidaya kentang ? Kekuatan-kekuatan apa yang mendorong mereka terus berspekulasi memproduksi kentang, meskipun beresiko tinggi? Apa implikasi itu semua pada kehidupan masyarakat di sana?
KERANGKA TEORI Produksi kentang di Dieng adalah bagian dari ekspansi boom crop Terbentuk agroekosistem cepat Agroekosistem cepat sebagai arena perjudian produksi Empat komponen penting: Ekologi, politik ekonomi, social, dan kultural
METODE Studi ini menggunakan metode etnografi Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara pada informan, penelusuran dokumen, dan pengamatan terlibat (participant observation) Kerja lapangan diawali dengan observasi (2009), penelitian pendahuluan (2010), pengamatan lanjutan (2011), penelitian utama (2012).
ANALISIS Penelitian ini menggunakan analisis conjuncture atau “analisis deretan peristiwa”, sebuah analisis yang pernah dipopulerkan oleh kalangan antropolog Marxian dari Manchester School pada tahun 1950-an, dan dicoba- kembangkan oleh Tania Li untuk melihat ledakan ekonomi cokelat di Sulawesi Tengah. Saya memaknai apa yang dinamakan “deretan peristiwa” atau conjuncture adalah sebagaimana yang didefinisikan Li (2014: 10): sebuah kombinasi unik atas elemen-elemen kejadian, proses dan hubungan-hubungan yang kemudian membentuk suatu formasi dalam ruang dan waktu tertentu.
LOKASI PENELITIAN: PUNCAKWANGI
EKOLOGI PEGUNUNGAN DIENG Kawasan pinggiran yang sering mengalami pasang surut ekonomi: Arus migrasi bolak- balik sejak masa kolonial hingga revolusi hijau Puncakwangi adalah salah satu desa terbelakang (ngiwa) di lereng atas Tekanan ekologi di Puncakwangi sudah terjadi sejak lama, karena alasan kemiskinan dan keterbelakangan Masuknya tanaman kentang adalah keuntungan tersendiri bagi desa-desa lereng atas
Puncakwangi, 1890 Puncakwangi, 1880 Puncakwangi, 1912 Puncakwangi, 2010
AGROEKOSISTEM CEPAT Agroekosistem cepat adalah agroekosistem yang rentan tetapi dikelola dengan sangat intensif Dari 4 sifat agroekosistem, hanya produktivitas yang memiliki kinerja tinggi, stabilitas, sustainabilitas dan equitabilitas cenderung rendah Agroekosistem cepat cenderung menjadi arena perjudian proses produksi
Perbandingan pola tanam
Dinamika produktifitas pada agroekosistem cepat No. Jenis Produksi (ton/ 0,25 ha) Harga (Rp.) Keuntungan (Rp) Terendah Tertinggi 1. Kentang 4,0 3.500 6.000 6.000.000 18.000.000 2. Wortel 6,7 300 2.000 10.000 11.400.000 3. Kubis 5,8 -260.000 9.600.000
POLITIK EKONOMI Perjudian produksi boomcrop di pegunungan Dieng ditopang oleh kekuatan politik ekonomi di tingkat global dan nasional melalui paket-paket pembangunan pertanian Di lapangan kekuatan tersebut beroperasi melalui 3 institusi pasar, yaitu industri perbenihan, perbankan dan agrokimia. Surplus populasi pedesaan dan ekologi pegunungan pada akhirnya berhasil dikonversi menjadi factor produksi untuk mendukung keberlangsungan produksi boomcrop.
Produksi kentang dunia dan Wonosobo 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Countries million tonnes Developed 183.13 199.31 177.47 174.63 165.93 166.93 160.97 159.97 159.89 Developing 84.86 101.95 108.50 128.72 135.15 145.92 152.11 160.01 165.41 WORLD 267.99 301.26 285.97 303.35 301.08 312.85 313.08 319.98 325.30
STRUKUR SOSIAL Pembentukan ulang model kekerabatan sebagai upaya internal untuk melanjutkan proses produksi yang kompetitif dan spekulatif: Reproduksi identitas Mekanisme pasar tertutup Kompetisi produksi Kejayaan dan ketersingkiran
AGAMA DAN SISTEM KEPERCAYAAN Meningkatkan kredibilitas melalui simbul-simbul agama Intervensi spiritualitas dalam mengatasi segenap persoalan proses produksi Menjadikan institusi agama sebagai alat untuk mengontrol sumber daya
KESIMPULAN Para petani di Puncakwangi mengubah agroekosistem lambat menjadi agroekosistem cepat karena didorong untuk keluar dari belenggu kemiskinan, keterbelakangan, dan status sosio-geografis ngiwa. Proses produksi pada agroekosistem cepat yang beresiko tinggi tidak hanya ditandai oleh adanya sentralitas peran pasar, akan tetapi juga cenderung diwarnai dengan spekulasi-spekulasi (perjudian) Terdapat 4 komponen yang menopang keberlangsungan perjudian proses produksi di Puncakwangi, yaitu: keberadaan agroekosistem cepat, politik ekonomi, struktur social dan system kepercayaan (agama). Implikasi dari itu semua adalah terjadinya diferensiasi ekstrim di Puncakwangi: memilah antara mereka yang Berjaya dan tersingkir
Terima kasih