ASFIKSIA Oleh : dr. Irma Susanti
Pendahuluan Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur, segera setelah lahir. Yaitu terjadinya gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical. Dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong.
Fisiologi Pernafasan Janin Cara bayi memperoleh oksigen sebelum lahir Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber O2 atau jalan untuk mengeluarkan CO2 Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan nafas. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveol.
Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Selain itu arteri dan vena umbilikalis yang menutup akan menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik, sehingga terjadi relaksasi pembuluh darah paru Pada umumnya, udara yang mengandung oksigen sebesar 21% cukup untuk menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru.
Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari menjadi kemerah-merahan
Pada keadaan abnormal/ asfiksia, bayi mengalami kesulitan saat masa transisi berupa: Bayi baru lahir tidak mampu melakukan usaha menghirup udara, sehingga arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen. Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ-organ tubuh, sedangkan sebagai kompensasi untuk mempertahankan pasokan oksigen aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil.
Jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi miokardium, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang. Sebagai akibat akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan tanda-tanda klinis seperti: tonus otot buruk, depresi pernapasan, bradikardia, tekanan darah menurun, dan tampak sianosis.
Mengenal Asfiksia
Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Hal ini dapat disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia yang berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir.
Faktor resiko terjadinya asfiksia Faktor ibu Umur ibu umur ideal utk seorang ibu hamil adalah 20 – 30 tahun Hipoksia ibu akibat pemberian obat analgetik atau anestesi Infeksi berat selama kehamilan (TB, malaria, sifilis, varisela, dll) Perdarahan antepartum Gangguan aliran darah uterus, seperti anemia dan riwayat hipertensi selama kehamilan Kehamilan postdate (usia gestasi lebih dari 42 minggu)
Faktor plasenta Plasenta merupakan sumber nutrisi janin, sumber oksigen, dan tempat pembuangan sisa metabolisme janin. Asfiksia dapat terjadi pada kasus: Solusio plasenta Lilitan tali pusat dan simpul tali pusat Tali pusat pendek Prolaps tali pusat Perdarahan plasenta
Faktor neonatus Faktor persalinan Pemakaian obat anestesi yang berlebihan Tauma persalinan Kelainan kongenital Bayi prematur Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Air ketuban bercampur mekonium Faktor persalinan Persalinan letak bokong, sunggang, dll Partus lama & partus macet Ketuban pecah dini
Patofisiologi Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran umumnya selalu diawali dengan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Pada keadaan asfiksia berat, usaha napas ini tidak tampak, selanjutnya bayi apneu, bradikardi, dan bayi tampak lemas (flasid). Penilaian asfiksia ini berdasarkan nilai APGAR
Nilai APGAR Nilai 1 2 Appeareance (Warna Kulit) Biru atau pucat 1 2 Appeareance (Warna Kulit) Biru atau pucat Tubuh pink, ekstremitas sianosis Seluruh tubuh merah Pulse (Denyut jantung) Tidak ada < 100 x/ i > 100 x/ i Grimace (Refleks) Lemah/ lambat Kuat Activity (Gerak/ tonus otot) (flasid) Sedikit fleksi Fleksi Respiratory (Nafas) Tidak teratur Teratur
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR, yaitu: Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0 - 3 Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4 - 6 Asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7 - 9 Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Tatalaksana Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan berikut, yaitu: Stabilisasi Airway Breathing Circulation
Stabilisasi Mengeringkan tubuh bayi Memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di bawah alat pemancar panas (radiant warmer) Bayi dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.
Airway (Membuka jalan nafas) Memposisikan bayi telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Membersihkan jalan napas untuk mencegah aspirasi mekonium.
Breathing (Memulai pernafasan) Melakukan rangsangan taktil untuk memulai pernafasan, berupa menepuk atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi Memberikan tambahan suplai oksigen Jika tidak berhasil, lakukan ventilasi tekanan positif (VTP), seperti: sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
Circulation (Mempertahankan sirkulasi) Kompresi dada Indikasi jika frekuensi jantung < 60 x/ menit setelah VTP adekuat selama 30 menit Tekanan pada 1/3 bawah sternum dengan kedalaman 1/3 diamete anter-posterior dada Melakukan kompresi dengan menggunakan ibu jari atau 2 jari Rasio kompresi : VTP 3 : 1
Pengobatan dengan pemberian epinefrin Jika frekuensi jantung tetap < 60 x/ i setelah kompresi dada selama 30 detik Dosis 0,01 – 0,03 mg/ kgBB (iv)
Monitor & Evaluasi Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut: Pernafasan Frekuensi jantung Warna kulit
Penghentian resusitasi Resusitasi dapat dihentikan bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung Setelah 10 menit Setelah usaha resusitasi yang menyeluruh dan adekuat Penyebab lain dari asfiksia telah disingkirkan
TERIMA KASIH