SKIZOPRENIA
Esa Meila Dewi 1041411059 Esti Dewi L 1041411060 Hesti Listyaningrum 1041411074 Marsaulina Damanik 1041411095 Novitriani Kartina U 1041411111
Istilah Skizoprenia diciptakan oleh Bleuler (psikiater dari Swiss) dari bahasa Yunani skhizo = split / membelah, dan phren = mind / pikiran berarti : terbelahnya/ terpisahnya antara emosi dan pikiran/ intelektual Merupakan penyakit psikiatrik kronik pada pikiran manusia mempengaruhi seseorang sehingga mengganggu hubungan antarpersonal dan kemampuan untuk menjalani kehidupan sosial DEFINISI SKIZOPRENIA
Patofisiologi skizoprenia melibatkan sistem dopaminergik dan serotonergik Teori dopaminergik dari skizoprenia : Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik berkaitan dengan gejala positif Hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal bertanggungjawab terhadap gejala negatif Teori serotonergik dari skizoprenia: Penderita skizoprenia memiliki kadar serotonin yang tinggi. Peningkatan aktivitas serotonergik menurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis bertanggungjawab terhadap gejala negatif PATOFISIOLOGI
GEJALA SKIZOPRENIA Gejala positif: Delusion (khayalan) Halusinasi Perilaku aneh, tidak teroganisir Bicara tidak teratur, topik melompat-lompat tidak saling berhubungan Ilusi, pencuriga Gejala negatif: Alogia (kehilangan kemampuan berpikir atau bicara) Perasaan/ emosi menjadi tumpul Avolition (kehilangan motivasi) Anhedonia/asosiality (kurangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan, mengisolasi diri dari kehidupan sosial Tidak mampu berkonsentrasi GEJALA SKIZOPRENIA
Terapi Non farmakologi (Psikososial) Terapi Skizoprenia Terapi Farmakologi Terapi Non farmakologi (Psikososial) TERAPI SKIZOPRENIA
TERAPI FARMAKOLOGI
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati skizoprenia adalah antipsikotik Tipikal/AGP Atipikal/AGK Generasi lama Memblok reseptor dopamin D2 Efek samping ekstrapiramidal besar Efektif untuk mengatasi gejala positif Generasi baru (tahun 1990an) Memblok reseptor 5-HT2, efek blokade dopamin rendah Efek samping ekstrapiramidal lebih kecil Efektif untuk mengatasi gejala baik positif maupun negatif
ALOGARITMA TERAPI
Terapi Awal Terapi Stabilisasi Terapi Penjagaan TAHAPAN TERAPI
TERAPI AWAL Terapi 7 hari pertama Tujuannya adalah menurunkan agitasi, rasa curiga, kecemasan dan agresi serta mengembalikan pola makan dan tidur. Setelah satu minggu diberi dosis yang stabil, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan peningkatan dosis. Jika tidak ada perbaikan terapi pada rentang dosis terapeutik selama 3-4 minggu maka harus dipertimbangkan pemberian alternatif antipsikosis lainnya sesuai alogaritma. Pengobatan : antipsikotik secara IM (misal: ziprasidone 10-20 mg, olanzapine 2,5-10 mg, atau haloperidol 2-5 mg), jika tidak ada respon dapat menggunakan Lorazepam secara IM 2mg dikombinasi dengan antipsikotik penjagaan TERAPI AWAL
TERAPI STABILISASI • Terapi minggu ke 2-3 Tujuannya adalah meningkatkan sosialisasi dan perbaikan kebiasaan (self-care habits) dan perasaan • Mungkin perlu waktu 6-8 minggu untuk mendapat respon yang diharapkan, pada pasien kronis mungkin butuh waktu 3-6 bulan • Pengobatan : menggunakan antipsikotik atipikal (jika ada); jika menggunakan obat tipikal: dosis yang ekuivalen dengan klorpromasin 300-1000 mg dapat digunakan • Terapi tidak bisa menyembuhkan, hanya mengurangi gejala TERAPI STABILISASI
TERAPI PENJAGAAN • Tujuan : mencegah kekambuhan • Harus diberikan sedikitnya sampai setahun sejak sembuh dari episode akut, bahkan untuk bisa lebih berhasil perlu terapi selama sedikitnya 5 tahun, kemudian dosis dapat diturunkan perlahan-lahan Secara umum, ketika hendak mengganti suatu antipsikotik yang satu ke antipsikotik yang lainnya, antipsikotik yang pertama harus dikurangi secara bertahap dan dihentikan 1 hingga 2 minggu setelah antipsikotik yang kedua mulai digunakan sebagai terapi. TERAPI PENJAGAAN
TERAPI NON FARMAKOLOGI
PACT (Program For Assertive Community Treatment) PACT adalah semacam program rehabilitasi yang terdiri dari manajemen kasus dan intervensi aktif oleh satu tim menggunakan pendekatan yang sangat terintegrasi. Program ini dirancang khusus untuk pasien yang fungsi sosialnya buruk untuk membantu mencegah kekambuhan dan memaksimalkan fungsi sosial dan pekerjaan PACT (Program For Assertive Community Treatment)
Prinsip pendekatan psikososial ini adalah anggota keluarga pasien harus dilibatkan untuk perawatan pasien dan memerlukan pendidikan, bimbingan dan dukungan, serta pelatihan untuk membantu mengoptimalkan peran mereka. Intervensi keluarga
Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy) Terapi perilaku kognitif awalnya dibuat untuk pengobatan depresi dan gangguan kecemasan, tetapi telah dimodifikasi untuk pengobatan. Asumsinya adalah bahwa proses psikologis normal dapat menjaga maupun melemahkan gejala psikotik, terutama delusi dan halusinasi. Fokus dari terapi perilaku kognitif ini terutama pada halusinasi kronis pendengaran, dan menormalkan pengalaman psikotik pasien, sehingga mereka bisa tampil lebih normal. Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy)
Pelatihan ketrampilan sosial Pelatihan keterampilan sosial didefinisikan sebagai penggunaan teknik perilaku atau kegiatan pembelajaran yang memungkinkan pasien untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan interpersonal, perawatan diri dan menghadapi kehidupan masyarakat. Tujuan pelatihan keterampilan sisoal adalah untuk memperbaiki kekurangan tertentu dalam fungsi sosial pasien. Pelatihan ketrampilan sosial
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, perilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Perawatan di rumah sakit dapat menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,pekerjaan, dan hubungan sosial. Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit yaitu Electroconvulsive Therapy (ECT).
Seorang laki-laki berusia 25 tahun menderita skizoprenia selam 3 tahun dan dirawat dirumah sakit. Sampai saat ini masih menunjukan gejala halusinasi serta sering tertawa dan berbicara sendiri, seolah olah ada oarng lain yang diajak berbicara. Selama priode terapi dia telah mendapatkan obat-obat antispikosis termasuk CPZ, Haloperidol, Sulpride, Resperidon dan Olanzapin. Berdasarkan tindakan pengobatan yang sudah dilakukan tersebut belum juga ada perubahan atau peningkatan fungsi mental. Kasus
Analisis SOAP Subjective (S) Nama : Tn.TN Jenis kelamin : laki-laki. Umur : 25 tahun Diagnosis : skizofrenia Riwayat Penderita: halusinasi serta sering tertawa dan berbicara sendiri, seolah olah ada orang lain yang diajak berbicara. Riwayat pengobatan dahulu : CPZ, Haloperidol, sulpride, resperidon dan olanzapine. Terapi : Dokter memberikan Clozapin dengan dosis 12,5 mg 1x1 Objective (O) : Tidak Ada Analisis SOAP
Assesment (A)
Plan (P) Saran terapi, dosis Clozapin awal 12.5 mg 1 atau 2 x/hari pada hari ke 1, diikuti dengan 1 atau 2 tablet 25 mg pada hari ke 2. Dosis dapat ditingkatkan secara perlahan dari 25-50 mg sampai 300 mg/hari dalam wkt 2-3 minggu. Selanjutnya dosis dapat ditingkatkan s/d 50-100 mg tiap ½ minggu. Kisaran dosis: 200-450 mg/hari, diberikan dalam dosis terbagi. (http://www.farmasi-id.com/clozapine-ogb-mersi/) Clozapine memiliki sprektrum yang luas dan tidak menimbulkan extrapiramidal maka dari itu dapat digunakan sebagai dosis tunggal. Karena efek samping dari clozapine salah satunya ada agranulositosis yang bisa berakibat fatal, maka dari itu perlu adanya pemeriksaan keadaan biokimia darah pasien.
Terapi Non Farmakologi Dukungan keluarga terhadap penderita. Psikoterapi secara berkala dan terus menerus. Dokter melakukan kontrol dengan teratur dan memastikan keamanan penderita. Diajak berkomunikasi secara terus menerus dalam hal –hal positif. Program rehabilitasi : living skills, social skills, basic education, work program,supported housing Psikoterapi : terapi tambahan, terutama jika pasien sudah berespon terhadap obat Family education Pemberian terapi ECT
Terapi Farmakologi Dilihat dari algoritma sudah dilaksanakan, karena pada sebelumnya telah diberikan telah tercantum obat-obat yang pernah diberikan yaitu CPZ (Chlorpromazin) dan Haloperidol yang merupakan AGP (Antipsikotik Generasi Pertama) resperidon dan olanzapin yang merupakan AGK (Antipsikotik Generasi Kedua) dan sulpride. Jadi tahap ini telah mencapai tahap 2A karena masih menunjukkan adanya gejala maka sebaiknya dilanjutkan ke tahap ke 3 terlebih dahulu dengan pemberian clozapine, baru apabila respon baru sebagian atau bahkan tidak ada respon mungkin bisa dilakukan tahapan selanjutnya dengan kombinasi.
Karena efek samping dari clozapine salah satunya ada agranulositosis yang bias berakibat fatal, maka dari itu perlu adanya pemeriksaan keadaan biokimia darah pasien. Lagipula clozapin merupakan antipsikotik generasi kedua atau biasa disebut dengan antipsikotik atipikal yang merupakan Generasi lebih baru (th 1990an) yang bertugas memblok reseptor 5-HT2, efek blokade dopamin rendah, efek samping EPS lebih kecil, dan yang paling penting obat generasi ini paling efektif untuk mengatasi gejala baik positif maupun negatif. Karena pada obat antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik tipikal efekif mengatasi gejala positif saja.
Terima kasih