Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd.,Kons

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Oleh: Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd Universitas Negeri Semarang
Advertisements

ASESMEN TEKNIK NON TES DAN TES
KONSELING PERORANGAN Kerangka Kerja Praktis
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
KONSELING PROSES PEMBERIAN BANTUAN DARI KONSELOR KEPADA KLIEN YANG DILAKUKAN MELALUI WAWANCARA BANTUAN KONSELOR KLIEN WAWANCARA.
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
PERTEMUAN 15 KONFLIK.
Konsep dan Prinsip Dasar BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
METODE PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK
KETERAMPILAN DASAR KONSELING
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
BAB 5 dan 6 DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kurikulum Berbasis Kompetensi
KONSELING INDIVIDUAL DALAM LAYANAN PEMINATAN
Berpikir Kritis (Critical Thinking)
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
KONSELING KELOMPOK.
BIMBINGAN PSIKO-EDUKATIF DI SEKOLAH DASAR
EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KONSELING
Konsep CBSA.
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
Kompetensi Desi Susianti, S.Psi., M.Si.
Konsep dan Prinsip Dasar BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
Masalah-masalah BELAJAR
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
Standar Pelayanan Pekerjaan Sosial di bidang kesehatan.
PENDEKATAN EKLEKTIK DALAM PSIKOLOGI KONSELING DAN TERAPI
Tania Clara Dewanti BK/B
T E K N I DASAR.
BIMBINGAN KONSELING.
LAYANAN PEMINATAN DENGAN BIMBINGAN KELOMPOK
MEDIA PEMBELAJARAN By: Durinda Puspasari.
1. Sudah tentu anda pernah SMP dan SMA !
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Psikologi Konseling dan Psikoterapi
PENDEKATAN NON DIRECTIVE
METODE PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK
PELAYANAN KONSELING INDIVIDUAL
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
Model problem based learning
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA AKTIVITAS SISWA (PBAS)
KEPRIBADIAN.
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
POLA 17 (+) BK Ber Keluarga Keber -Agamaan Tampilan Kepustakaan
PELAYANAN KONSELING INDIVIDUAL
Berpikir Kritis (Critical Thinking)
KONSELING KELOMPOK (PENDEKATAN BEHAVIORAL)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
Oleh: Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd Universitas Negeri Semarang
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
BAB III PROSES BELAJAR MENGAJAR ORANG DEWASA
Pelatihan Dasar Konsultan
KET. INTER-INTRA PERSONAL
PERAN PETUGAS DALAM PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
KET. INTER-INTRA PERSONAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN MODEL PEMBELAJARAN.
PERTEMUAN 3: KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN
Transcript presentasi:

Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd.,Kons SPEKTRUM KONSELING Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd.,Kons Parung, 30 Oktober 2009

Universitas Negeri Semarang Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd.,Kons. Universitas Negeri Semarang Jl. Dewi Sartika Raya 3C Semarang (024) 8310363; 081225229922 s_dyp@yahoo.com

Konsep Dasar Pelayanan : Konseling Perorangan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok Konsultasi Mediasi

Skenario Konsep Dasar Konseling Setting : Perorangan Kelompok Konsultasi Mediasi

Konseling Perorangan Isu di Lapangan

Penstrukturan konseling tidak jelas Penggalian data tidak sistematis Konselor larut dalam konseling Hanya omong-omong biasa Hanya bersifat nasihat biasa Tanpa melalui tahap-tahap konseling

Tanpa penggalian perasaan, sikap dan kepribadian klien Klien tidak siap konseling K’lor kurang mampu mendifinisikan masalah siswa (pada tahap awal) K’lor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik konseling

Kebanyakan k’lor kurang memahami tahapan-tahapan konseling Sering menampilkan “profil orang tua” daripada “profil konselor” Masalah yang dibahas sering masalah sekunder bukan masalah “primer”

Konsep Dasar Prinsip-prinsip Kunci

mulai di sini dan sekarang Kalau kita ingin menjadi seorang konselor, mari, memulai berpikir, berdiskusi, dan bertindak sebagai seorang konselor…… mulai di sini dan sekarang

tumbuh-kembang optimal KLIEN tumbuh kembang optimal BANTUAN memecahkan masalah tumbuh-kembang optimal KLIEN tumbuh kembang optimal ke arah yang dipilihnya peningkatan kualitas effective daily living 11

Didasari dan dikembangkan atas pandangan potensi positif manusia 1. Konseling : Didasari dan dikembangkan atas pandangan potensi positif manusia Klien adalah individu yang memiliki kemampuan untuk memilih tujuan, membuat keputusan, dan mampu bertanggung jawab

“Berangkat dari kondisi “pesimis” berakhir dalam kondisi “optimis” 2. Konseling : “Berangkat dari kondisi “pesimis” berakhir dalam kondisi “optimis”

3. Konseling : Proses Pencerahan

Kebahagiaan menanti… ……… Bagai embun pagi hari Bunga-bunga mekar lagi Berkembang harapan hati Hari bahagia menanti…

4. Konseling : Proses Pembelajaran (sadar, terencana, sistematis, akuntabel : terjadi proses belajar pada diri klien)

Keberadaan konselor untuk klien 5. Konseling : Proses “bantuan”, “fasilitasi” : untuk klien, bukan untuk konselor atau untuk yang lain Keberadaan konselor untuk klien

KTPS Aku mau mendampingi dirimu Aku mau cintai kekuranganmu Slalu bersedia bahagaikanmu Apapun terjadi, kujanjikan aku ada…

Berfokus pada saat ini dan masa depan… 6. Konseling : Berfokus pada saat ini dan masa depan… Berfokus pada perubahan tingkah laku, bukan hanya membantu klien menyadari masalahnya.

7. Konseling : Statement Comitment Action

Konseling = Wanita Kalau kau benar-benar sayang padaku Kalau kau benar-benar cinta Tak perlu kaukatakan semua itu… cukup tingkah laku….

Tujuan Memfasilitasi klien agar terbantu untuk : menyesuaikan diri secara efektif terhadap diri sendiri dan lingkungannya mengarahkan dirinya sesuai dengan potensinya yang dimilikinya ke arah perkembangan yang optimal meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri

memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar mengurangi tekanan emosi melalui kesempatan untuk mengekspresikan perasaannnya meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan yang efektif meningkatkan hubungan antar pribadi.

ASAS KONSELING (Etika Dasar) Kesukarelaan Kerahasiaan Keputusan diambil oleh klien sendiri

KOMPONEN KONSELING 1. KONSELOR Seseorang yang karena kewenangan dan keahliannya memberi bantuan (konseling) kepada klien. Aktor yang secara aktif mengembangkan proses konseling untuk mencapai tujuan konseling sesuai dengan prinsip-prinsip dasar konseling. Memiliki seperangkat kompetensi 25

Kompetensi Personal yang diharapkan : Memiliki keyakinan yang mantap tentang hidup, manusia, dan masalah-masalahnya Mampu mereduksi kecemasan, tidak tertekan, tidak menunjukan sikap bermusuhan, tidak membiarkan diri “menurun” kapasitanya. Memiliki kemampuan untuk hadir bagi orang lain Respek dan apresiatif terhadap diri sendiri Berorientasi untuk tumbuh dan berkembang 26

Melalui konseling klien menginginkan : Individu yang sedang mengalami masalah, atau setidak-tidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain. Melalui konseling klien menginginkan : mendapatkan suasana fikiran yang jernih perasaan yang lebih nyaman, nilai tambah, hidup yang lebih berarti hal-hal positif lainnya yang bermakna dalam menjalani hidup sehari-hari . 27

Klien datang dan bertemu konselor dengan cara yang berbeda-beda kemauan sendiri untuk menemui konselor perantara orang lain datang karena terpaksa (diperintah oleh pihak lain) Apapun latar belakang kedatangan klien dan bagaimanapun kondisi klien, harus disikapi, diperhatikan, diterima, dan dilayani sepenuhnya oleh konselor. 28

3. Konteks Hubungan Konselor-Klien Hubungan konselor -klien : hubungan membantu (helping relationship) : meningkatkan pertumbuhan, kematangan, fungsi, dan cara menghadapi kehidupan dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak klien Karakteristik dinamika dan keunikan hubungan konselor-klien : (a) afeksi, (b) intensitas,(c) pertumbuhan dan perubahan, (d) privasi, (e) dorongan, (f) kejujuran 29

Peluncuran Konseling Perorangan

Kelompok

Bagaimana Pelaksanaannya ?

Defensif Proaktif

CINTA SENYUM

Mensyukuri Keindahan Hari ini… …. Terlepaslah segala kenangan duka Kan tercapai harapan hidup bahagia Tiada seindah kini duduk berdampingan Alangkah indahnya hari ini…

KP, BKp, KKp

P elayanan L atihan P rofesional G ratis

BERPIKIR POSITIF

Tertutup,defensif Terbuka, fleksibel

CINTA SENYUM

MARI MULAI BELAJAR…..

ISU KONSELING PERORANGAN Penstrukturan konseling tidak jelas Klien tidak siap konseling Penggalian data tidak sistematis Konselor larut dalam konseling

Hanya omong-omong biasa Hanya bersifat nasihat biasa Tanpa melalui tahap-tahap konseling K’lor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik konseling Sering menampilkan “profil orang tua” daripada “profil konselor” Masalah yang dibahas sering masalah sekunder bukan masalah “primer”

SOLUSINYA ADALAH…

KONSELING TRAIT AND FACTOR

KONSELING PROFESIONAL Dapat dipertanggungjawab- kan dasar keilmuan dan teknologinya Berdasar acuan dari model konseling tertentu

MODEL KONSELING Sistem konseling yang dirancang dan didesain berdasarkan teori-teori dan terapan-terapannya sehingga muwujud-kan suatu struktur performansi konseling Bagi konselor, penggunaan pendekatan konseling merupakan pertanggung jawaban ilmiah dan teknologis dalam menyelenggaraan konseling.

Konsep Dasar Individu adalah unik dalam berbagai aspek tingkah lakunya. Dalam keterbatasan faktor genetik, tingkah laku dapat diubah, dalam batas-batas fungsi organisme dan lingkungan. Ciri-ciri tingkah laku individu cukup konsisten sehingga memungkinkan dilakukan generalisasi dalam mendeskripsikan tingkah laku dari waktu ke waktu.

Tingkah laku individu merupakan hasil dari statusnya sekarang, pengalaman-pengalaman, dan seting sosial dan fisik. Tingkah laku individu dapat diatur dan diukur, (dimensi pengukuran menjadi elemen pokok dalam konseling Trait & Factor ). Perbedaan individu dapat diidentifikasi secara objektif Perbedaan-perbedaan saat ini berhubungan dengan perilaku sosial di masa yad

Hakikat Manusia  Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk. Manusia bersifat bergantung dan hanya berkembang secara optimal di tengah-tengah masyarakatnya. Manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik (good life).

Manusia banyak berhadapan dengan banyak pilihan-pilihan yang diintrodusir oleh berbagai pihak. Manusia merupakan individu yang unik. Manusia memiliki ciri-ciri yang bersifat umum. Manusia bukan penerima pasif atas pembawaan dan lingkungannya.

Hakikat Konseling Proses yang bersifat pribadi dan individual yang dirancang untuk membantu individu mengembangkan keterampilan, sikap, dan keyakinan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri secara normal. Bantuan yang bersifat individual, personal, yang diliputi oleh suasana permisif dalam mengembangkan keterampilan dan mencapai self-understanding dan self-direction yang secara sosial dibenarkan.

Hubungan kemanusiaan antara konselor dengan klien dalam usaha mengarahkan dan membina perkembangan diri. Cara/teknik untuk menfasilitasi individu dalam rangka mendapatkan identitasnya, mempermudah mencapai keinginannya untuk memahami diri sendiri, dan dalam mewujudkan aspirasinya.

Kondisi-Kondisi Konseling Tujuan konseling Memfasilitasi klien untuk berpikir tentang dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk ke luar dari masalah tersebut.

Konseling TF membantu klien : Self-clarification : penjelasan Self-understanding : pemahaman Self-acceptance : penerimaan Self-direction : pengarahan Self-actualization : ekspresikan potensi

2. Klien/Konseli Selama konseling Sedapat mungkin datang secara sukarela, walaupun demikian bila ia dikirim berdasarkan pengalaman tidak terlalu berbeda efektifnya Bersedia belajar memahami dirinya sendiri dan mengarahkan diri

Menggunakan kemampuan berpikirnya untuk lebih memperbaiki dirinya sehingga dapat mencapai kehidupan yang rasional dan memuaskan Bekerjasama dengan konselor dan bersedia mengikuti fasilitasi konselor dalam proses pengubahan.  

Setelah konseling Melaksanakan keputusan yang telah diambil dalam konseling Bertanggung jawab atas segala keputusan dan bersedia menerima konsekuensinya

3. Konselor Sikap Konselor: menempatkan diri sebagai guru menerima sebagian tanggung jawab atas keselamatan klien bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik tidak netral sepenuhnya terhadap nilai-nilai yakin terhadap asumsi konseling yang efektif.

Keterampilan: memiliki pengalaman dan keahlian dalam hal teori perkembangan manusia dan pemecahan masalah memanfaatkan teknik pemahaman individu melaksanakan proses konseling secara fleksibel,

menerapkan strategi pengubahan perilaku menjalankan perannya dalam : mengajar individu belajar mengajar individu mengenali motivasi- motivasinya mengajar individu pengubah perilakunya menjadi perilaku yang memadai untuk mencapai tujuan pribadinya.

4. Hubungan konseling Konseling merupakan thinking relationship yang lebih menekankan peranan berpikir rasional walaupun tidak sama sekali meninggalkan aspek emosional. Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang bersifat pribadi, akrab, dan empatik. Konseling dapat bersifat remediatif maupun developmental. Konselor dan klien, melakukan peranannya secara proporsional.  

Proses Konseling Analisis Sintesis Diagnosis Prognosis Konseling (treatment) Follow-up

Analisis Langkah awal, mengumpulkan informasi tentang diri klien dan latar kehidupannya. Tujuan : memperoleh pemahaman tentang diri klien sehubungan dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri, baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang. Alat pengumpul data : catatan kumulatif, wawancara, format distribusi waktu, otobiografi, catatan anekdot, dan tes psikologis.

Sintesis  Langkah untuk merangkum, mengolong-golongkan serta menghubung-hubungkan data yang telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan pribadi klien. Gambaran kelebihan dan kelemahan klien akan dilukiskan pada tahap ini.

3. Diagnosis Langkah menarik simpulan logis mengenai masalah yang dihadapi klien atas dasar gambaran pribadi klien hasil analisis dan sintesis. Langkah ini dilakukan dalam tiga kegiatan : mengidentifikasi masalah merumuskan sumber-sumber penyebab masalah (etiologi) melakukan prognosis (tahap 4 proses konseling).  

Identifikasi Masalah Pada tahap ini dirumuskan masalah yang dihadapi klien saat ini Penentuan masalah dapat dilakukan atas dasar kategori yang dikemukakan oleh Bordin atau Pepinsky 

Bordin: Dependence (ketergantungan) Lack of information (Kekurangan Informasi) Self-conflicts (Konflik diri) Choice anxiety (Kecemasan membuat keputusan/pilihan) No problems ( “merasa” tidak mempunyai masalah)

Pepinsky Lack of assurance (kurangpastian/ ragu-ragu) Lack of information (kurang informasi) Lack of skills (kurang ketrampilan) Dependence (ketergantungan) Self conflicts (konflik diri)  

(merumuskan sumber-sumber penyebab masalah) Etiologi (merumuskan sumber-sumber penyebab masalah) Menentukan sebab-sebab timbulnya masalah, dua sumber : internal dan/atau eksternal. Pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Dalam menentukan penyebab menggunakan data yang terungkap pada tahap analisis  

4. Prognosis Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada Contoh : Jika klien inteligensinya rendah, maka ia akan rendah pula prestasi belajarnya jika ia tidak berminat pada suatu tugas/pekerjaan, maka ia akan gagal memperoleh kepuasan dalam bidang kerja tersebut jika klien rendah bakatnya di bidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal studi pada program studi teknik mesin.

5.Konseling Konseling dapat dipandang sebagai keseluruhan proses pemberian bantuan, tetapi juga dapat dipandang sebagai salah satu tahap proses konseling. Konseling dipandang sebagai salah satu tahap berarti, maknanya bahwa tahap-tahap sebelumnya, seperti -–analisis, sintesis, diagnosis, dan prognosis—dapat dilakukan konselor sebelum konseling

Pada tahap konseling dilakukan : Pengembangan alternatif pemecahan masalah Pengujian alternatif Pengambilan keputusan.

Pengembangan Alternatif Pemecahan Masalah Beberapa strategi : Forcing Conformity Changing Attitude Learning The Needed Skills Selecting The Appropriate Environment Changing Environment

Forcing Conformity Strategi membantu klien dalam kondisi, disatu sisi harus melaksanakan tugas-tugas tertentu dan harus dijalani, namun pada sisi lainnya ia tidak senang untuk melaksanakan Apabila klien ingin mencapai tujuan hidupnya ia harus lakukan juga.

Changing Attitude Strategi mengubah sikap dalam mentelesaikan masalah dalam berbagai kasus, masalah klien dapat diselesaikan melalui mengubah sikap-sikap yang ditampilkan selama ini yang diduga menjadi penyebab timbulnya masalah yang dialami klien.

Learning The Needed Skills Strategi keterampilan yang dibutuhkan dalam mengatasan suatu masalah Banyak klien yang gagal mencapai tujuan, karena ia tidak memiliki ketarmpilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi

Environment Selecting The Appropriate Strategi menyeleksi lingkungan yang mendukung pemecahan masalah dalam keadaan tertentu, perubahan sikap dan perilaku klien sulit dilakukan karena lingkungan yang tidak memungkinkan untuk melakukan perilaku-perilaku yang diinginkan.

Changing Environment, Mengembangkan lingkungan yang mendukung pemecahan masalah Beberapa upaya pemecahan masalah gagal karena karena lingkungan yang tidak mendukung. Misalnya, seorang hendak melakukan diit, tetapi dalam keluarga selalu tersedia makanan kecil. Keadaan ini memerlukan perubahan, ketika diit dijalankan, mestinya tidak disediakan makanan kecil di sekitar rumah.

Pengujian Alternatif Pemecahan Masalah Di antara sejumlah alternatif yang dikembangkan manakah yang akan di-implementasikan? Untuk menentukan mana alternatif yang akan diimplementasikan perlu diuji : kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat, apabila alternatif tersebut dilaksanakan.

Pengambilan keputusan Alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang telah diuji ditentukan manakah yang akan dilaksanakan. Syarat yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif yaitu hal ketepatan dengan masalah klien, kegunaan alternatif bagi klien, dan feasibilitas alternatif yang dipilih.

Pengambilan keputusan Alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang telah diuji ditentukan manakah yang akan dilaksanakan. Syarat yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif yaitu hal ketepatan dengan masalah klien, kegunaan alternatif bagi klien, dan feasibilitas alternatif yang dipilih.  

6. Follow Up Langkah follow-up dapat diartikan sebagai hal-hal yang perlu direncanakan dari alternatif yang dipilih untuk dikembangkan dan/atau tindak lanjut dari alternatif yang telah dilaksanakan di lapangan.

Teknik Konseling TF Model TF mengakui individual differences, sehingga tidak ada teknik-teknik tertentu yang cocok untuk semua orang. Dalam konseling dituntut fleksibilitas teknik Beberapa teknik-teknik dasar konseling yang dikembangkan Williamson yang dapat dimodifikasi oleh konselor di lapangan.

Establishing Rapport (Peneguhan hubungan baik) Untuk menciptakan hubungan baik, konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersikap ramah dan akrab, dan menghilangkan kemungkinan situasi yang mengancam Beberapa hal yang perlu diperhatikan : reputasi konselor, khususnya dalam kompetensi penghargaan dan perhatian konselor kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia

Cultivating self-understanding (Memperbaiki pemahaman diri) Usaha pertama konselor adalah membantu klien lebih mampu memahami diri sendiri yang mencakup segala kelebihan dan kelemahannya. Selanjutnya, klien dibantu mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan kelebihannya. Untuk itulah maka dapat dimengerti bahwa konselor harus menginterpretasikan data, termasuk data testing. Teknik ini harus menjadi perhatian utama konselor pada tahap analisis, sintesis dan diagnosis.

Advising or Planning a Program of Action (Pemberian nasehat atau perencanaan program kegiatan) Tugas konselor setelah membantu klien mengenali dirinya adalah membantu klien merencanakan program tindakan. Oleh karena pemahaman yang relatif terbatas pada konselor, maka dalam mengembangkan alternatif penyelesaian masalah, hendaknya konselor tidak selalu menggunakan saran langsung. Saran dapat diberikan, namun hendaknya dipilih saran persuasif atau saran eksplanatori.

Carrying-out The Plan (Melaksanakan rencana), Rencana program tindakan yang telah dibuat dan disertai dengan pengujian kelebihan dan kekurangannya, diikuti dengan pengambilan keputusan oleh klien. Rencana yang diputuskan untuk dipilih dapat diikuti dengan saran langsung terhadap hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan rencana yang telah dipilih tersebut.

Referral Alih tangan kepada pihak lain yang lebih kompeten Kemampuan konselor terbatas, sehingga tidak semua masalah klien dapat dibantu oleh konselor Dalam hal konselor tidak mampu membantu klien, maka hendaknya ia kirimkan kepada pihak lain (orang/lembaga) yang lebih berwewenang.

Selamat Melaksanakan PEER KONSELING

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Inisiatif, Fleksibel, Tanggung jawab, Konsisten 93

Sebelum menikah Pa : Ini yang kuharapkan, Aku sudah menunggu saat ini tiba sejak lama Ma: Apakah kamu rela kalau aku pergi? Pa : Tentu tidak !, jangan pernah berpkiran seperti itu Ma: Apakah kamu mencintaiku? Pa : Tentu selamanya akan tetap begitu

Setelah 8 tahun menikah Ma : Apakah kamu pernah selingkuh? Pa : Tidak, aku tidak akan pernah melakukan hal itu Ma : Maukan kamu menciumku? Po : Ya Ma : Sayangku… Setelah 8 tahun menikah

Tiada seindah kini duduk berdampingan TIADA SEINDAH HARI INI Tiada seindah kini duduk berdampingan Menyentuh hati dengan wajah kasih Diantara g’ru pembimbing tersenyum dengan mesra Alangkah indahnya hari ini

Terlepaslah segala kenangan duka Kan tercapai harapan hidup bahagia Tiada seindah kini duduk berdampingan Alangkah indahnya hari ini