MODEL SISTEM STUDI SISTEM TATA AIR DALAM PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TANAMAN SAGU
LATAR BELAKANG Maluku mempunyai karakteristik lahan yang cocok dengan tanaman sagu. Luasan lahan yang berpotensi dalam pengembangan tanaman sagu di Maluku mencapai 58.185 ha. Apabila kondisi hutan sagu diubah menjadi perkebunan sagu, maka produktifitasnya akan meningkat, yaitu jumlah pohon masak tebang (MT) akan meningkat sampai 5 kali dan produksi pati perpohon akan meningkat 1,5 kali (louhenapessy dkk, 2010)
PERMASALAHAN TUJUAN PENELITIAN Penerapan teknologi pada budidaya tanaman sagu masih belum ada sehingga produksi sagu masih terbatas dan belum berkembang untuk kepentingan industri TUJUAN PENELITIAN Meningkatkan produksi pati tanaman sagu melalui sistem tata/kelola air yang sesuai dengan tanaman sagu di maluku.
SASARAN Model Sistem Tata Air Outcome Output (Hasil) (Manfaat) Diversifikasi pangan lokal TAHUN 2011 Model Sistem Informasi Budidaya Tanaman Sagu TAHUN 2012 Desain Rinci Sistem Tata Air TAHUN 2013 Prototipe Blok Penelitian TAHUN 2014 Sebagai energi alternatif (bioetanol) Diversifikasi Industri Industri obat-obatan Industri Kosmetik Industri Kertas Pembuatan roti, mie,sirup berfruktosa tinggi Industri bahan perkat, dll Model Sistem Tata Air
Lokasi Penelitian Kegiatan ini diusulkan untuk dilaksanakan di Provinsi Maluku, yaitu di daerah Tulehu di pulau Ambon atau daerah Luhu di pulau Seram. Kedua lokasi tersebut mudah diakses dari kota Ambon dan memiliki kesesuaian lahan yang cocok untuk tanaman sagu (terbukti dengan adanya hutan sagu dengan tegakan alami di kedua lokasi tersebut).
Hipotesa Gambar 2.9 Skema Perakaran Sagu (Sumber : Louhenapessy, 1994) Dengan mempertahankan level muka air tanah 30 cm di bawah permukaan tanah melalui sistem tata air, maka dapat meningkatkan produksi pati tanaman sagu
Rancangan tata air tanaman sagu TINJAUAN PUSTAKA Rancangan tata air tanaman sagu Tanaman sagu seperti tanaman monocotyl lainnya memiliki system perakaran serabut, kedalaman pokok batang sagu pada tanah antara 40-80 cm, perakaran yang padat terdapat pada kedalaman 0-50 cm di bawah permukaan tanah, dengan demikian kondisi air yang baik apabila berada pada kedalaman 0-50 cm atau pada kondisi rata-rata 30 cm. pada kondisi tergenang lama pangkal batang juga akan ditumbuhi akar sagu dan dapat muncul tunas pada pangkal batang tersebut.
Untuk meningkatkan produktifitas tanaman sagu, perlu pengelolaan air yang terdiri dari rancangan sistem tata air atau tata letak saluran, rancangan dimensi dan elevasi saluran dan/atau bangunan air serta rancangan jenis bangunan air yang digunakan. Rancangan tata letak saluran dapat diterapkan pada blok tanaman sagu yang telah diajir dengan memperhatikan kondisi hidrologi tanah (air tanah) dan kondisi fisik tanah. Untuk dimensi dan elevasi saluran termasuk dimensi dan elevasi bangunan air dapat dirancang dengan perhitungan hidraulik sederhana atau jika perhitungan lebih rumit akan digunakan model numerik hidraulik 1 (satu) dimensi untuk memudahkannya. Sedangkan untuk melakukan regulasi/ pengaturan air di dalam jaringan tata air dapat digunakan bangunan air, al : pintu sekat (stop log) dan pintu ayun (flap gate).
SKEMA SISTEM SALURAN DRAINASE UNTUK PERBAIKAN HIDROLOGI TANAH SAGU Pada blok yang dipilh akan dibuat suatu peta topografi , dimana dilakukan pengukuran situasi topografi detail untuk mendukung desain sistem tata air berdasarkan data elevasi lahan. Lebih jauh lagi, dibuat rancangan tata letak saluran pada blok yang telah diajir ini dengan memperhatikan kondisi hidrologi tanah (air tanah) dan kondisi fisik tanah. (ilustrasi terlihat pada gambar di samping).
Pada gambar di atas terlihat bahwa baik buruknya kondisi hidrologi lahan menentukan peringkat kerapatan saluran drainase. Pada kondisi hidrologi lahan sedang – agak baik, jarak antar saluran lebar dan peringkat saluran cukup di tingkat saluran primer dan sekunder saja. Semakin buruk kondisi hidrologi lahan (agak buruk – buruk), maka jarak antar saluran semakin rapat dan peringkat saluran turun dari tingkat primer ke tersier. Apabila direncanakan diversifikasi dengan usaha lain (jamur merang / tanaman hortikultura semusim) digunakan jarak tanam 10 x 10 m, dimana antara 2 (dua) parit dibuat surjan dengan lebar 2 m (seperti pada gambar di bawah ini). SISTEM TATA AIR (dengan Surjan)
LINGKUP KEGIATAN Persiapan Pengumpulan Data Sekunder & Penentuan Lokasi Penelitian Penyusunan Draft Informasi Budidaya Tanaman Sagu Workshop Finalisasi Model Sistem Informasi Budidaya Tanaman Sagu Pengumpulan Data Primer Penetapan Rancangan Tata Letak Ajir Desain Sistem Tata Air Permodelan Numerik Sistem Tata Air Desain Rinci Sistem Tata Air Konstruksi Jaringan Tata Air Pengamatan Dampak Tata Air terhadap produktivitas tanaman Sagu (Model Studi) Sistem Tata Air terhadap produktivitas tanaman sagu
& Pengumpulan data sekunder Persiapan KEGIATAN TAHUN 2011 Studi Pustaka & Pengumpulan data sekunder Sosialisasi Penentuan Lokasi Penelitian Orientasi Lapangan Penetapan Lokasi Penelitian Survai Pendahuluan Workshop Model Sistem Informasi Budidaya Sagu
KEGIATAN TAHUN 2012 Pengumpulan Data Primer (survai detail) Membuat Prototipe 4 Blok Penelitian Penetapan Tata letak ajir & saluran Desain Sistem Tata Air Permodelan Numerik Sistem Tata Air Desain Rinci Sistem Tata Air
PROTOTIPE BLOK PENELITIAN Desain 1 PETAK PENELITIAN 1 Hasil Tanaman Sagu Tumbuh Alami Tanaman Sagu dibiarkan tumbuh secara alami Kondisi Hutan Sagu Alami sebelum Direhabilitasi (Louhenapessy J.E. dkk. 2010) Keterangan : = Tumbuhan Sagu = Tumbuhan lain yang berasosiasi dengan tumbuhan sagu
PROTOTIPE BLOK PENELITIAN Desain 2 PETAK PENELITIAN 2 Penananan Bibit Baru Pengajiran sebelum dilakukan Rehabilitasi Kondisi Hutan Sagu Alami setelah dibersihkan dengan mempertahankan Tumbuhan Sagu yang tepat pada Titik Ajir serta Fase Pohon dan Masak Tebang di luar Titik Ajir Kondisi Hutan Sagu Alami setelah Direhabilitasi, Tumbuhan tingkat pohon dan MT di luar titik ajir sudah tidak ada Titik ajir yang kosong ditanam dengan tanaman baru Keterangan : = Tumbuhan sagu di luar titik ajir yang dimusnahkan = Tumbuhan sagu di luar titik ajir yang dipertahankan pada fase tiang dan pohon = Tumbuhan lain yang berasosiasi dengan tumbuhan sagu yang dimusnahkan = Tumbuhan sagu yang tepat pada titik ajir dipertahankan PROSES 1
PROTOTIPE BLOK PENELITIAN Desain 3 PROSES 1 Sistem Tata Air Kondisi Hutan Sagu Alami setelah Direhabilitasi ( dengan Sistem Tata Air)
PROTOTIPE BLOK PENELITIAN Desain 4 PROSES 1 Sistem Tata Air Sistem Budidaya Kondisi Hutan Sagu Alami setelah Direhabilitasi ( dengan Sistem Tata Air & Budidaya)
KEGIATAN TAHUN 2013 Pembangunan Empat Lahan Penelitian Konstruksi Jaringan Tata Air Pengamatan Dampak Tata Air terhadap Produktivitas Tanaman Sagu
OP bangunan air & ajiran KEGIATAN TAHUN 2014 Melanjutkan pengamatan dampak tata air terhadap produktivitas tanaman sagu OP bangunan air & ajiran Model Sistem Tata Air Tanaman Sagu. OUTPUT
terima kasih