Kelompok Young Entrepreneur Ketua : Emilia Rafael N (2011-11-177) Anggota : Yayah Supriyati (2011-11-122) Nurul Aini (2011-11-180) Febiana Sarah R (2011-11-195) Sherly Karim (2011-11-254)
PT Fast Food Indonesia, tbk
Sejarah PT Fast Food Indonesia, tbk PT. Fast Food Indonesia didirikan pada tahun 1978 oleh Group Gelael, suatu perusahan keluarga yang menjalankan bisnis pasar swalayan di Indonesia. Setelah mendapat hak waralaba ekslusif dari Kentucky Fried Chicken Corporation di Amerika Serikat untuk mengoperasikan Restoran-restoran Kentucky Fried Chicken di Indonesia. Pada bulan Maret 1990, Perseroan membuka restoran Kentucky Fried Chicken pertama di jalan Melawai Raya 84-85 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Keberhasilan Restoran Kentucky Fried Chicken pertama ini segera diikkuti dengan pembukaan restoran-restoran Kentucky Fried Chicken lainnya diJakarta dan di kota-kota lainnya di Indonesia. Pada akhir tahun 1995, PT. Fast Food Indonesia mengoperasikan 129 Restoran Kentucky Fried Chicken di 27 kota besar. Kini, pangsa pasar PT. Fast Food Indonesia telah memiliki lebih dari 200 Restoran yang tersebar luas di Seluruh Indonesia.
Analisis Pemasaran (4 P) 1. Product Rp30.000 Rp115.000 Rp5.500 Rp9.900 Rp19.000 Rp15.000
2. Price Harga yang ditawarkan oleh KFC yaitu berkisar antara Rp 5.000,00 hingga Rp 120.000,00.
3. PLACE KFC memiliki banyak cabang, diantaranya : 1. Jakarta - Bali – NusaTenggara : Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Cilegon, Serang, Cimahi, Bandung, Sumedang, Sukabumi, Subang, Jatinangor, Tasikmalaya, Cilacap, Purwokerto, Probolinggo, Kupang, Bima, Lombok, Bali, Sidoarjo, Kediri, Malang, Madiun, Jember, Surabaya, Yogtyakarta, Solo, Salatiga, Mojokerto, Magelang, Semarang, Kudus, Jepara, Pekalongan, dan Tegal. 2. Kalimantan : Balikpapan, Banjarbaru, Banjarmasin, Bontang, Palangkaraya, Pontianak, Samarinda, Torakan, dan Salatiga. 3. Sulawesi : Gorontalo, Kendari, Luwuk, Makassar, Manado, Palopo, Palu, Tomohon, dan Bau-bau. 4. Maluku-Papua Ambon, Ternate, Sorong, Jayapura, Manokwari, dan Temika.
Place (Fasilitas yang terdapat di dalam restoran KFC ) Fasilitas internet corner Fasilitas internet bagi anak-anak, remaja, bahkan profesional muda Playland Fasilitas fasilitas arena bermain anak yang sangat disukai, khususnya keluarga yang membawa anak-anaknya .
4. Promotion Sales Promotion
Public Relation
Segmentation, Targeting, dan Positioning
A. Segmentation Demografis usia antara 6-65 gender laki-laki dan perempuan ukuran keluarga adalah 1-2, 3-4, 5+ pendapatan Rp 10.000an keatas hampir semua gaya hidup keluarga Psikografis KFC menunjukan kepribadian konsumen yang suka gaya hidup praktis. Geografis KFC membagi pasar ke dalam beberapa bagian geografi yang berbeda-beda seperti di Kota Jakarta, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku-Papua
B. Targeting Targeting KFC KFC tidak semata-mata menargetkan untuk segmen anak-anak muda, melainkan restoran keluarga. Komunikasinya memang dipilih berjiwa remaja, karena remaja merupakan inspirator di keluarga.
C. Positioning “KFC Jagonya Ayam...”
ANALISIS INDUSTRI
Lingkungan Industri Pesaing a. Produk Sejenis
Restoran Tradisional : Saung Abah, Bumbu Desa, dll. b. Produk Pengganti Restoran Tradisional : Saung Abah, Bumbu Desa, dll. Restoran Chinese Food : X.0 Suki n Cuisine Italian Food : Pizza Hut, Warung Pasta, dll. Restoran
2. Konsumen KFC (Berdasarkan Karakteristiknya) Faktor Budaya : konsumen KFC mencerminkan budaya barat yang serba praktis, cepat, maju, dan higienis. Faktor Sosial : Konsumen KFC berasal dari semua kalangan menengah hingga atas dan mulai dari anak-anak hingga dewasa. Faktor Personal : konsumen KFC melambangkan kepribadian yang dinamis dan memanfaatkan waktu. Faktor Psikologis : konsumen yang terdorong (motivasi) untuk melakukan pembelian dikarenakan banyak yg beranggapan produk tersebut enak dan dibuat dari bahan-bahan bermutu.
3. suplier KFC memilki pemasok dari luar negeri seperti USA, Singapura, dan Malaysia untuk bahan baku Original Recipe, Hot and Spicy Breading, dan khusus Secret Recipe yang ditentukan oleh pihak Frachisor.
Ekonomi Lingkungan Makro “KURS” Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdampak pada bisnis franchise KFC Indonesia karena harga bahan baku impor yang mengalami kenaikan harga. Tetapi saat ini (2013) sudah banyak franchise dan waralaba pakai konten lokal yang cukup besar salah satunya KFC, maka mereka tidak terlalu khawatir dengan adanya gucangan pelemahaan nilai tukar rupiah.
Sosial Budaya Fenomena yang berkembang dalam masyarakat indonesia yaitu adanya kecenderungan perubahan gaya hidup (life style) menjadi gaya hidup budaya barat, generasi mudah lebih suka menghabiskan waktunya dengan makanan ala barat atau restoran cepat saji termasuk KFC. Orang makan di KFC bukan hanya karena ayamnya enak, melainkan karena fastfood dianggap gayanya manusia yang trendy atau modern. Jika dikaitkan dari sisi budaya khususnya di Indonesia, fast food tidak menemukan kendala atau melanggar budaya di Indonesia.
ANALISIS KEUANGAN Likuiditas a. Current Ratio Current Ratio = Aktiva lancar Hutang lancar Tahun 2011 = 758.699.088 = 1,79 = 179 % 422.292.264 Tahun 2012 = 724.323.310 = 1,82 = 182 % 397.626.817
b. Cash Ratio Cash Ratio = Kas + Efek Hutang lancar Tahun 2011 = 558 b. Cash Ratio Cash Ratio = Kas + Efek Hutang lancar Tahun 2011 = 558.725.611 + 0 = 1,3 = 130% 422.292.264 Tahun 2012 = 492.400.111 = 1,2 = 120% 397.626.817 c. Quick ratio Quick Ratio = Aktiva lancar - Persediaan Tahun 2011 = 758.699.088 – 128.904.620 = 1,49 = 149 % Tahun 2012 = 724.323.310 – 150.199.879 = 1,44 = 144 %
Analisis Rasio Likuiditas Berdasarkan analisis rasio likuiditas, kinerja keuangan perusahaan mengalami penurunan di tahun 2012 jika dibandingkan tahun 2011. Cash Ratio dan Quick Ratio terlihat lebih rendah pada tahun 2012 menunjukan manajemen yang kurang baik atas sumber likuiditas atau pengelolaan aktiva lancar yang kurang efisien sehingga kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya menjadi menurun, tetapi perusahaan masih bisa menutupi kewajiban lancarnya. Pada current ratio mengalami kenaikan, maka bagi kreditor semakin tinggi current ratio berarti semakin aman untuk dirinya dalam meminjamkan dana kepada perusahaan ini.
2. Solvabilitas a. Long Term Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Modal Sendiri) = Hutang Jangka Panjang/Modal Sendiri 2011 = Rp 294.971.277 /Rp 830.718.483 = 0,355 = 35,5% 2012 = Rp 305.353.500 /Rp 868.425.649 = 0,352 = 35,2%
b. Debt to Equity Ratio (Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri) = Total Hutang / Modal Sendiri 2011 = Rp 717.263.541 / Rp 830.718.483 = 0,863 = 86,3% 2012 = Rp 702.980.317/ Rp 868.425.649 = 0,809 = 80,9% c. Debt to Asset Ratio (Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva) = Total Hutang / Total Aktiva 2011 = Rp 717.263.541 / Rp 1.547.982.024 = 0,463 = 46,3% 2012 = Rp 702.980.317 / Rp 1.571.405.966 = 0,447 = 44,7%
Analisis Rasio Solvabilitas Berdasarkan analisis rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan sangat baik karena mengalami penurunan angka rasio pada tahun 2012. Apabila semakin rendahnya angka rasio maka porsi pemegang saham semakin besar dalam menjamin investasi karena aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang menurun, dan berdampak positif dalam mengurangi resiko keuangan perusahaan.
3. Profitabilitas a. Gross Profit Margin = Penjualan – Harga Pokok Penjualan / Penjualan 2011 = 725.388.763 – 311.631.868 / 725.388.763 = 0,570 = 57 % 2012 = 857.425.342 – 381.721.998 / 857.425.342 = 0,554 = 55, 4% b. Net Profit Margin = Laba setelah pajak/ Penjualan 2011 = 35.949.284 / 725.388.763 = 0,049 = 4,9 % 2012 = 37.707.166 / 857.425.342 = 0,043 = 4,3 %
c. Return on Investment (ROI) ROI = Laba setelah pajak / jumlah aktiva 2011 = 35.949.284 / 1.547.982.024 = 0,023 = 2,3 % 2012 = 37.707.166 / 1.571.405.966 = 2.3 % d. Return on Equity (ROE) ROE = Laba stelah pajak / Modal sendiri 2011 = 35.949.284 / 830.718.483 = 0, 043 = 4,3 % 2012 = 37.707.166 / 868.425.649 = 0,043 = 4,3 %
Analisis Rasio Profitabilitas Berdasarkan analisis rasio profitabilitas, perusahaan mengalami penurunan dalam kemampuan menghasilkan laba kotor maupun laba bersih. Angka yang ditunjukan pada tahun 2011 lebih besar dibandingkan 2012, namun selisih angka tersebut tidak terlalu jauh, tetapi hal ini berarti kinerja perusahaan dalam kemampuan menghasilkan laba tidak mengalami peningkatan atau sedang menurun. Selain itu pada ROI dan ROE menghasilkan kenaikan angka rasio yang tidak signifikan, maka efektifitas manajemen perusahaan tidak mengalami peningkatan begitu besar dalam pengembalian total aktiva yang dimiliki dan tingkat pengembalian ekuitas pada pemegang saham.
4. Aktivitas a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) = Penjualan / Persediaan 2011 = 725.388.763/ 128.904.620 = 5,54 kali 2012 = 857.425.342/ 150.199.879 = 5,70 kali
b. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover) Perputaran Aktiva Tetap = Sales / Total Fixed Asset 2011 = 725.388.763/ 236.301.891 = 3,06 kali 2012 = 857.425.342 / 239.100.800 = 3,58 kali c. Perputaran Aktiva (Assets Turnover) Perputaran Aktiva = Sales / Total Asset 2011 = 725.388.763 / 1.547.982.024 = 0,46 kali 2012 = 857.425.342 / 1.571.405.966 = 0,54 kali
Analisis Rasio Aktivitas Berdasarkan analisis rasio aktivitas, perusahaan mengalami kenaikan pada tahun 2012, maka kinerja perusahaan ini berubah menjadi sangat baik dalam hal efisiensi nilai persediaan dan aktiva.
Analisis Prospektif / Strategi Bisnis Pada tahun 2012 ROI dan ROE menghasilkan kenaikan angka rasio yang tidak signifikan sebesar 2,3 % dan 4,3 % , maka efektifitas manajemen perusahaan tidak mengalami peningkatan begitu besar dalam pengembalian total aktiva yang dimiliki dan tingkat pengembalian ekuitas pada pemegang saham. Jika dibandingkan dengan standar SBI sebesar 7,5 % yang bebas resiko, sedangkan ROE pada fast food sebesar 4,3 % yang beresiko, maka akan mengakibatkan hanya investor tertentu saja yang menginginkan untuk berinvestasi pada saham fastfood karena nilai ROE dibawah standar SBI tsb. Berdasarkan kajian industri, ketahanan Indonesia terhadap tantangan perekonomian global akan di uji kembali pada tahun yang akan datang dimana uang dalam jumlah besar akan banyak beredar, akan kembali mendorong konsumsi domestik sebagai penggerak utama pertumbuhan yang memberikan kesempatan pertumbuhan yang besar untuk sektor bisnis ritel, yaitu kesempatan besar untuk dicapai oleh PT Fast Food Indonesia, bahkan melampaui proyeksi penjualannya. Akan tetapi sebagai merek yg memimpin industri restoran cepat saji, kompetensi mempertahankan kepemimpinan masih merupakan sebuah tantangan. PT Fast Food Indonesia memiliki target 2013 yaitu menggelar ekspansi untuk menambah gerai baru. Berniat membuka sebanyak 25 gerai baru di wilayah Jakarta dan di luar Jawa. Perusahaan juga menargetkan pendapatan mencapai Rp 4 triliun hingga akhir 2013.
KESIMPULAN Menurut kami, PT Fast Food Indonesia merupakan perusahaan yang beresiko karena nilai ROI dan ROE tidak mengalami peningkatan begitu besar terutama nilai ROE yg dibawah standar SBI, maka untuk mengatasi itu perusahaan tersebut melakukan tindakan mengoptimalkan penggunaan asset, meningkatkan revenue dan meningkatkan efisiensi biaya, lalu perusahaan menambah modal dan meningkatkan penggunaan modal dengan begitu dapat meningkatkan laba bersih, meningkatkan harga saham dan dapat mencapai target perusahaan sesuai yang diharapkan.
SARAN Melihat kenyataan bahwa ada hubungan yang erat antara kenaikan biaya promosi yang selalu diikuti dengan kenaikan hasil penjualan, maka sebaiknya promosi yang telah dilakukan perusahaan selama ini hendaknya ditingkatkan atau diintensifkan lagi Seharusnya perusahaan lebih memperhatikan faktor fundamental karena pada analisis keuangan disini tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan ROE perusahaan. Dalam meningkatkan nilai ROI dan ROE tahun 2011-2012 kinerja perusahaan perlu lebih efektif dan membuat strategi yang lebih baik lagi dalam menghasilkan pendapatan penjualan dan pengeluaran beban biaya perusahaan yang meliputi biaya penjualan, biaya administrasi dan beban bunga serta asset perusahaan.
Kelompok Young Entrepreneur “PT fast Food Indonesia” yayah sarah emil aini sherly