Penginderaan Jauh untuk Tata Guna Lahan dan Transportasi

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
IV. PENGINDERAAN JAUH.
Advertisements

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi
PENGINDERAAN JAUH.
ULANGAN HARIAN KE -1 SIAPKAN KERTAS LALU TULIS NAMA, NOMER DAN KELAS !
JENIS JENIS CITRA INDRAJA
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI PERTANIAN
PENGINDERAAN JAUH Pengertian : 1. Lilesand and Keifer
Dasar Pengelolaan Sampah Kota
FAKTOR MANUSIA.
Perencanaan Tata Guna Lahan
Sistem Informasi Geografis
PENGINDERAAN JAUH Pengertian : 1. Lilesand and Keifer
“Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster”
Penjelasan ARCHMAP 13/04/2017.
PENGERTIAN UMUM PETA.
STRATA BANGUNAN BERTINGKAT
ADAPTASI.
FOTOGRAMETRI DASAR OLEH : NURYANTI
UNSUR UNSUR INTERPRETASI CITRA
--- anna’s file PENGINDERAAN JAUH --- anna’s file.
PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU.
“GIS APPLICATIONS IN AGRICULTURE”
Mengapa penginderaan jauh?
KONSEP PEMOTRETAN.
Dasar Hukum: UU 38/2004 tentang Jalan
PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
Sistem Informasi Geografis
Pemahaman dan Analisis Iklim Mikro
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi
Sistem Informasi Geografis
ATMOSPHERE (Atmosfir)
Memantau Hutan Indonesia dari Udara
Data Spasial.
Peta.
Minimum Environmental Standards Environmental Quality Standards
KEGIATAN EKONOMI PENDUDUK BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN
Teknologi Penginderaan Jarak Jauh dalam penentuan DPI
CITRA IKONOS Oleh: Mangapul P.Tambunan
KERUSAKAN LINGKUNGAN Depok, 2012.
Lingkungan Hidup.
PRESENTED BY M. Khaidir C.P.
Posisi Pedoman Umum Pembangunan Kota Baru dengan Rencana Tata Ruang
PENATAAN RUANG DESA PANTAI
PENGINDERAAN JAUH PENDAHULUAN.
Lets study hard.
PENGINDERAAN JAUH (Remote Sensing) Powerpoint Templates.
I pendahuluan.
Teknik Pengambilan Data Spasial
PENGINDERAAN JAUH.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI
Teknologi Sensor dalam Penginderaan jauh
DAMPAK PERTUMBUHAN KOTA OLEH FAIZAH MASTUTIE (pertemuan ke 2)
Konservasi Air Untuk Keserjahteraan Hidup
Ira Swara Febyola Manik Vina Rosmauli Pardede Fauzul Yusri
Jenis-Jenis Citra dan Interpretasi Citra
PENGINDERAAN JAUH.
STIEPAR YAPARI AKTRIPA BANDUNG
JENIS CITRA PENGINDERAAN JAUH
Pengelolaan drainase.
Pengertian (1) Struktur Ruang Tata Ruang Pola Ruang
PENGINDERAAN JAUH DR. EKO BUDIYANTO, M.Si..
Dasar-dasar pemetaan, pengindraan jauh, dan system informasi geografis. Herdien Raka ( )
PENATAAN RUANG 14/01/ :10.
Penggunaan GIS dalam berbagai Aplikasi. Gis Banyak dimanfaatkan oleh : Perencana Tata Guna lahan ( Ilmu Tanah ) Arsitektur Lanskap Ahli-ahli Teknik Sipil.
MATERI PERKULIAHAN DISUSUN OLEH: Michael Alexander Rampo, S
PELATIHAN DASAR TEKNIS BIDANG SUMBER DAYA AIR
Penginderaan Jauh. Pengertian Susanto (1986) Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi objek, daerah atau gejala geosfer dengan.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
PENGINDERAAN JAUH. Pengertian Pengindraan jauh (kadang dieja penginderaan jauh atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah.
Transcript presentasi:

Penginderaan Jauh untuk Tata Guna Lahan dan Transportasi

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Prof Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Prof. Thomas Djamaluddin mengatakan, Indonesia memerlukan kemandirian kepemilikan satelit guna kepentingan dan keamanan. Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN, Taufik Maulana, menjelaskan India dan Korea Selatan adalah negara – negara yang mulai membangun kemandirian dalam teknologi satelit. Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN, Dedi Irawadi, menambahkan bahwa data satelit penginderaan jauh dpaat digunakan untuk deteksi dini mengatasi kebakaran hutan. Data satelit penginderaan jauh digunakan sebagai dasar untuk emmbangun Fire Danger Rating System / FDRS ( Sistem Pemeringkatan Bahaya Kebakaran ).

A. Ruang Lingkup Penginderaan Jauh Menurut Sutanto Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi objek, daerah, atau gejala geosfer dengan menggunakan jalan menganalisis data tanpa kontak langsung dengan objek. Menurut Lingren Teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang Bumi. Menurut Lillesand dan Kiefer Ilmu dan teknik untuk memperoleh informasi tentang Bumi. Menurut Lueder Suatu ilmu dan teknik. Menurut Prof. Dr. kardono Darmojuwono Teknik berkembang menjadi ilmu.

Untuk memperoleh informasi mengenai objek yang dikaji, penginderaan jauh memerlukan alat pengindera atau sensor – yang dipasang pada berbagai wahana. Misalnya : pesawat terbang, pesawat ulang – alik, dan satelit.

Untuk memperoleh informasi yang dapat direkam oleh sensor, diperlukan tekanaga yang dapat memantulkan ke sensor. Hasil pantulan tersebut direkam oleh sensor dan disebut data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh harus diterjemahkan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan untuk mengetahui fenomena, objek, dan gejala geosfer lainnya. Proses penerjemahan tersebut disebut interpretasi citra / analisis data.

Perekaman objek penginderaan jauh berdasarkan ketinggiannya diklasifikasi menjadi : 1. Pesawat terbang rendah/balon udara Ketinggian : 1.000 – 9.000 m Citra yang dihasilkan : citra foto/foto udara 2. Pesawat terbang tinggi Ketinggian : + 18.000 m Citra yang dihasilkan : foto udara dan multispektral 3. Satelit Ketinggian : 400 – 900 km Citra yang dihasilkan : citra satelit

Sistem Serangkaian komponen yang saling bekerja secara berkoordinasi untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Menurut Sutanto, komponen penginderaan jauh meliputi sumber tenaga, atmosfer, interaksi dengan objek, sensor, perolehan data, dan pengguna data. 1. Sumber Tenaga Berkaitan dengan obejka yang memantulkan tenaga yang berfungsi agar sensor dapat merekam objek dari cahaya yang dipantulkan oleh objek. Jumlah tenaga yang diterima objek pada siang hari lebih besar daripada pagi atau sore hari.

Terbagi menjadi : - Alami, disebut sistem pasif. contoh : matahari. - Buatan, disebut sistem aktif. contoh : lampu.

Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi dipengaruhi oleh waktu jam, cuaca, dan musim ) dan lokasi objek. Tempat – tempat yang berada di khatulistiwa jumlah tenaga yang diterima lebih besar daripada tempat – tempat di lintang tinggi. 2. Atmosfer Membatasi spektrum elektromagnetik yang dapat digunakan untuk penginderaan jauh. Mempengaruhi panjang gelombang yang dipancarkan oleh sumber tenaga. Jendela atmosfer Spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai objek di permukaan Bumi.

3. Interaksi dengan Objek Perekaman objek oleh satelit dilakukan dengan cara melacak atau tracing karakteristik gelombang yang tergambar pada citra. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan gelombang pada citra akan terlihat lebih gelap dan objek yang sedikit memantulkan gelombang akan terlihat lebih terang. Contoh : air yang jernih lebih banyak memantulkan cahaya dan sedikit menyerap cahaya. Interaksi antara tenaga atau radiasi dengan objek yang terdapat di permukaan Bumi dapat dikelompokkan menjadi bentuk : - Absorption, yaitu proses diserapnya tenaga oleh objek. - Transmission, yaitu proses diteruskannya tenaga oleh objek. - Reflection, yaitu proses dipantulkannya tenaga oleh objek.

4. Sensor Setiap sensor memiliki kepekaan yang berbeda – ebeda terhadap bagian spektruk elektromagnetik. Resolusi spasial Kemampuan sensor untuk merekam objek terkecil yang ada di permukaan Bumi. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi : - Sensor fotografik, yaitu proses yang perekamannya berlangsung secara kimiawi. Gelombang elektromagnetik diterima dan direkam pada film, dan bila diolah lebih lanjut akan menghasilkan foto. Film pada sensor fotografik berfungsi sebagai alat penerima gelombang sekaligus sebagai penerima perekam objek.

-Sensor elektromagnetik, yaitu menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk gelombang elektrik. Sedangkan alat penerima gelombang dan perekamnya berupa pita magnetik. Gelombang elektrik yang direkam pada pita magnetik dapat diolah dan menghasilkan data visual atau data digital yang dapat diolah dengan komputer. Foto yang dihasilkan oleh sensor elektrik ini disebut sebagai citra penginderaan jauh. 5. Perolehan Data Untuk memperoleh data, dapat dilakukan dengan : - Cara manual, yaitu menginterpretasi foto udara atau citra atau dengan cara digital dengan bantuan komputer. - Sistem komputer ( untuk data citra penginderaan jauh ), dikarenakan objek yang direkam pada citra sulit dibedakan dan untuk memperkecil kesalahan perolehan data dengan bantuan komputer.

6. Pengguna Data Ketepatan pengguna data bergantung pada kemampuan dalam mengolah data yang berkaitan dengan kerincian data, kemampuan menganalisis, dan kesesuaian terhadap kebutuhan data. Tujuan interpretasi untuk mengenali dan menganalisis objek yang terdapat pada foto udara atau citra. Prinsip dasar interpretasi citra didasarkan pada karakteristik atau atribut pada citra. Karakteristik objek yang terekam pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur – unsur interpretasi citra. Unsur – unsur interpretasi citra terdiri dari :

1. Rona atau Warna Rona Tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek pada citra. Warna Wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, dan lebih dari spektrum tampak. Rona dipengaruhi oleh proses perekaman, cuaca, dan letak objek. 2. Bentuk Menurut Lo variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu objek.

3. Ukuran Menggambarkan objek berdasarkan jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. 4. Tekstur / Tingkat Kekasaran Suatu Objek Biasanya ditandai dengan garis berwarna pada citra. 5. Pola Susunan keruangan objek yang ada di permukaan Bumi. Berfungsi untuk mengetahui gambaran objek melalui ciri – ciri objek tersebut.

6. Bayangan Objek yang dilihat dari bayangannya dapat diidentifikasi bahwa objek tersebut tinggi atau rendah. Dipengaruhi oleh waktu perekaman. Pada pagi hari misalnya, matahari datang dari timur dan bayangan objek yang terekam berada di barat. 7. Situs Letak suatu objek terhadap objek lainnya di lingkungan sekitarnya. Letak geografi suatu wilayah terhadap wilayah sekitarnya.

8. Asosiasi Keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. 9. Konvergensi Bukti Berfungsi untuk memperoleh informasi secara rinci dengan menggunakan unsur – unsur interpretasi sebanyak mungkin untuk memperoleh data yang tepat. Semakin banyak unsur interpretasi yang digunakan, semakin akurat data yang diperoleh. Teknik interpretasi citra :

1. Deteksi Usaha untuk mengenali objek yang terdapat di citra dengan menggunakan alat pengindera atau sensor. Alat pengindera berfungsi sebagai perekam objek yang ada di permukaan Bumi. 2. Identifikasi Objek yang terdapat pada citra dapat dikenali berdasarkan karakteristiknya. Ciri yang terdapat pada citra : - ciri spektral, yaitu dihasilkan oleh interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan objek. Dinyatakan dengan rona atau warna. - ciri spasial, yaitu ciri objek terhadap ruang muka Bumi. Meliputi : tekstur, bentuk, ukuran, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. - ciri temporal, yaitu berkaitan dengan waktu perekaman.

3. Analisis Bertujuan untuk mengelompokkan karakteristik objek yang sama dengan objek lainnya. 4. Klasifikasi Mendeskripsikan objek yang diinterpretasi. Merujuk pada kesimpulan dan hipotesis. Pemanfaatan penginderaan jauh : 1. Bidang kelautan ( seasat dan MOSS ) - inventaris kekayaan laut - pemantauan abrasi dan sedimentasi - mengamati pasang surut air laut - pengamatan perubahan garis pantai

2. Bidang hidrologi ( landsat dan SPOT ) - pengamatan terhadap sumber air bersih - pengamatan perkembangan DAS - pemetaan saluran irigasi, drainase, sungai - pengamatan pengelolaan DAS 3. Bidang klimatologi ( NOAA dan GMS ) - pengamatan perubahan iklim - pengamatan cuaca - pemetaan cuaca dan iklim 4. Bidang sumber daya alam ( landsat, ASTER, soyus, dan SPOT ) - penentuan arahan penggunaan lahan - pemetaan penggunaan lahan - inventaris perubahan penggunaa lahan - pemantauan kerusakan lingkungan - perencanaan pengembangan wilayah

5. Bidang antariksa ( Ranger, Viking, Luna, dan Venera ) - penyelidikan tentang luar angkasa - pengamatan benda – benda angkasa - pemetaan benda – benda angkasa Keunggulan penginderaan jauh : - menggambarkan objek kajian sesuai dengan aslinya - dapat diamati secara 3D dengan bantuan alat - objek yang sulit dijangkau dapat diamati - waktu yang dibutuhkan singkat Kelemahan penginderaan jauh : - tidak semua orang dapat menggunakan karena harus memiliki keahlian khusus - alat yang digunakan mahal - proses dari awal hingga akhir rumit

B. Jenis Citra 1. Citra Foto Dapat dibedakan berdasarkan beberapa aspek : a. Spektrum elektromagnetik yang digunakan - Citra foto : foto ultraviolet Spektrum : ultraviolet Panjang gelombang : 0,29

- Citra foto : foto ortokromatik Spektrum : tampak dari saluran biru dan hijau Panjang gelombang : 0,4 – 0,56 - Citra foto : foto pankromatik Spektrum : seluruh spektrum tampak Panjang gelombang : 0,4 – 0,7

- Citra foto : foto inframerah asli Spektrum : spektrum IM dekat Panjang gelombang : 0,9 – 1,2 - Citra foto : foto inframerah modifikasi Spektrum : spektrum tampak pada saluran merah dan sebagai saluran hijau

b. Sumbu Kamera Foto udara dapat dibedakan berdasarkan pada arah sumbu kamera ke permukaan Bumi. Terbagi menjadi : - foto vertikal, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamara tegak lurus dengan permukaan Bumi. - foto condong, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap tegak lurus garis permukaan Bumi. Dibedakan pada beberapa hal sebagai berikut : * foto sangat condong ( high oblique photograph ), yaitu bila pada foto terlihat cakrawalanya. * foto agak condong ( low oblique photograph ), yaitu bila pada foto tidak terlihat cakrawalanya.

c. Sudut Liputan Kamera Jenis Kamera Panjang Fokus ( mm ) Sudut Lipatan Jenis Foto Sudut kecil 304,8 <60o Sudut normal 209,5 60o – 75o Sudut lebar 152,4 75o – 100o Sudut sangat lebar 88,9 >100o

d. Jenis Kamera - Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan kamera tunggal, setiap daerah tergambarkan oleh satu lembar foto. - Foto jamak, yaitu beberapa foto yang direkam pada waktu bersamaan dan daerah liputan yang sama. e. Warna yang Digunakan - Foto berwarna semu/false color/inframerah berwarna - Foto warna asli/true color, yaitu foto pankromatik berwarna, objek yang digambarkan tampak seperti aslinya.

f. Sistem Wahana - Foto udara, yaitu foto yang perekamannya melalui pesawat udara atau balon udara. - Foto satelit/foto orbital, yaitu foto yang perekamannya melalui satelit. 2. Citra Nonfoto Dibedakan berdasarkan :

a. Spektrum Elektromagnetik Dibedakan menjadi : - citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum inframerah termal. Didasarkan atas suhu objek dan pantulannya sehingga menghasilkan rona dan warna yang berbeda. - citra radar, yaitu hasil perekaman objek dengan sistem aktif dan pasif. citra gelombang mikro, yaitu dibuat dengan spektrum gelombang mikro.

b. Sensor yang Digunakan Dibedakan menjadi : - citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan citra tunggal. - citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan saluran jamak. Bila citra tunggal dibuat dengan saluran lebar, citra multispektral dibuat dengan saluran sempit. c. Wahana yang Digunakan - citra dirgantara, yaitu dibuat dengan wahana udara. - citra satelit, yaitu dibuat dengan satelit.

C. Penginderaan Jauh untuk Tata Guna Lahan Penentuan penggunaan lahan bertujuan untuk menentukan lahan yang sesuai dengan peruntukkannya. Dapat membantu perencanaan dan hasilnya dapat digunakan sebagai pertimbangan pembangunan. Penginderaan jauh dapat membantu dalam memetakan daerah yang sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan. 1. Kajian Lahan Pertanian Tujuan pemodelan lahan pertanian untuk menjaga kelestarian lahan pertanian, menjaga keseimbangan lingkungan, dan menghindari degradasi lahan.

Penginderaan jauh untuk kajian lahan pertanian harus memperhatikan kemiringan lereng, kondisi tanah, air, kondisi sosial, dan iklim. Kemiringan lereng pada penginderaan jauh dapat diketahui dengan melihat topografi lahannya. Data iklim untuk kajian pertanian dapat diperoleh dari satelit NOAA. Faktor terpenting : ketersediaan data penginderaan jauh.

2. Kajian Lahan Hutan Berkaitan dengan pengelolaan hutan, pengolahan hasil kayu, pemantauan reboisasi hutan, perlindungan flora fauna, inventaris kekayaan sumber daya alam, ekowisata, dan pengendalian kerusakan hutan. Untuk memantau kekayaan alam dapat menggunakan citra landsat. Keunggulan citra landsat adalah warna penyusun objek pada citra terdiri atas : Red, Green, Blue (RGB).

Manfaat penggunaan citra landsat untuk kajian kehutanan : memonitor kerusakan hutan, visualisasi citra hutan yang belum terganggu dan sudah terganggu. Manfaat data citra satelit penginderaan jauh kebakaran hutan oleh satelit SPOT 6 dan PLEIADES via LAPAN : - memudahkan dalam membuat rekapitulasi jumlah titik anak - melakukan mitigasi bencana alam sebelum terjadi bencana alam - bahan kajian untuk pemulihan lingkungan pascabencana

3. Kajian Lahan Permukiman Kajian permukiman kenampakan objek di permukaan Bumi yang rumit dengan berbagai karakteristik sendiri – dikarenakan pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan akan permukiman yang cenderung terus meningkat tanpa terkendali sementara jumlah lahan yang tersedia tetap. Menggunakan citra : - Ikonos, resolusi spasial 3,2 m ( tinggi ). Memungkinkan memperoleh data yang detail. - Pankromatik, peka terhadap oanjang gelombang 0,36 – 0,2 mikrometer dan memiliki kepekaan yang hampir sama dengan kepekaan mata manusia – sehingga kesan ronanya sama dengan kesan mata yang melihat objek aslinya.

Dapat diketahui informasi distribusi permukiman, kepadatan permukiman, permukiman kumuh, permukiman di desa atau di kota. Teknik interpretasi secara visual dapat dilakukan dengan pengenalan objek yang berdasarkan pada karakteristik spektral dan spasialnya. Karakteristik spektral objek berdasarkan pada pantulan tenaga elektromagnetik dari objek sehingga menimbulkan rona dan warna yang beragam. Karakteristik spasial objek tercermin pada pola, bayangan, tekstur, bentuk, ukuran, situs, dan asosiasi. Penginderaan jauh untuk penentuan lokasi permukiman baru, variabel yang perlu diperhatikan : ketersediaan air, kondisi tanah, kondisi batuan, kemiringan lereng, dan aksesbilitas. Kajian distribusi permukiman variabel yang perlu diperhatikan adalah letak, pola sebaran, dsb. Hasil kerja seorang geograf adalah peta, maka dalam kajian permukiman juga harus menghasilkan peta.

4. Kajian Lahan Industri Mempertimbangkan aspek : bahan baku, sumber daya alam, sumber daya manusia, konsumen, aksesbilitas, dsb. Kawasan berikat Suatu kawasan yang terdapat berbagai industri. Berguna untuk penentuan lokasi industri, pengawasan pencemaran limbah, pengawasan pengolahan lombah, pemantauan dampak kegiatan industri, alih fungsi lahan karena kegiatan industri, pemantauan kegiatan ekonomi, dsb. Penentuan lokasi industri harus memperhatikan variabel – variabel : aksesbilitas, ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia, fasilitas, dsb. Citra yang sesuai adalah Ikonos dan Pankromatik.

D. Penginderaan Jauh untuk Pengembangan Jaringan Transportasi Perencanaan pembangunan wilayah dipengaruhi oleh pola kegiatan, penggunaan lahan, dan penataan ruangnya. 1. Sistem Transportasi Terdiri dari 2 istilah : - sistem, yaitu keterkaitan dan keterikatan antara satu komponen dengan komponen lainnya. - transportasi, yaitu suatu usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain – di mana di tempat lain objek tersebut lebih berguna.

Suatu keterkaitan dan keterikatan antara berbagai komponen dalam usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. Transportasi sebagai penunjang kegiatan dan kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan ekonomi berfungsi menyediakan sarana transportasi yang efektif dan efisien dalam emndukung pembangunan wilayah, serta penghubung antara satu wilayah dan wilayah yang lainnya dalam upaya mendorong pertumbuhan wilayah yang tertinggal. Sistem transportasi dapat berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa hal berikut : - ruang untuk bergerak ( jalan ) - tempat akhir dan awal pergerakan ( terminal ) - yang bergerak ( alat angkut ) - pengelolaan ( yang mengoordinasi ketiga unsur di atas )

2. Penginderaan Jauh untuk Pengembangan Berbagai Jaringan Transportasi Interpretasi pengembangan jaringan transportasi pada teknik penginderaan jauh diarahkan untuk mengetahui kemampuan lahan terhadap jaringan jalan, mengetahui jalur alternatif, baik darat, laut, maupun udara, pemantauan kondisi jalan, mengetahui perkembangan jalan, pengawasan lalu lintas, manajemen transportasi, dan pemantauan volume lalu lintas kendaraan. Manfaat transportasi darat : - penentuan lokasi halte, terminal - pembangunan jembatan - jalur alternatif - pemantauan kondisi jalan - pemantauan fungsi jalan - penentuan jalur alternatif atau evakuasi

Manfaat transportasi laut : - penentuan jalur penyeberangan - prakiraan cuaca untuk pelayaran - penentuan jalur pelayaran - pemantauan ombak Manfaat transportasi udara : - penentuan jalur penerbangan - pemantauan cuaca untuk penerbangan - penentuan lokasi bandara strategis

E. Lembaga Penginderaan Jauh Indonesia

Kronologi Pembentukan LAPAN  Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri Pertama RI, Ir. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI).  Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan ITB. Berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya.  Tanggal 27 November 1963, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN. 

Penyempurnaan organisasi LAPAN melalui : Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 18 Tahun 1974, Keppres Nomor 33 Tahun 1988, Keppres Nomor 33 Tahun 1988 jo Keppres Nomor 24 Tahun 1994, Keppres Nomor 132 Tahun 1998, Keppres Nomor 166 Tahun 2000 sebagaimana diubah beberapa kali yang terakhir dengan Keppres Nomor 62 Tahun 2001, Keppres Nomor 178 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah beberapa kali yang terakhir dengan Keppres 60 Tahun 2001, Keppres Nomor 103 Tahun 2001. Lingkup Kegiatan Pengembangan teknologi dan pemanfaatan penginderaan jauh. Pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa. Pengembangan teknologi dirgantara. Pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional.

V I S I  “Meningkatkan Peran Iptek Kedirgantaraan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Berkelanjutan“  M I S I  Meningkatkan Penguasaan Teknologi Wahana Dirgantara dan Sistem Antariksa untuk Mencapai Kemandirian dalam Rangka Mendukung Kesinambungan Pemanfaatan dan Pendayagunaannya, serta Menjaga Keutuhan NKRI Meningkatkan Partisipasi dalam Pembangunan Ekonomi melalui Upaya Pemanfaatan Teknologi Dirgantara dalam Mendukung Pembangunan Nasional Berkelanjutan Meningkatkan Penguasaan Sains Atmosfer dan Antariksa dalam Rangka Menguasai Pengetahuan tentang Sistem Bumi dan Sistem Matahari-Bumi untuk Pemanfaatannya di Indonesia dan Kontribusinya pada Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Meningkatkan Pengkajian Kebijakan dan Perundang-Undangan dalam Bidang Kedirgantaraan untuk Keperluan Pembangunan Kedirgantaraan Nasional dan Perlindungan Kepentingan Indonesia dalam Pendayagaunaan Dirgantara, serta Komunikasi Informasi Kedirgantaraan Meningkatkan Manajemen, Sumber Daya, dan Kinerja Pelaksanaan Program LAPAN Meningkatkan Kerjasama Penelitian, Hubungan antar Lembaga, Promosi Hasillitbang LAPAN serta Kerjasama Internasional

Kedudukan  LAPAN adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh menteri yang bertanggung-jawab di bidang riset dan teknologi.  Tugas Pokok Melaksanakan tugas pemerintah di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Melaksanakan tugas Sekretariat Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia (DEPANRI), sesuai Keppres No. 99 Tahun 1993 tentang DEPANRI sebagaimana telah diubah dengan Keppres No. 132 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Keppres No.99 Tahun 1993. DEPANRI adalah suatu badan nasional yang mengkoordinasikan program-program kedirgantaraan antar instansi dan mengarahkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan masalah-masalah kedirgantaraan.

Fungsi  Dalam mengemban tugas pokok di atas LAPAN menyelenggarakan fungsi-fungsi : Pengkajian dan penyusunan kebijaksanaan nasional di bidang penelitian dan Pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Kerjasama dengan instansi terkait di tingkat nasional dan internasional.

Penelitian, pengembangan dan pemanfaatan sain atmosfer, iklim antariksa dan lingkungan antariksa, pengkajian perkembangan kedirgantaraan, pengembangan informasi kedirgantaraan serta pelayanannya. Penelitian, pengembangan teknologi dirgantara terapan, elektronika dirgantara, wahana dirgantara serta pemanfaatan dan pelayanannya. Pemasyarakatan dan pemasaran dalam bidang kedirgantaraan. Pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur di lingkungan LAPAN. Penyelenggaraan, pembinaan pelayanan administrasi umum.

Kewenangan Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya; Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro; Penetapan sistem informasi di bidangnya; Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu:   Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya.  Penginderaan/pemotretan jarak jauh dan pemberian rekomendasi perizinan orbit satelit.