Apa itu Motivasi ? Apa itu “motivasi”? Ditinjau dari etimologinya, “motivasi” berasal dari kata Latin motivus atau motum yang berarti menggerakkan atau memindahkan. Dari asal-usul kata ini, Lorens Bagus, dalam Kamus Filsafat, mengartikan motivasi atau motif sebagai dorongan sadar dari suatu tindakan untuk merumuskan kebutuhan-kebutuhan tertentu manusia. Motivasi memainkan peranan penting dalam menilai tindakan manusia, karena pada motif-motif itulah terkandung arti subyektif dari tindakan tertentu bagi orang tertentu. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut
Alan Ralston termotivasi untuk terus bertahan hidup, memotong lengannya untuk membebaskan diri dari batu yang menjepitnya pada saat panjat tebing. AP Photo/ Rocky Mountain News, Judy Walgren Alan Ralston
Klasifikasi motive Berdasarkan asalnya: Motive dasar/primer/drive/need: motive yang dibawa sejak lahir. Berhubungan dengan kelangsungan hidup individu dan erat hubungannya dengan kebutuhan biologis, misal: makan, minum, hubungan seksual. Motive yang dipelajari/sekunder/psikologis: motive yang dipelajari dari lingkungannya, misal: motif untuk mentaati sopan santun, bergaul, Akibat motive yang dipelajari: Tujuan menjadi lebih khusus Motive dapat digabung menjadi lebih kompleks Cara untuk mencapai tujuan dapat berubah menjadi tujuan itu sendiri Stimulus yang baru mampu membangkitkan suatu motive
Klasifikasi menurut Woodworth Motive yang berdasarkan kebutuhan internal dan jasmani, misal: lapar timbul motive mencari makanan. Motive darurat/emergensi: motive yang muncul bila situasi menuntut aktivitas yang cepat dan kuat. Motive yang obyektif: motive yang diarahkan pada penanganan obyek/manusia yang berada dalam lingkungannya secara efektif, misal: motive untuk melalukan eksplorasi
Klasifikasi berdasarkan terjadinya Motive intrinsik: motive yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa ada pengaruh dari luar. Misal: siswa belajar karena ingin pandai. Motive ekstrinsik: motive yang timbul karena pengaruh dari luar. Misal: belajar karena disuruh
Motive dan tingkah laku Hubungan antara motive dan tingkah laku manusia sering tidak begitu jelas. Motive yang sama dapat muncul dalam tingkah laku yang berbeda Tingkah laku yang sama bersumber dari motive yang berbeda. Berbagai motive yang berbeda muncul di dalam satu tingkah laku yang sama (tingkah laku yang terjadi dalam waktu bersamaan)
It's not that I'm so smart, it's just that I stay with problems longer Direction = arah Persistence = ketekunan Intensity = keseriusan Motivasi ? It's not that I'm so smart, it's just that I stay with problems longer I was saying "I'm the greatest” long before I believed it.
Teori-teori Motivasi Teori-Teori Kebutuhan: Drive-Reduction Theory Homeostasis Incentives Teori kebutuhan Maslow Teori Dua Faktor Herzberg Process theories Expectancy Theory Goal Setting Theory
Teori Motivasi Teori Hierarki (Abraham H.Maslow, 1943) Teori ERG (Clayton Alderfer, 1972) Teori Kesehatan – motivator / Dua Faktor (Frederick Herzberg,1966) Teori Motivasi X dan Y (Douglas McGregor) Teori Motivasi kebutuhan (McClelland) Teori Harapan (Victor H.Vroom, 1964) Teori penetapan tujuan / goal setting theory (Edwin Locke) Maslow Alderfer Herzberg Mcgregor Mc Clelland vroom Locke
Teori Psikologi Insting & Evolusi Insting atau Naluri adalah perilaku kompleks yang mempunyai pola tetap pd seluruh spesies yang berbeda dan tidak dipelajari (Tinbergen, 1951). OBJECTIVE 2| Discuss the similarities and differences between instinct theory and evolutionary perspective. Tony Brandenburg/ Bruce Coleman, Inc. © Ariel Skelley/ Masterfile Wanita membangun berbagai jenis rumah burung membangun hanya satu jenis sarang.
Drive-Reduction Theory
Drive-Reduction Theory Teori Reduksi Dorongan gagasan bahwa kebutuhan fisiologis menciptakan dorongan (drive) yang memotivasi organisme untuk memenuhi kebutuhan Ketika teori naluri motivasi gagal ia digantikan oleh teori pengurangan dorongan. (Hull, 1951). OBJECTIVE 3| Explain how drive-reduction theory views human motivation.
Arousal Theory = Teori Gairah Orang-orang mencari tingkat optimal gairah yang bisa memaksimalkan kinerja mereka.
Teori Psikososial : Incentive -motivation = motivasi Insentif - hasil dari “tarikan" rangsangan lingkungan eksternal Cognitive -motivation = motivasi Kognitif dipengaruhi oleh atribusi dan harapan.
Incentive Where our needs push, incentives (positive or negative stimuli) pull us in reducing our drives. Dimana kebutuhan kita dorong, insentif (rangsangan positif atau negatif) menarik kita dalam mengurangi drive kita. A food-deprived person who smells baking bread (incentive) feels a strong hunger drive.
Teori Biopsikososial: Hierarki kebutuhan Maslow: interaksi kebutuhan biologis, psikologis, dan sosial; motif yang lebih rendah (fisiologis dan keamanan) harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi (milik, harga diri)
Hirarki Kebutuhan Hurricane Survivors Joe Skipper/ Reuters/ Corbis Mario Tama/ Getty Images Joe Skipper/ Reuters/ Corbis David Portnoy/ Getty Images for Stern Menahem Kahana/ AFP/ Getty Images Hurricane Survivors
Teori Hierarki Abraham H. Maslow (1943,1954) Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa : Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang; Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu. Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Maslow Theory hierarchy of needs
Teori Kesehatan – motivator / Dua Faktor Frederick Herzberg (1966) Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Teori Dua Faktor Herzberg Jetidak puasan dan Tidak termotivasi Tidak puas tetapi Kepuasan positif dan termotivasi Faktor Kebersihan Faktor Motivasi Kebijakan perusahaan Kualitas pengawasan Hubungan dengan orang lain kehidupan pribadi Tingkat gaji keamanan pekerjaan kondisi kerja Achievement = prestasi Career advancement = kemajuan karir Personal growth = pertumbuhan pribadi Job interest = minat pekerjaan Recognition = pengakuan Responsibility = tanggung jawab
Perbedaan teori Maslow (1943) & teori kesehatan Motivasi Herzberg (1966)
Teori Kebutuhan Herzberg Maslow Social Safety Physiological Hygiene Motivators Factors Maslow Social Safety Physiological Self-Actualisation Esteem
Expectancy Theory = Teori Pengharapan (Vroom) 1 Individual Effort 3. Rewards-Personal goals relationship = Valence 1. Effort-Performance relationship = Expectancy 2. Performance-Rewards relationship = Instrumentality Individual Effort Performance Personal Goals Organisational Rewards 1 2 3 Prentice Hall, 2001 Chapter 6
Teori Goal Setting = Penetapan Tujuan khusus Sulit Diterima Dampak pd Diri Directs attention Energises Encourages persistency New strategies developed Performansi Feedback
Sumber motivasi : Internal Eksternal Motivasi
Motivasi internal dorongan dari dalam diri untuk melakukan sesuatu. Nick Vujivic
Motivasi eksternal dorongan yang diperoleh dari faktor luar dalam melakukan sesuatu.
Apa tujuan karirmu yang ingin dicapai? Pikirkan !!! Apa bakat dan minatmu? Apa tujuan karirmu yang ingin dicapai? Apa yang ingin kau raih dalam 2 tahun ini? Apa tujuan pribadimu? 32
Memotivasi Diri Sendiri Lakukan sekarang Mulailah dari yang ringan jangan menunggu datangnya mood atau inspirasi Solusi akan datang jika sudah dicoba
Teori ERG Clayton Alderfer (1972) Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan) Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa : Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya; Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan; Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar. Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
ERG Theory Clayton Alderfer (1972)
Teori Motivasi X dan Y (Douglas McGregor) Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut. Ada empat asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X: Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya. Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. Karyawan akan mengindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah asumsi ketiga. Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi. Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif mengenai sifat manusia dalam teori X, ada pula empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y. Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain. Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan. Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari, dan bertanggungjawab. *Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.
Teori Motivasi X dan Y (Douglas McGregor)
Teori Motivasi kebutuhan (McClelland) Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan teman-temannya. Teori kebutuhan McClelland berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai berikut: kebutuhan pencapaian: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil. kebutuhan kekuatan: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya. kebutuhan hubungan: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab. Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Teori Harapan Victor H.Vroom (1964) Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Teori harapan adalah kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.
Teori penetapan tujuan / goal setting theory (Edwin Locke) Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan. Teori penentuan tujuan adalah teori yang mengemukakan bahwa niat untuk mencapai tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Artinya, tujuan memberitahu seorang karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan.
Konflik Motive + + Konflik Approach – Approach Ini terjadi jika seseorang dalam waktu yang bersamaan menghadapi berbagai motive, sehingga di dalam dirinya akan terjadi pertentangan Konflik Approach – Approach individu menghadapi 2 motive yang sama-sama mengandung nilai-nilai positip dan kadar nilainya hampir sama kuat. + + O
Konflik Motive + - O Konflik Approach – Avoidance individu menghadapi satu obyek yang mengandung nilai positip dan nilai negatif. Konflik Avoidance – Avoidance individu menghadapi situasi yang sama-sama mempunyai nilai negatif. Yang menjadi konflik adalah individu harus menerima salah satu. + - O O
Konflik Motive + + Konflik Approach – Avoidance individu menghadapi 2 motive yang sama-sama mengandung sekaligus nilai positip dan nilai negatif, hal ini menimbulkan respon untuk menghindari atau mendekati. + + O
Reaksi terhadap konflik Mengadakan seleksi/pemilihan, akan mudah dilakukan bila perbedaan nilainya sangat jelas. Mengadakan kompromi, misalnya menggabungkan keduanya, tetapi tidak semua konflik dapat dikompromikan, atau memilih satu obyek dahulu untuk dipuaskan, kemudian pindah ke obyek lain (shifting). Sikap meragukan, sering terjadi bila orang menghadapi konflik double approach – avoidance.
Prinsip Goal Gradient >< Gradient of Avoidance Prinsip goal gradient: semakin dekat individu pada tujuan semakin besar motivenya. Tindak lanjutnya: tujuan yang panjang dibagi-bagi menjadi beberapa unit tujuan yang lebih kecil. Prinsip gradient of avoidance: semakin dekat individu pada tujuan, semakin besar motive untuk menghindari perlu diterapi.
Mengukur Motive Motive juga mempunyai aspek kuantitatif, sehingga kekuatan motive dapat diukur, tetapi motive tidak dapat diukur secara langsung, melainkan dengan cara tidak langsung, misalnya dengan mengukur tingkah lakunya. Motive dikatakan lebih kuat apabila motive itu dapat mengalahkan atau melemahkan motive yang lain.
Metode untuk mengukur motive Metode Obstruction/rintangan percobaan untuk mengukur beberapa motive antara lain motive maternal, haus, lapar, seksual, eksplorasi A C B D A : diletakkan tikus yang dilaparkan B : bagian yang diberi kisi-kisi yang dialiri listrik D : diletakkan incentif yang diperlukan tikus
Jalannya percobaan metode rintangan Ada 2 motive secara bersamaan yang diukur, kedua motive harus berlawanan, misalnya motive mendapatkan makanan/air dengan motive menghindari rasa sakit. Motive mana yang paling kuat? Bila motive mencari makanan lebih kuat daripada menghindari rasa sakit tikus mampu melewati rintangan untuk mendapatkan makanan.
Hasil penelitian metode rintangan Beberapa kali percobaan dengan menggunakan waktu 20 menit, hasil kekuatan motive dapat diurutkan: Motive maternal : 22,4 % Motive haus : 20,4 % Motive lapar : 18,2 % Motive seksual : 13,8 % Motive eksplorasi : 6,0 %
Motive2 saling berhubungan, apabila motive lapar sangat kuat, ternyata motive seksual menurun. Jadi hubungannya saling melemahkan. Tikus yang berada dalam kondisi sangat haus dan sangat lapar, ternyata motive haus lebih besar dari motive lapar. Pada manusia, motive untuk berprestasi turun dalam belajar apabila individu sedang dalam keadaan jatuh cinta.
2. Metode Belajar Metode untuk mengukur kekuatan motive tentang kesiapan terhadap tugas2 yg dipelajari dlm kondisi motivasi berbeda. Dlm kondisi motive kuat subyek lebih cepat belajar. Jalannya percobaan: Dalam percobaan ini, tikus dibagi dalam 3 kelompok: Tikus dlm kondisi sangat lapar dan sangat haus Tikus dlm kondisi sangat lapar dan agak haus Tikus dlm kondisi agak lapar dan sangat haus Waktu yang digunakan untuk penelitian 9 hari. Selama 9 hari, tikus diberi makanan campuran bekatul. 9 hr kmd incentifnya air. Ternyata kelompok yg belajar lbh cepat adl kelp pertama, yi tikus dlm kondisi sangat lapar dan sangat haus. Mereka mengalami kesiapan dlm mempelajari dan menyesuaikan diri dg kondisinya, krn lbih cepat mendapatkan incentifnya.
Metode kuesioner digunakan untuk mengukur motive pada manusia. Hasil penelitian, ternyata dlm kehidupan sehari-hari, urutan kekuatan motive pada manusia: Motive lapar Motive cinta pada keturunan (maternal) Motive kesehatan (menghindari kesakitan) Motive seksual