SKRINING By. Nur Alvira.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
METODE EPIDEMIOLOGI UNTUK MENILAI DIAGNOSIS PADA SECRINING
Advertisements

Created by : Aria Gusti SCREENING TEST Created by : Aria Gusti
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
4/7/2017 Penyidikan Epidemi 1. Penyakit exotic (penyakit yang tidak terdapat di Indonesia) 2. Penyakit endemic (penyakit yg ada di Indonesia dlm tingkat.
Prinsip Dasar Pemilihan Pemeriksaan Penunjang
LATAR BELAKANG Universal Access target 2015 sudah diambang pintu:
DETEKSI DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK
SKRINING dr. Fazidah A Srg Mkes.
Prodi Kesehatan Masyarakat
UKURAN FREKUENSI PENYAKIT
Mugi Wahidin, M.Epid Prodi Kesehatan Masyarakat Univ Esa unggul 2014/2015.
RANCANGAN / DISAIN PENELITIAN
Uji Coba lapangan (FIELD TRIAL).
SURVEILLANCE SURVEY LONGITUDINAL STUDY
Garry C de V EPIDEMIOLOGI Tenaga Medis Peny. menular Peny. tdk menular Data Peningkatan Kesehatan Faktor Resiko Pengobatan Sebab/Akiba t Peny Pencegahan.
PENGERTIAN UMUM PERANAN STATISTIK 1. Peranan statistik
LIMA TINGKAT PENCEGAHAN
Ria Hartini Sitompul G1B011054
CASE CONTROL & COHORT Erni Yusnita Lalusu.
EPIDEMIOLOGI DISKRIPTIF EPIDEMIOLOGI ANALITIK
CASE CONTROL Honey Ndoen.
STUDI EPIDEMIOLOGI(2).
SKRINING.
Desain Cross Sectional
PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN KLB
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA
Stadium klinis HIV/AIDS
Penyusunan PRIORITAS MASALAH Dalam Komunitas & Keluarga
PRINSIP DETEKSI DINI TERHADAP KELAINAN, KOMPLIKASI DAN PENYULIT PADA IBU HAMIL Hasnaeni Hatta, S. ST.
TEMU X SAMPLING: A REVIEW.
PENGKAJIAN OFTALMIK.
Epidemiologi & Pencegahan
UKURAN MORBIDITAS & MORTALITAS DALAM EPIDEMIOLOGI
Pengukuran Pencegahan
BESAR SAMPEL Z U L A E L A PRODI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANN ALAM CLINICAL EPIDEMIOLOGY & BIOSTATISTICS UNIT (CE&BU), FAKULTAS.
STUDI POTONG LINTANG suharyo.
ORAL DIAGNOSA OLEH: Drg. EMMA. K, MDSc..
POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLE
TEMU - 4 TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan dasar tentang faktor risiko , studi epidemiologi analitik: Studi Ekologi, Studi Cross Sectional.
PENEMUAN PENYAKIT DENGAN ‘SCREENING’
DEASY ROSMALA DEWI, SKM,MKES
Oleh: Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI BANGKINANG
SKRINING.
METODE EPIDEMIOLOGI UNTUK MENILAI DIAGNOSIS PADA SECRINING
Desain Cross Sectional
RIWAYAT ALAMI PENYAKIT &
PENCATATAN DAN PELAPORAN
TERMINOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENANDA TUMOR (TUMOR MARKER)
KELOMPOK 2 : Abdul mahmud yumassik Deny saputra Eko setiawan
SCREENING By: Nurul Hidayah, S.KM.
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN
SCREENING By: Nurul Hidayah, S.KM.
Marlina Jaya Diputri G1A012009
Kemampuan suatu fasilitas penyaringan dapat memproses 1000 orang perminggu. Dengan asumsi bahwa prevalensi suatu penyakit sebesar 4 %, saudara diminta.
Oleh : Andri Markhoni Permana
MENGENAL, MENCEGAH & MENGOBATI KANKER PAYUDARA DIAWAL PAGI
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT/ PERJALANAN ALAMIAH PENYAKIT
SITI FATIMAH Di bimbing oleh: 1.Dr. Wawang S. Sukarya, dr., SpOG (K)., MARS., MH.Kes 2.Dr. Usep Abdullah Husin, dr., MS. SpMK PERBANDINGAN.
STUDI KOHOR MK RISET EPIDEMIOLOGI.
ANALISA SITUASI.
STUDI KOHORT.
UJI DIAGNOSTIK.
PENILAIAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA MELALUI SDIDTK
PENGANTAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SYAFRIZAL, SKM, M.Kes ILMU KESEHATAN MASYARAKAT.
Migrain Without Aura; A New Definition
Lili Eriska Sianturi, M.K.M Kuliah Dasar Epidemiologi
KONSEP EPIDEMIOLOGI.
Skrining Pengertian Usaha untuk mengidentifikasi penyakit- penyakit yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan pemeriksaan tertentu atau prosedur.
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Transcript presentasi:

SKRINING By. Nur Alvira

DEFINISI US Comission on chronic Illnes (1951) telah mendefinisikan skrining sebagai suatu upaya dalam menduga ciri-ciri suatu penyakit atau kelainan yang belum diketahui dengan cara menguji, memeriksa atau prosedur lain yang dapat dilakukan dengan cepat

Skrinning  Perjalanan Alamiah Penyakit Fase Prasimtomatik telah terjadi perubahan fisiologis ataupun anatomi  Gejala suatu penyakit yang dapat diketahui secara dini  bukan gejala klinis pemeriksaan, uji klinik, atau dgn prosedur ttt

Skrining bukan alat untuk mendiagnosis, subjek yang ditemukan positif atau kemungkinan mengidap suatu penyakit tertentu dalam skrining masih perlu dirujuk kembali untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa. Biasanya kegiatan skrining bukan berasal dari kemauan penderita tetapi berasal dari petugas kesehatan atau pihak lain yang ingin mengetahui besarnya kejadian penyakit tertentu.

Skrinning dilakukan pd orang yang sehat tapi berisiko tinggi * Skrinning merupakan suatu pencegahan tingkat sekunder dengan pendeteksian dini suatu penyakit ataupun masalah kesehatan di masyarakat ** Skrinning dilakukan pd orang yang sehat tapi berisiko tinggi *** Skrining tidak dilakukan di pusat pelayanan kesehatan tp dilakukan dlm suatu populasi (masy) dr suatu klpmk yang terorganisir dgn proses skrining secara bertahap

CATATAN Berani melakukan skrining, maka harus berani melakukan diangnosa positif, shg dana utk skrining telah termasuk diagnosa dan terapi, jadi ketika orang yang terskrining dan terdiagnosa positif, maka org tsb hrs diberikan terapi

Hasil skrining diatas dinyatakan baik..... KENAPA??? Skrining akan membuat insidensi semakin tinggi. Hal ini tidak “jelek” apabila org2 yg skt ditemukan masih dalam penyakit stadium awal Contoh:  hasil skrining ini dinyatakan baik, kenapa?? Hasil skrining diatas dinyatakan baik..... KENAPA??? % Peny Sblm dilakukan skrinning STADIUM % Peny setelah dilakukan skrinning 7% I 35% 8% II 30% 15% III 70% IV 5%

Jenis-jenis Skrining Mass screening (Skrining Masal): dilakukan pada seluruh populasi Multiple screening (Skrining Ganda): dilakukan dengan melibatkan penggunaan berbagai alat uji skrining pada saat yang bersamaan Prescriptive screening (Skrining Preskriptif): dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi individu-individu sehat terhadap suatu penyakit yang dapat dicegah lebih lanjut

KRITERIA SKRINNING Penyakit atau keadaan yang dicari haruslah merupakan masalah kesehatan yang penting. Tersedia obat yang potensial dan disepakati untuk pengobatan penderita yang ditemukan. c. Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti dan pengobatan. d. Penyakit atau keadaan yang dideteksi harus mempunyai masa laten atau asimtomatik dini. e. Tersedia alat uji skrining yang sesuai.

Uji skrining yang tersedia harus dapat diterima oleh populasi sasaran. g. Perjalanan alamiah penyakit atau keadaan yang akan dideteksi harus benar – benar diketahui. h. Harus ada kebijakan yang sudah disepakati dari mereka yang diobati sebagai penderita. Biaya skrining secara ekonomis harus seimbang dengan risiko biaya untuk perawatan medis secara keseluruhan. j. Harus dimungkinkan untuk diadakan follow up dan kemungkinan untuk pencariaan / penemuan penderita secara berkesinambungan.

Tujuan Skrining Penemuan dini penderita dengan cara memperoleh pengobatan Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat Mendapatkan keterangan-keterangan epidemiologi suatu penyakit atau gangguan pada masyarakat

Model 1 EX: SKRINNINiNG DM: Uji Diagnostik: reduksi urine metode Benedict (cara kualitatif) Baku Emas: cara kedua dengan metode spektrofotometer (cara kuantitatif). pengambilan sampel darah sewaktu. Positif Positif BAGAN INI DILAKUKAN APABILA ALAT TERSEBUT TELAH DI UJI COBA TERLEBIH DAHULU DAN TELAH MENUNJUKKAN SENSITIVITAS DAN SPESIVISITAS TINGGI  LEBIH MURAH DAN DAPAT DIJANGKAU Negatif SAKIT/ - FR Tidak SAKIT / + FR terapi

Model II: MENCARI SENITIVITAS & SPESIVITAS UJI DIAGNOSTIK NEGATIF KARTU SNELLEN POSITIF GEJALA KLINIS POSITIF POSITIF NEGATIF KARTU SNELLEN NEGATIF SENSITIVITAS SPESIVISITAS PPV NPV

Uji Diagnostik (Penapisan) TABEL UJI VALIDITAS Goldstandard Sakit Tidak Sakit Uji Diagnostik (Penapisan) Positif a b a+b Negatif c d c+d a+c b+d a+b+c+d

Interpretasi tabel Goldstandard Positif Negatif Uji Diagnosis ..=Senitivitas tinggi ..=Spesivitas rendah ..=Sensitivitas rendah ..= spesivitas tinggi

Ukuran-ukuran Sensitivitas Kemampuan uji skrining secara benar menempatkan sasaran skrining yang benar-benar sakit dalam kelompok penderita  positif sejati a/a+c x 100 % Spesifisitas Kemampuan uji skrining secara benar menempatkan sasaran skrining yang benar-benar tidak sakit dalam kelompok sehat  negatif sejati d/b+d x 100 % PPV Besarnya kemungkinan individu benar-benar menderita dari semua uji skrining positif a/a+b x 100 % NPV besarnya kemungkinan individu benar-benar tidak sakit dari semua uji skrining negatif d/c+d x 100 %

Uji Diagnostik (Pap Smear) CONTOH : Ca Cervix Uteri Sakit Tidak Sakit Uji Diagnostik (Pap Smear) Positif 160 10 170 Negatif 50 180 230 210 190 400 PREVALENSI a+c/(a+b+c+d) x 100 52,5% Sensitivitas a/(a+c) x 100 160/(210) x 100 = 76,2% PPV a/(a+b) x 100 160/(170) x 100 = 94,1% Spesivisitas d/(b+d) x 100 180/(190) x 100 = 94,7% NPV d/(c+d) x 100 180/(230) x 100 = 78,3%

SKRINING VISUS MATA PADA ANAK SD USIA 7-10 THN DI KECAMATAN BANTUL setiap menit diperkirakan 12 orang menjadi buta, empat orang di antaranya berasal dari Asia Tenggara, sedangkan pada anak, setiap menit terdapat satu anak menjadi buta dan hampir setengahnya berada di Asia Tenggara 10% dari anak usia sekolah (5-19 tahun) menderita kelainan refraksi, sedangkan angka pemakaian kacamata koreksi sampai saat ini masih rendah yaitu 12,5% dari kebutuhan Menurut WHO, 3,9% kebutaan disebabkan oleh kebutaan pada masa anak-anak (chilhood blindness), sehingga peringatan hari penglihatan sedunia “Vision For Children” memberikan makna bahwa semua orang harus memberikan perhatian kepada anak-anak sebagai generasi penerus yang mengalami gangguan penglihatan atau buta

Sasaran: anak usia 7-10 thn, cused: anak dalam pertumbuhan sistem penglihatan yang memasuki fase lambat dan 3,9% kebutaan disebabkan oleh kebutaan pada masa anak-anak Awal anak mulai terpapar oleh FR visus. Semakin cepat deteksi dini pada risti dilakukan, maka semakin cepat upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan Teknis pemeriksaan menjadi lebih mudah7-10 thn (kls 2 dan 3), anak mulai mengenal huruf  menhindari salah tafsir oleh peneliti. 1 2 3

Alat kartu snellen  baku emas Alat ukur Kuesioner  uji diagnostik: daftar pertanyaan keluhan or gejala klinis yang Alat kartu snellen  baku emas

HASIL SKRINING Tabel Disribusi Hasil Pemeriksaan Tajam Penglihatan Berdasarkan Tempat Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul Tahun 2008 Lokasi Skrining Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) Jumlah % Sakit Tdk Sakit SD Sutran 33 70,2 14 29,8 57 19,0 SD 2 Sabdodadi 28 68,3 13 31,7 41 16,5 SD Manunggal 2 Bantul 47 75,8 15 24,2 62 25,0 SD Sabdodadi Keyongan 16 72,7 6 27,3 22 8,9 SD Ringinharjo 52 68,4 24 31,6 76 30,6 Total 176 71,0 72 29,0 248 100

Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) Tabel Distribusi Hasil Pemeriksaan Tajam Penglihatan Berdasarkan Jenis Kelamin Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul tahun 2008 Jenis kelamin Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) Jumlah % Sakit Tidak sakit Laki-laki 98 72,1 38 27,9 136 54,8 Perempuan 78 69,6 34 30,4 112 45,2 Total 176 71,0 72 29,0 248 100

Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) Tabel Distribusi Hasil Pemeriksaan Tajam Penglihatan Berdasarkan Jenis Kelamin Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul tahun 2008 Kelompok Umur Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) Jumlah % (tahun) Sakit Tidak Sakit 7 tahun 21 70,0 9 30,0 30 12,1 8 tahun 97 69,8 42 30,2 139 56,0 9 tahun 43 78,2 12 21,8 55 22,2 10 tahun 15 62,5 37,5 24 9,7 Total 176 71,0 72 29,0 248 100

Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul tahun 2008 Tabel Hasil Pemeriksaan Gejala Klinis dan Ketajaman Penglihatan (visus) Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul tahun 2008 Gejala Hasil Pemeriksaan Visus Sensitivitas (%) Spesivisitas (%) PPV (%) NPV (%) Sakit Tidak Sakit Sering Mengedipkan atau Mengusap Mata Ya 134 6 77,3 88,9 94,4 61,5 Tidak 42 66 2. Mata Berair dan Banyak Kotoran 57 10 31,3 87,3 34,6 119 62 3. Mata Merah, Panas, dan Gatal 78 55 44,9 87,5 89,8 39,4 48 67 4. Mata Sering Melihat Terlalu Dekat 115 19 65,9 75,0 86,6 47,4 61 53 5. Cepat Lelah Jika Membaca 101 7 56,8 90,3 93,5 46,1 75 65 6. Sering Merasa Silau 20 66,5 86,7 47,8 52 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 4 95 5 54,5 93,2 44,8 81 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 5 82 1 45,5 97,2 97,6 42,2 94 71 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 2 49 2 26,7 95,8 94,0 34,8 127 70 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 3 3 38,1 93,1 105 69 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 6 90 55,7 98,0 47,3 Kombinasi antara gejala 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 23 13,1 100 32,0 153 72 Kombinasi antara gejala 4 dan gajala 5 43,8 91,7 39,6 104 Kombinasi antara gejala 2 dan gejala 3 44 25,0 33,7 132

INGAT!!!! Alat skrinning harus murah dan praktis Gold Standart baku dan standar Tersedia tindakan kuratif (pengobatan yang tepat untuk penyakit tersebut) Skrinning dapat memperbaiki prognosis dalam PAP Masalah kesehatan merupakan masalah yang penting