Dr Djoni Darmadjaja,SpB,FinaCS,MARS SESI EDUKASI Dr Djoni Darmadjaja,SpB,FinaCS,MARS
SUPERVISI KLINIS Sebagai upaya menjamin patient safety TIM SURVEI SIMULASI
KENAPA PERLU SUPERVISI KLINIS ? Pada proses asuhan medis yang dilaksanakan oleh DPJP dan dibantu oleh Staf Medis lain: Residen, Dokter Ruangan dsb, maka diperlukan supervisi klinis medis untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap asuhan pelayanan klinis yang dilaksanakan. Supervisi sangat diperlukan untuk memastikan asuhan pasien aman dan memastikan bahwa koordinasi dan kerjasama tim yang baik adalah pengalaman belajar bagi para profesional pemberi asuhan; serta bahwa pelayanan telah diberikan dengan cara yang efektif. DJONI DARMADJAJA
KENAPA PERLU SUPERVISI KLINIS ? Diperlukan tingkat pengawasan yang konsisten dengan tingkat pelatihan dan tingkat kompetensi para staf medis yang membantu asuhan medis. Seluruh staf medis yang terlibat dalam asuhan medis memahami proses supervisi klinis: siapa supervisor dan frekuensi supervisinya termasuk penandatanganan harian dari semua catatan dan perintah, penandatanganan rencana asuhan dan kemajuan catatan harian, atau membuat entri terpisah dalam catatan pasien. Demikian juga, jelas tentang bagaimana bukti pengawasan yang didokumentasikan, termasuk frekuensi dan lokasi dokumentasi RS harus menetapkan kebijakan tentang tingkatan supervisi masing-masing Staf medis residen DJONI DARMADJAJA
(Nico A Lumenta & Adib A Yahya, 2012) Standar Pelayanan Pasien : Tujuan utama pelayanan kes RS adalah pelayanan pasien…. PATIENT- CENTRED CARE HOSPITAL RISK MANAGEMENT 24 2 Payung & 4 Pilar (PELAYANAN Fokus PASIEN) Konsep Filosofis Asuhan pasien (Patient care) Etik “Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of Quality Management.” (World Alliance for Patient Safety, Forward Programme, WHO, 2004) 4 Fondasi Asuhan pasien Kebutuhan Pasien Mutu Patient Safety Procedures were laid down for documenting hospitalisation for other illnesses whether cardiac or non-cardiac, and for events requiring the stopping of trial medication. Procedures were also defined for cases of worsening heart failure or renal function. For the former, sequential options included increasing the dose of diuretics, decreasing or discontinuing calcium channel blockers, adjustment of the digoxin dose, increasing the dose of other non-ACE inhibitor vasodilators and increasing the background lisinopril dose from 2.5 to 5 mg. For the latter, decreasing or discontinuing diuretics or calcium channel blockers or non-ACE inhibitor vasodilators was considered together with a decrease in background lisinopril therapy. Detailed procedures also existed for the starting and stopping of trial medication following an acute myocardial infarction. A listing of allowed and disallowed concomitant medication was provided and the procedure for recording serious adverse events was detailed. Asuhan Medis Asuhan Keperawatan Asuhan Gizi Asuhan Farmasi EBM VBM Evidence Based Medicine Value Based Medicine (Nico A Lumenta & Adib A Yahya, 2012)
Interprofessionality Sisi Prof. Pemberi Asuhan Interprofessionality Interprofessional Collaboration (IPC) When multiple health workers from different professional backgrounds work together with patients, families, carers, and communities to deliver the highest quality of care Interprofessional Education (IPE) When students from two or more professions learn about, from and with each other to enable effective collaboration and improve health outcomes The World Health Organization recognizes interprofessional collaboration in education and practice as an innovative strategy that will play an important role in mitigating the global health crisis. We know that interprofessional collaboration is key to providing the best in patient care. (Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO, 2010)
(Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO, 2010) KARS Dr.Nico Lumenta
INSTITUTIONAL SUPPORT MECHANISMS WORKING CULTURE MECHANISMS ENVIRONMENTAL MECHANISMS KARS Examples of mechanisms that shape collaboration at the practice level
BAGAIMANA MENGATUR SUPERVISI KLINIS ? RS memiliki prosedur mengidentifikasi dan memonitor keseragaman proses supervisi klinis, monitoring dan evaluasi pelayanan asuhan klinis . Apabila supervisi klinis tidak dilaksanakan dengan baik maka akan menimbulkan potensi untuk terjadinya kejadian yang tidak diharapkan pada rumah sakit. Supervisi dan umpan balik yang dihasilkan penting untuk mengakuisisi dan mengembangkan keterampilan klinis dan profesionalisme seluruh staf medis yang terlibat dalam asuhan medis. Supervisi dilakukan secara bertahap meningkatkan otoritas dan kemandirian, pengawasan dan umpan balik . DJONI DARMADJAJA
TIDAK BOLEH MENGORBANKAN KESELAMATAN PASIEN PROSES PENDIDIKAN
terima kasih .. DJONI DARMADJAJA