IA MELAYANI KITA MARKUS 10:35-45
YAKOBUS DAN YOHANES Yakobus dan Yohanes adalah anak-anak Zebedeus (Mat 20:20). Ibu dari Yakobus dan Yohanes bernama Salome, bersaudara dengan ibu Yesus (Mat 27:56, Mrk 15:40; 16:1). Jadi Yakobus dan Yohanes adalah saudara sepupu Yesus. Persaudaraan inilah yang membuat mereka tanpa sungkan meminta sesuatu kepada Yesus. Dengan hubungan yang dekat,
membuat mereka merasa berhak mendapat tempat khusus dalam kerajaan-Nya. Ada ambisi yang begitu besar dalam diri Yakobus dan Yohanes untuk menjadi orang sukses tanpa adanya pengorbanan. Mereka ingin mempunyai kemuliaan, kehormatan, kedudukan, kekuasaan dan kekayaan. Kakak-beradik ini tidak mengerti hakekat menjadi seorang murid Yesus sehingga mereka tidak peka
dengan serangkaian pemberitahuan Yesus tentang mesias yang harus menderita. Mereka membayangkan Yesus sebagai seorang raja yang besar dan punya banyak kemuliaan dan kekuasaan. - Mereka tidak pernah berpikir untuk menderita bersama Yesus dan berkorban bagi Dia, ketika menjadi murid Yesus. Justru yang mereka pikirkan adalah hal-hal yang menyenangkan dan menguntungkan bagi mereka.
YESUS Yesus bertanya apa menjadi keinginan Yakobus dan Yohanes, sekaligus mengkritik permohonan mereka (Mrk 10:36, 38a). Yesus bertanya kesediaan mereka untuk meminum cawan yang akan Dia minum. Ternyata pengertian mereka tentang cawan berbeda dengan pengertian Yesus tentang cawan. Cawan bagi Yesus adalah penderitaan sedangkan cawan bagi mereka adalah gelas perjamuan.
- Walaupun Yesus mengakui bahwa pada akhirnya mereka juga ikut menderita karena Yesus. Yakobus adalah yang pertama diantara kelompok para murid yang mati sebagai martir (Kis 12:2). Jadi ketika Yakobus mengatakan bahwa ia dapat meminum cawan, ia belum mengetahui apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Yakobus dipenggal oleh Herodes Agripa. Cawan baginya menjadi kemartiran.
Sedangkan bagi Yohanes yang mati secara secara wajar menjelang usia seabad, cawan adalah disiplin yang konstan dan perjuangan hidup kristiani selama bertahun-tahun. - Yesus tidak pernah kehilangan kesabarannya walaupun murid-muridnya tidak peka dan tidak menangkap pemberitaanNya berkali-kali tentang penderitaan yang harus Ia hadapi. Ia tidak marah ketika saudara sepupunya
justru meminta kedudukan dalam kerajaan-Nya justru meminta kedudukan dalam kerajaan-Nya. Bahkan Ia berusaha membimbing mereka dalam kebenaran. Dengan jelas dan jujur, Ia mengatakan bahwa ada cawan pahit yang harus diminum. Yesus tidak pernah ragu bahkan percaya bahwa Yakobus dan Yohanes akan mempertahankan kesetiaan mereka.
- Kakak-beradik ini memang mempunyai ambisi yang keliru, memiliki gagasan yang salah, namun Ia percaya bahwa mereka dapat minum cawan pahit. - Yesus tahu permasalahan yang terjadi antara para murid dengan kakak-beradik ini. Maka dari itu Ia berbicara kepada mereka tentang dasar utama menjadi seorang pelayan.
Yesus paham bahwa orang yang besar dan terkemuka adalah orang yang berkuasa atas orang lain; orang yang perintahnya dipatuhi oleh orang lain; orang yang dilayani oleh orang lain. Justru Yesus ingin mengubah pemikiran mereka tentang orang besar dan terkemuka. Menurut Yesus, hanya pelayanan yang merupakan lambang kebesaran.
Kebesaran tidak terletak dalam memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu melainkan terletak dalam melakukan sesuatu untuk orang lain. Makin besar pelayanan seseorang, makin besar pula kehormatannya. Yesus menggunakan gradasi. Ia berkata, “bila kamu ingin menjadi besar, jadilah seorang pelayan; bila kamu ingin menjadi yang pertama, jadilah seorang hamba.”
- Dunia boleh saja menilai kebesaran seseorang berdasarkan jumlah orang yang dikuasainya dan siapa yang selalu siap melayaninya atau berdasarkan kedudukan dan keunggulan intelektual/akademiknya atau berdasarkan banyaknya harta yang dimiliki. Namun dalam penilaian Kristus, semua hal itu tidak relevan. Justru bagi Yesus, nilai kebesaran adalah berapa banyak orang yang telah dilayani dan ditolongnya?
- Yesus sendiri melakukan apa yang diminta-Nya kepada para murid-Nya - Yesus sendiri melakukan apa yang diminta-Nya kepada para murid-Nya. Ia bukan hanya mengajarkan tetapi Ia juga mempraktekkannya. Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Ia datang bukan untuk menduduki sebuah takhta, melainkan salib. Ia memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang.
- Yesus memberitahukan bahwa tanpa salib tidak akan pernah ada mahkota - Yesus memberitahukan bahwa tanpa salib tidak akan pernah ada mahkota. Standar untuk kebesaran atau kemuliaan dalam Kerajaan Allah adalah salib.
MURID LAIN - Permintaan Yakobus dan Yohanes mengusik para murid lain bahkan membuat mereka marah. Kemarahan ini disebabkan karena ada persaingan dan iri hati diantara mereka. Para murid juga ingin mendapat tempat utama dalam kerajaan-Nya. Penyebab kemarahan yang lain karena para murid menganggap kakak-beradik ini tlah mencuri langkah, karena status mereka sebagai sepupu dengan Yesus.
KESIMPULAN 1. Markus menggambarkan bahwa para murid Yesus bukanlah orang-orang suci, tetapi justru manusia biasa yang punya ambisi dunia dan gagal untuk memahami Yesus. Perkataan Yesus berkali-kali tentang Anak Manusia yang akan menderita dan mati tidak mampu menghapus ambisi mereka. Justru mereka mengharapkan Yesus sebagai mesias akan datang dengan kuasa dan kemuliaan.
2. Yesus ingin mengubah konsep pemimpin yang selama ini melekat dalam pikiran para murid dan orang banyak. Pemimpin saat itu adalah seorang yang memerintah dengan kekerasan untuk mencapai tujuan pribadinya. Begitu banyak penindasan dan ketidak-adilan yang dialami oleh rakyat karena pemimpinnya otoriter dan egois. Tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain.
Bagi Yesus, pemimpin adalah pelayan atau hamba Bagi Yesus, pemimpin adalah pelayan atau hamba. Ia tidak memerintah tetapi melakukan perintah. Ia bersedia mengorbankan hak pribadinya untuk orang lain dan tidak sama sekali memikirkan ambisi dan kepentingan dirinya sendiri. Ia memberikan dirinya, waktunya, tenaganya dan apapun yang dimilikinya. Ia tidak menonjolkan dirinya atau membanggakan diri.
- Yesus ingin agar para murid lebih memikirkan konsep pelayanan daripada kesuksesan diri sendiri. Yesus tidak melarang orang untuk menjadi besar dan terkemuka asalkan dalam dirinya mempunyai kemampuan melayani seperti seorang hamba. Ketika orang tahu bahwa dirinya adalah seorang hamba yang tidak berguna, membuat dirinya tidak mengejar kedudukan, kemuliaan dan
kekuasaan tetapi mengutamakan kasih, ketaatan, kesetiaan, kebenaran dan keadilan. Yesus memberikan keteladanan tentang pelayanan yang tidak pamrih, tidak terbatas oleh ruang dan waktu, dan tidak bersyarat. Pelayanan yang Yesus berikan melebihi pelayanan siapapun yang ada di dunia ini, karena Ia bersedia mengorbankan nyawanya untuk manusia berdosa.