SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK
Sebab individu masuk dalam suatu kelompok Menurut Gerald S. Wilson dan Michael S. Hanna, tiga sebab individu masuk dalam suatu kelompok : Daya tarik anggota kelompok Daya tarik kegiatan dan tujuan kelompok Daya tarik menjadi anggota kelompok
Klasifikasi Kelompok, sekumpulan orang disebut kelompok, jika : Adanya kesadaran dari anggota-anggota akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka atau adanya rasa saling memiliki (sense of belonging) Memiliki tujuan dan organisasi dan melibatkan interaksi diantara anggotanya. Pada umumnya kelompok terbentuk dengan tujuan : Produktivitas : penyelesaian tujuan Morale : tujuan pribadi dan sosial
Klasifikasi kelompok Menurut Charles Horton Cooley Kelompok Primer : akrab, pribadi, menyentuh hati Kelompok Sekunder : tidak akrab, impersonal, tidak menyentuh hati Menurut Theodore Newcomb Kelompok Keanggotaan Kelompok Rujukan : kelompok yang dijadikan standar/alat ukur untuk meilai diri dan membentuk sikap. Terdapat fungsi kompratif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Menurut JF Cragan dan David Wright Kelompok Deskriptif : proses pembentukan yang alamiah, misalnya kelompok belajar, katarsis, sepintas, aksi, dll Kelompok Prespektif : proses/langkah-langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya, misalnya diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium,prosedur parlementer. Ingroup dan Outgroup Ingroup : kelompok kita, diungkapkan dengan solidaritas, kesetiaan, kesenangan, kerja sama, terdapat semangat kekitaan (we-ness) atau kohesi kelompok (cohesiveness) Outgroup : kelompok mereka
Pengaruh Kelompok Pada Perilaku Komunikasi KONFORMITAS Menurut Kiesler dan Kiesler (1969), konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok baik yang real atau yang dibayangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas adalah faktor-faktor situasional dan personal. Faktor-faktor situasional yang menentukan konformitas adalah : kejelasan situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakan kelompok. Di samping faktor-faktor situasional, beberapa faktor personal erat kaitannya dengan konformitas, meliputi : usia, jenis kelamin, stabilitas emosional, kecerdasan, motivasi, dan harga diri. Wanita lebih cenderung melakukan konformitas daripada pria. Orang yang emosinya kurang stabil lebih mudah mengikuti kelompok daripada orang yang emosinya stabil. Makin tinggi kecerdasan, makin kurang kecendrungan kearah konformitas. Motif afiliasi mendorong konformitas. Motif berprestasi, motif aktualiasi diri, dan konsep diri yang positif menghambat konformitas. Makin tinggi hasrat berprestasi seseorang, makin tinggi kepercayaan dirinya, makin sukar ia dipengaruhi oleh tekanan kelompok.
Fasilitas Sosial Prestasi individu yang meningkat karena disaksikan kelompok disebut Allport sebagai fasilitas sosial. Fasilitasi menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga terasa menjadi lebih mudah. Pada tahun 1924, Floyd Allport menemukan bahwa fasilitas sosial tidak selalu memudahkan pekerjaan. Kehadiran kelompok bersifat fasilitatif bila pekerjaan yang dilakukan berupa pekerjaan keterampilan yang sederhana, sebaliknya, kelompok mempersukar pekerjaan bila pekerjaan itu berkenaan dengan nalar dan penilaian.
Polarisasi Polarisasi menurut sebagian ahli boleh jadi disebabkan pada dua porsi argumentasi yang menyokong sikap atau tindakan tertentu. Bila proporsi terpisah mendukung sikap konservatif, keputusan kelompokpun akan lebih konservatif. Dan begitu sebaliknya (Ebbesen dan Bowers, 1974) . polarisasi mengandung beberapa implikasi yang negatif. (Pertama) kecendrungan kearah ekstrimisme menyebabkan peserta komunikasi menjadi lebih jauh dari dunia nyata karena itu, makin besar peluang bagi mereka untuk berbuat kesalahan. Produktifitas kelompok menjadi menurun dan gejala ini disebut Irving Janis sebagai Groupthink. Groupthink yaitu proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif di mana anggota-anggota berusaha mempertahankan konsesus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi. (Kedua) polarisasi akan mendorong ekstrimisme dalam kelompok gerakan sosial atau politik. Kelompok seperti ini biasanya menarik anggota-anggota yang memiliki pandangan yang sama. Ketika mereka berdiskusi, pandangan yang sama ini makin dipertegas sehingga makin yakin akan kebenarannya. Keyakinan ini disusul dengan merasa benar sendiri (self-righteousness) dan menyalahkan kelompok lain. Proses yang sama terjadi pada kelompok saingannya. Terjadilah polarisasi yang menakutkan di antara berbagai kelompok dan di dalam masing-masing kelompok (Myers dan Bishop,1970).