SYARAT DAN TUJUAN PENELITIAN Dwiyati Pujimulyani 2015 Metode Ilmiah ke-4 SYARAT DAN TUJUAN PENELITIAN Dwiyati Pujimulyani 2015 stas
Syarat penelitian: 1.Sistematis: berurutan tahap demi tahap 2. Terencana & Terkontrol 3. Berdasarkan data empiris → Pengetahuan yang diperoleh dengan penelitian ilmiah, maka kebenarannya bersifat terbuka untuk diuji orang lain Hal ini menuntut peneliti untuk memanifestasikan sifat ilmiah dalam berbagai bentuk Manifestasi/ perwujudan sikap ilmiah peneliti: a. Ingin tahu d. Obyektif b. Kritis analitis e. Rela menghargai karya orang lain c. Terbuka f. Berani mempertahankan kebenaran g. Menjangkau ke depan
Tujuan Penelitian Menemukan, mengembangkan, menguji suatu pengetahuan Menemukan, mendapatkan sesuatu untuk mengisi kekosongan Mengembangkan: memperluas/menggali lebih dalam apa yang sudah ada Menguji kebenaran, dilakukan jika ada keraguan
Jenis Penelitian Penggolongan menurut bidangnya Penggolongan menurut tempatnya Penggolongan menurut pemakaiannya Penggolongan menurut tujuannya Penggolongan menurut tarafnya Penggolongan menurut pendekatannya
Prosedur: urut-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Teknik penelitian: alat ukur apa yang diperlukan dalam waktu penelitian Metode penelitian: Metode eksperimen → Semu (quast eksperiment) → Sebenarnya (true eksperimental) Metode Sejarah Metode Deskriptif Metode Filsafat
Studi kasus/ penelitian kasus/ Case Study adalah peneltian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik/ khas dari keseluruhan personalitas, subyek penelitian individu, kelompok, lembaga, masyarakat. Penggunaan Logika Dalam Penelitian Logika: pengetahuan tentang kaidah berfikir/ ilmu yang berusaha untuk menarik simpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absal (valid). →Pertimbangan akal/ pikiran yang diutamakan lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa →Dengan logika manusia bernalar Logika: ilmu dan kecakapan menalar dan berfikir dengan tepat asal dari bahasa Yunani: Logos: berarti ucapan, kata pengertian, fikiran dan ilmu. →Logika sering disebut ilmu penalaran Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan.
Penalaran (reasoning) merupakan proses pengambilan simpulan (condusion inference) dari bahan bukti/ petunjuk (evidence) ataupun yang dianggap bahan aktif/ petunjuk. Logika menujukkan cara berfikir yang benar dan lepas dari berbagai prasangka dan emosi serta keyakinan seseorang dan diharapkan bersifat obyektif. Penalaran Induktif dan Deduktif 1). Deduktif → deducese de: dari ducese: menghantar, memimpin deduksi: menghantar dari satu hal ke hal lain Penalaran Deduktif: merupakan suatu proses berfikir (penalaran) yang bertolak dari suatu preposisi yang sudah ada, menuju kepada preposisi baru yang berbentuk konklusi (kesimpulan)
Proses deduksi berlangsung melalui 3 tahapan: Generalisasi sebagai pangkal bertolak Generalisasi yang digunakan diperoleh melalui penghambatan orang lain 2. Penerapan generalisasi pada kejadian tertentu 3. Simpulan deduktif yang berlaku diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika penalaran deduksi dikenal dengan nama Silogisme: sering diartikan sebagai penarikan simpulan secara tidak langsung dengan menggunakan premis sebagai bentuk penalaran formal.
2. Induksi adalah metode pemikiran yang bertolak dari kaidah (hal-hal/ peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang umum. Simpulan induktif selalu berupa generalisasi artinya pernyataan itu meliputi sejumlah besar peristiwa khusus. Banyak generalisasi induktif berdasar fakta tetapi banyak pula yang didasarkan pada asumsi/ andalan: yaitu fakta yang dianggap benar walaupun belum/ tidak dapat dibuktikan. Dengan induksi ini dilakukan pengamatan terhadap sejumlah peristiwa khusus & kemudian mengambil simpulan yang berupa generalisasi yang diperkirakan akan berlaku pada peristiwa sejenis pada masa yang akan datang.
Deduksi baru dapat dilakukan setelah ada induksi Deduksi baru dapat dilakukan setelah ada induksi. Premis berasal dari induksi melalui observasi & pengalaman. Deduksi & Induksi → mana yang lebih penting? Pencatatan fakta-fakta → Induksi → Kesimpulan ↓ Kesimpulan ← Deduktif ← Premis ↑ Hipotesis Pengetahuan bukan hanya mendasarkan pada aktivitas pengumpulan data saja, tidak akan ada pengembangan pengetahuan yang nyata jika hanya dengan pencatatan fakta empirik tanpa hipotesis. →Hipotesis adalah dugaan yang harus dibuktikan kebenarannya.