SUPLEMEN MODUL 10 KEMAMPUAN ADAPTASI JUDUL : TUMBUH DENGAN “AKAR” Pernahkah Anda melakukan introspeksi diri, menelusuri kesalahan-kesalahan yang pernah Anda perbuat? Mengingat-ingat kembali hal-hal apa saja yang –seharusnya- dapat Anda lakukan dengan benar dan berusaha mengembangkan diri menjadi lebih baik? Tapi bagaimana caranya? Melalui sebuah buku ensiklopedi untuk anak, saya menemukan beberapa hal yang mudah-mudahan bisa dijadikan prinsip-prinsip sederhana dalam mengembangkan diri. Salah satu bagian buku ensiklopedi tersebut menjelaskan tentang akar tumbuhan. Beberapa hal inti yang disampaikan buku itu adalah bahwa akar itu tidak memiliki bentuk dan warna yang seindah daun atau bunga, namun ia memiliki peran yang sangat penting. Akar bisa menunjang batang pohon dengan sangat kuat. Akar juga selalu berusaha mencari air dan mineral yang nantinya akan didistribusikan bahkan sampai ke daun. Akar memiliki dorongan mencari air yang sangat kuat, sehingga ia mampu menjebol trotoar untuk mendekati air hidran. Akar juga mampu menyesuaikan dirinya untuk masuk ke celah-celah kecil (mencari air di dalam relung-relung tanah) atau menghadapi kondisi yang berbeda (mengakar pada batu karang di gunung bersalju). Tapi yang sungguh mengagumkan adalah ia bekerja dalam hening dan tidak terlihat dari luar. Lalu, apa hubungannya dengan cita-cita mulia untuk menjadi diri yang lebih baik? Tanpa sengaja, saya menemukan sebuah kebijaksanaan dari akar. Mungkin alam sedang bicara pada saya, sehingga saya dituntun untuk sampai pada sebuah kesimpulan bahwa manusia sebaiknya meneladani akar. Ada hal-hal baik pada akar yang juga baik untuk dimiliki oleh manusia, yaitu AKAR itu sendiri, ANGAN-ANGAN, KONSISTENSI, ADAPTASI dan RENDAH HATI. Sebagai manusia kita bisa tumbuh menjadi diri yang lebih baik dengan memperhatikan AKAR kita. ‘12 Etika Ir. Suprapto M.Si. 1 Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
nasib baik berpihak pada mereka. kualitas ini, kecuali mereka yang mendapat kesuksesan via keberuntungan atau karena nasib baik berpihak pada mereka. Tidak mudah memang menerima kenyataan bahwa kita ini barangkali termasuk populasi yang “tidak beruntung” sehingga harus kerja keras untuk meraih angan-angan, sementara ada populasi lain yang begitu beruntungnya sehingga bisa mendapatkan apa yang diinginkan tanpa harus bersusah payah seperti kita. Tapi apakah masih ada gunanya menggugat hal ini? Bukankah lebih mudah kalau kita memutuskan untuk berusaha secara konsisten daripada menunggu nasib baik? Adaptasi Akar mempunyai kemampuan adaptasi yang sangat hebat. Ia bisa membuat dirinya menjadi sangat kecil untuk masuk ke celah-celah tanah dalam usahanya mencapai sumber air. Akar juga sanggup bekerja di pegunungan bersalju, menancap pada karang dengan sangat kuat untuk melindungi tanaman dari angin. Sejarah manusia sebenarnya sudah membuktikan kemampuan adaptasi manusia yang sangat hebat. Bayangkan, manusia pra sejarah sanggup bertahan hidup melewati masa-masa yang berat penuh dengan binatang buas dan berbagai bencana hingga akhirnya manusia tetap bertahan sampai abad ini. Beberapa ahli menyakini bahwa hal- hal ini bisa dilakukan karena kita mengembangkan kecerdasan secara evolutif. Namun kerap kali kita tidak mau atau tidak mampu melakukan penyesuaian- penyesuaian yang diperlukan untuk mencapai angan-angan kita. Salah satu hal yang kerap menghambat kita dalam melakukan adaptasi adalah asumsi yang kita miliki. Asumsi membuat kita kehilangan kebebasan berpikir yang selalu dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang sedang kita hadapi. Pernah ada sebuah eksperimen terhadap ikan pari yang sangat suka memakan ikan teri kecil-kecil. Pada suatu ketika ikan pari dibiarkan sangat lapar dan ke dalam akuariumnya dimasukkan ikan-ikan teri dalam botol kaca. Ikan pari sangat ingin memakan ikan teri tersebut, namun ia menemukan kenyataan yang menyakitkan bahwa setiap kali ia terbentur dinding botol. Hal ini berlangsung agak lama, hingga akhirnya ia jera. Kemudian ke dalam akuarium yang sama dimasukkan lagi ikan teri tanpa botol dan ‘12 Etika Ir. Suprapto M.Si. 3 Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
JUDUL : BERSAHABAT DENGAN MASALAH If a problem doesn’t kill you, it will make you stronger Seorang kawan mengeluh, ”Pak, saya kok sering kena masalah ya? Padahal saya ini sudah rajin berdoa, selalu positive thinking, tidak pernah bikin susah orang lain, suka menolong orang lain, jujur dalam bekerja, dan nggak neko-neko. Kenapa ya Pak? Apa masalah saya? Saya sudah bosan kena masalah terus.” ”Wah, selamat ya”, balas saya. ”Lho, bagaimana sih Pak Adi ini. Saya punya banyak masalah kok malah diberi selamat. Senang ya Pak kalo lihat orang susah?”, kawan saya balik bertanya dan agak jengkel. “Sabar...sabar... bukan begitu maksud saya. Jangan tersinggung dong”, jawab saya cepat sambil berusaha menenangkan kawan saya ini. Nah, pembaca, apa yang saya tulis di artikel ini merupakan hasil obrolan saya dan kawan saya. Masalah. Setiap orang pasti punya masalah. Setiap hari kita pasti berhadapan dengan masalah. Kita berusan dengan masalah. Kita mendapat masalah. Kita membuat masalah. Kita bahkan bisa jadi sumber masalah. Masalah terbesar adalah kalau kita tidak tahu bahwa masalah kita adalah kita merasa tidak punya masalah. Pembaca, waktu anda mengalami masalah, bagaimana reaksi anda? Apakah anda marah? Jengkel? Sakit hati? Frustrasi? Takut? Menyalahkan diri sendiri? Atau anda cenderung untuk menyalahkan orang lain? Anda mungkin bertanya-tanya mengapa saya menggunakan judul ” Bersahabat Dengan Masalah”. Apa nggak salah, nih? Kita kok diminta bersahabat dengan masalah? Benar. ”Masalah” sebenarnya adalah hal yang sangat positif. Mari kita bahas terlebih dahulu makna di balik kata ”masalah”. Masalah, yang dalam bahasa Inggris adalah ”problem”, ternyata mempunyai akar kata yang maknanya sangat berbeda dengan yang kita pahami selama ini. ‘12 Etika Ir. Suprapto M.Si. 5 Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id