Sosialisme dan Komunisme By: Christina Tityanda Putri 135030100111026
SOSIALISME Sosialisme adalah sistem sosial dan ekonomi yang ditandai dengan kepemilikan sosial dari alat-alat produksi dan manajemen koperasi ekonomi; Sosialisme mencakup gerakan (politik) yang mengarah pada pembentukan sistem tersebut, misal demo, mogok, dll. Muncul sejak awal abad ke-19 sebagai protes terhadap kapitalisme.
Komunisme Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis. Komunisme sebagai anti-kapitalisme Kiri sosialis (Anthony Giddens-jalur tengah), kanan kapitalis menggunakan sistem partai komunis sebagai alat pengambilalihan kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal pada individu. Sumber pemikiran: Karl Marx dan Friedrich Engels
Marxisme Marxisme merupakan dasar pemikiran teori komunisme modern Marxisme adalah filsafat perjuangan kelas buruh untuk menumbangkan kapitalisme Kekuatan partai berdasarkan basis massa (organisasi buruh, petani, nelayan dll)
Leninisme Paham yang dikembangkan dan dinamai berdasarkan nama pemimpin Revolusi Rusia, Vladimir Lenin (1870–1924) Pengembangan Marxisme oleh Lenin. Kekuatan partai harus tersentralisasi
Marxisme vs. Leninisme Marxisme Leninisme Basis kekuatan partai Organisasi massa Tersentralisasi Metode revolusi Menungunggu feodal ditumbangkan borjuis, kemudian borjuis ditumbangkan buruh. Langsung ditujukan untuk menumbangkang feodal dan borjuis Tumbangnya kapitalisme Tumbang dengan sendirinya akibat overload produksi Ditumbangkan partai Sifat perjuangan Pasif Aktif (Ofensif)
Diantara sekian banyak pakar sosialis, pandangan Karl Heindrich Marx (1818-1883) dianggap paling berpengaruh. Teori-teorinya tidak hanya didasarkan atas pandangan ekonomi saja, tetapi juga melibatkan moral, etika, sosial, politik, sejarah, falsafah dsb.Suatu hal yang agak istimewa dari teori marx, hampir seluruh pandangan marx diliputi oleh konflik.
A. KECAMAN MARX TERHADAP SISTEM KAPITALIS Karl Marx sangat benci dgn sistem perekonomian liberal yg digagas oleh Adam Smith. Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Hal itu karena sistem liberal tersebut tidak perduli tentang masalah kepincangan dan kesenjangan sosial. Dari segi Sosiologi, Marx melihat adanya sumber konflik antar kelas, yaitu para pemilik modal yang menguasai kapital yang kaya raya dilain pihak ada sekelompok orang Lainnya yaitu kaum buruh sebagai kelas proletar (kaum buruh) yang sangat miskin menduduki posisi kelas bawah.
F. PERBEDAAN SOSIALISME DAN KOMUNISME MENURUT MARX Perbedaan diantara kedua fase tersebut dapat dilihat dari : Produktivitas Dalam fase sosialisme, produktivitas masih rendah dan kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup. Dalam fase komunisme penuh, produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi sudah diproduksi secara cukup. Hakikat manusia sebagai produsen Dalam fase sosialisme manusia belum cukup menyesuaikan diri sehingga menjadikan kerja sebagai hakikat dan masih mementingkan insentif materi untuk bekerja. Pada tahap komunisme penuh, kerja sudah menjadi hakikat. Manusia bekerja dgn penuh kegembiraan, sukacita. Semua pekerjaan dilakukan dgn sukarela, dgn efisien, tanpa terlalu mengharapkan insentif langsung seperti upah, yg hanya merupakan produk sampingan dari kerja. Pembagian pendapatan. Dalam fase sosialisme berlaku prinsip, from each according to his ability, to each according to his labor. Dalam fase komunisme penuh prinsipnya, from each according to his ability, to each according to his needs.
Pada tahap komunisme penuh. Bahkan, uang tidak perlu lagi digunakan. Dalam tahap komunisme penuh tidak ada lagi soal kelangkaan, juga tidak ada lagi kelas-kelas masyarakat, pengisapan dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya.
Sosialisme Sosialisme dilihat sebagi reaksi atas ketidakberesan dalam masyarakat yang disebabkan oleh liberalisme. Kekuatan Sosialisme : Milik selalu mempunyai fungsi sosial dan tidak pernah boleh dibatasi pada kepenting pribadi saja. Kelemahan Sosialisme : Jika barang dimiliki bersama, tanggung jawab kurang dirasakan, barang yang kita miliki sendiri akan dirawat dan dipelihara agar tetap dalam keadaan baik.
Sementara di negara-negara dunia ketiga dimana tingkat kegiatan praksis sosialisme lebih berjalan, Marxisme masih menjadi ideologi dasar dan terutama bagi mereka yang baru saja lepas dari kungkungan rezim otoriter militeristik dimana Marxisme masih memukau seperti ‘menemukan air ditengah dahaga ideologi’ dengan teori-teori pembebasannya. Harus diakui bahwa hampir satu abad Marxisme memberi kontribusi baik maupun buruk yang tak terhingga kepada dunia. Marxisme memberi peringatan kepada kita tentang bahaya kapitalisme industri dan menyadarkan kita tentang pentingnya kebersamaan manusia secara kolektif.
Meski demikian, Marxisme gagal untuk membuktikan teori-teorinya dan gagal pula didalam tingkatan yang lebih kongkret. Bubarnya Uni Sovyet, yang dikatakan masih berada dalam fase sosialis menuju masyarakat komunis adalah kegagalan Marxisme pada tingkatan tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa Marxisme gagal baik secara teori maupun prakteknya. Kegagalan teoritis Marxisme yang pertama adalah tentang teori nilai lebih. Marx menafisrkan kapitalisme dengan teori lebih kerja sebagai suatu sistem eksploitasi kelas buruh oleh kaum kapitalis. Kaum kapitalis menyimpan bagi dirinya sendiri nilai lebih itu yang dihasilkan oleh kaum pekerja.
pemahaman yang dilanjutkan oleh Lenin dan Stalin telah berubah menjadi suatu kolektivisme sempit. Produksi barang material tidak lagi diarahkan kepada peningkatan keberadaan personal, melainkan kepada pertumbuhan kekuasaan kolektif tersebut. Bukti paling kongkret dari kegagalan diatas adalah bubarnya negara Uni Sovyet yang selama 70 tahun lebih memakan korban jutaan warganya. Prinsip sosialisme sebagai kebersamaan sangatlah penting, meski demikian kita juga tidak bisa mengingkari hak hak azasi yang paling pribadi sebagai manusia dalam kerangka nilai etis. Fase kediktaturan proletarian yang sama otoriternya dengan fasisme jelas tidak bisa diterima bahkan oleh warganya sekalipun.
Sosialisme gagal karena harus mengakui keunggulan sistem ekonomi pasar bebas. Situasi akhir abad 20, yang berlaku untuk sosialisme berlaku juga untuk liberalisme. Tidak ada sama rasa sama rata, segala sesuatu tidak bisa disamakan Jika semua disamakan, dalam praktik sulit tercipta Tidak mungkin ada masyarakat tanpa konflik, sehingga gagal dalam negara Tidak ada pemimpin (ogaliter), hal ini tidak mungkin sehingga terbentuk masyarakat sosialisme Konflik et permet -> euthopia(dunia mimpi) Masyarakat tidak mungkin bisa disetting dan tidak ada manusia jenuh konflik Seluruh jaminan sosial, direncanakan dan diselenggarkan oleh negara.
SOLUSI Belajar dari China Membuat teori baru jalur tengah dilahirkan teori baru Teori kontemporer