Berna Elya, Katrin Endang Hanani, Abdul Mun’im Farmakognosi Berna Elya, Katrin Endang Hanani, Abdul Mun’im
Scope/Ruang lingkup Farmakognosi Pengertian Simplisia Definisi & Tata nama Simplisia Chapter 2 Buku Pharmacognosi, 15 ed., Trease and Evans http://blogkita.info/tag/simplisia/. Materia Medika Indonesia Jilid 6, 1995, hal X
Farmakognosi Asal kata: Pharmacon: Bahan obat yang berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral Gnosis: Ilmu Pengertian Farmakognosi Scope/Ruang lingkup Farmakognosi Chapter 2 Buku Pharmacognosi, 15 ed., Trease and Evans Pengertian Simplisia Materia Medika Indonesia Jilid 6 http://id.wikipedia.org/wiki/Farmakognosi. http://blogkita.info/tag/simplisia/.
Literature EDWARD P. CLAUS, PHARMACOGNOSY VI ED; LEA & FEBIGER PHILADELPHIA, 1970 TYLER. V,E. ETAL, PHARMACOGNOSY, 9th ED; LEA & FEBIGER PHILADELPHIA, 1988 TREASE AND EVANS, PHARMACOGNOSY, 15th ED; W,B, SAUNDERS PHILADELPHIA, 2002 MATERIA MEDIKA INDONESIA, DEPKES R.I. YOUNGKEN, ATEXTBOOK OF PHARMACOGNOSY, 4th ED. FARMAKOPE INDONESIA, DEPKES R.I
Definisi Farmakognosi Berasal dari perkataan latin Pharmacon : obat Gnosis : pengetahuan Jadi Pharmacognosi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki bahan–bahan baik berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan dan juga beberapa mineral yang mempunyai khasiat sebagai obat.
SEJARAH Berkembang dari peradaban kuno digunakan bagian dari tumbuh-tumbuhan dan hewan untuk penyembuhan, dari mantera, ilmu sihir, dan berkembang terus sebagai resep rahasia yang tak tertulis . Berkembang terus dari zaman ke zaman berdasarkan pengalaman (empiris) sampai sekarang di kenal theraputik agents. Pelajaran farmakognosi sekarang tidak berdasarkan tukang sihir/mistik melainkan suatu spesialisasi dari ilmu pendidikan farmasi.
Dalam sejarah obat-obatan terkenal nama-nama: Hippocrates (460–370 SM) sebagai Bapak pengobatan dan banyak karangannya mengenai anatomi, fisiologi manusia. Aristotle (370–322 SM) murid Plato, berusaha memisahkan tahayul dari kenyataan dalam tulisannya mengenai dunia hewan. Theophrastus (370–287 SM) murid Aristotle mengenai dunia tanaman. Dioscorides seorang dokter Yunani (78 SM) menulis “ De Materia Medica “. Di dalamnya di tulis 600 tumbuh-tumbuhan yang mengandung obat. Hal ini sangat menakjubkan dan penting bagi pengobatan modern.
Galen (131–200 M) seorang dokter dan juga farmasis Yunani menulis tentang cara-cara penyediaan dari bahan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagai penghormatan atas jasa-jasany penyelidikannya disebut Galenika. Dari sini ilmu farmasi di mulai dan di pisahkan dari tugas dokter. Dokter mendiagnosa dan menulis obat-obat farmasis/apoteker mengkoleksi, menyediakan dan mencampur bahan-bahan obat. C. A Seydler (1815) Pharmacognosy mulai di kembangkan oleh Seydler. Pharmacognosi memegang peranan penting sebagai penghubung antara farmakologi, kimia farmasi, farmasetika.
RUANG LINGKUP Dalam arti yang luas farmakognosi meliputi : Sejarah Perdagangan Penyebaran Identifikasi Kultivasi Evaluasi Koleksi Pengawetan Seleksi Pemakaian Preparasi Isi zat berkhasiat dan khasiatnya Isolasi, sintesa zat yang berkhasiat yang terdapat dalam tumbuhan dan cara isolasi berdasarkan darimana zat berkhasiat lebih mendalam di pelajari dalam fitokimia.
Hubungan dengan ilmu lain Farmakognosi – metode untuk identifikasi, evaluasi. Fitokimia – isolasi, sintesa. Farmakologi – Farmakognosi – kimia farmasi. Farmasetika – farmakognosi – farmasi klinik.
Perkembangan Obat Modern Tidak dapat dipisahkan dari tanaman Obat Th 1513 Tanaman Cinchona Th 1638 bagian kulit dapat digunakan sebagai obat panas (Peru) Th 1805 masuklah tanaman Cinchona ledgeriana dibawa oleh Charles Ledger ke Indonesia. Pda perang dunia ke 2, kebutuhan dunia (90 %) dari Jawa 1834 Pelletier (Prancis)berhasil mengisolasi kuinin 1930 dengan makin berkurangnya perkebunan kina di Indonesia, diupayakan sintesis obat malaria lain yang berbasis pada struktur dasar kinin diperoleh kloroquine, primaquine dan mefloquine (inti 8-aminokinolin) mepakrine (quinakrine) merupakan turunan akridin yang tidak berkhasiat terhadap malaria
Morfin, Papaferin getah buah Papaver somniferum, digunakan sebagai analgetik Digoksin Digitalis purpurea sbg obat jantung Kinin Chincona spp. sbg obat malaria Coffein Coffea arabica, Thea sinensis sebagai stimulant Atropin Atropa belladonna untuk obat mata Efedrin Ephedra sinica untuk pengobatan gangguan pernafasan, Ergomentrin Claviceps purpurea untuk pengobatan pada proses melahirkan.
Proses penemuan senyawa obat dari tanaman : proses yang cukup panjang, melalui 1.Etnofarmakologi, (adanya informasi-informasi penggunaan suatu tumbuhan untuk pengobatan suatu penyakit) 2. Diikuti dengan percobaan eksperimental untuk membuktikan khasiat/ aktifitas biologi 3. Isolasi dan beberapa tahap fraksinasi yang diiiringi dengan monitoring khasiat sehingga diperoleh senyawa murni 4. Elusidasi struktur guna menentukan struktur molekul. 5.Tahap selanjutnya adalah uji khasiat hasil isolasi 6. Mencari formula :suatu bentuk sediaan farmasi yang dapat diterima oleh konsumen. Upaya lain yaitu dengan melakukan sintesis beserta modofikasi-modifikasi molekul untuk memperoleh senyawa obat tersebut, ataupun senyawa lain yang serupa yang kemungkinan mempunyai khasiat lebih potensial dan efek samping yang lebih sedikit.
Artemisia annua (Asteraceae) Tanaman yang tumbuh di China, mengandung Artemisinin, berkhasiat terhadap plasmodium falcifarum (penyebab penyakit malaria) termasuk yang sudah resisten terhadap kinin klorokuin. Telah sekitar 400 tahun rakyat china meggunakan tanaman ini sebagai obat penyakit malaria tetapi baru pada tahun 1971 diisolasi senyawa aktifnya. Dalam bentuk turunan eter, yaitu artemeter dan arteeter mempunyai sifat larut dalam minyak yang dapat dibuat sediaan injeksi dan peroral. Dalam tubuh semua turunan artemisinin dimetabolisme menjadi dihidroartemisinin yang lebih potensial daripada artemisinin. Artemisinin juga aktif terhadap bentuk gametosis dari parasit malaria, sehingga senyawa ini juga dapat mengurangi penularan penyakit malaria.
Perlu diketahui bahwa artemisinin mempunyai efek samping embriotoksik sehingga tidak direkomendasikan untuk pasien hamil. Artemisinin telah dicoba dibuat secara sintesis (dari 1,2,4 trioksane) tetapi prosesnya amat kompleks dan tidak ekonomis, sehingga masih lebih menguntungkan dengan melakukan ekstraksi dari tanaman asal yang telah dibudidayakan sehingga kadar artemisinin mencapai 2% (tanaman liar hanya mengandung artemisinin 0,06-0.5%) dan apabila panen dilakukan pada waktu yang tepat yaitu saat tanaman mulai bunga selesai mekar
Taxus brevifolia Kulit batangnya terdapat senyawa taxol. Tanaman ini merupakan sejenis cemara yang tumbuh di Canada dan beberapa daerah di Amerika. Pertumbuhan tanaman ini sangat lambat, dapat dipanen setelah berumur lebih kurang 100 tahun (diameter batang mencapai 25 cm) dengan kadar sekitar 0,01-0,02%.
Guna memperoleh 1 gram taxol diperlukan 3 batang pohon yang berumur 100 tahun, apabila panen (pada saat yang tepat yaitu pada bulan Mei-Agustus). Untuk memperoleh 1 kg taxol diperlukan 9000 kg kulit batang dari sekitar 2000-3000 pohon. Jumlah taxol yang diperlukan untuk pengobatan sebanyak 100-200 kg per tahun. Guna memenuhi kebutuhan tersebut dicoba beberapa cara menggunakan taxol : Semi sintetik yaitu dengan mengubah senyawa lain yang terdapat dalam daun tanaman taxus sp. dengan kadar yang lebih banyak, yaitu baccatin III (0,2%) atau 10-deacetylbaccatin III ditransformasi menjadi taxol.
Semi sintetik dari geranylgeranyl diphospat (GGPP) yang umum terdapat dalam tanaman dengan berbagai reaksi antara lain siklisasi, oksigenasi, dan esterifikasi. Biotransformasi menggunakan jamur Taxomyces adreanae yang berhasil diisolasi dari kulit batang Taxus brevifolia atau Pestalotiopsis microspora hasil isolasi dari Taxus wallachiana. Taxol digunakan untuk pengobatan penyakit kanker rahim, payudara.
Perkembangan obat herbal Indonesia Beberapa publikasi tanaman obat antara lain De Indiae Utriusquere Naturalis et Medika (1665), Herbarium Amboinense (1741), Jamu asli Indonesia (1940), Apotik Hijau (1980), Materia Medika I – VI, Tanaman obat keluarga sampai pada Fitofarmaka (2005). Farmakope Herbal Indonesia (2009)
Penduduk Indonesia ± 200 juta jiwa, merupakan unsur yang sangat potensial untuk obat herbal. Budaya bangsa Indonesia untuk mengkonsumsi jamu guna pemeliharaan kesehatan merupakan salah satu penunjang perkembangan obat herbal. Presiden RI mencanangkan Tahun ini merupakan Tahun Kebangkitan Jamu (2008) Umumnya Tujuan masyarakat menggunakan tanaman obat untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat, mencegah maupun menyembuhkan penyakit, memulihkan kondisi tubuh (rehabilitatif). Tidak dapat dipungkiri penggunaan obat herbal di Indonesia merupakan bagian dari budaya Indonesia, dan makin lama makin berkembang, meskipun umumnya efektivitas dan keamanannya belum banyak didukung oleh penelitian yang memadai.
Faktor yang mendorong masyarakat Indonesia menggunakan obat Herbal Efek samping yang lebih kecil Ketidakpuasan terhadap obat modern, Timbulnya kesadaran akan gaya hidup sehat yang lebih cenderung pada unsur pencegahan dan harga relative lebih murah, Persepsi masyarakat bahwa karena berasal dari bahan alam, maka obat tradisional itu aman perlu diluruskan.
Di Indonesia terdapat 1046 industri di bidang obat tradisional yang terdiri dari 129 industri obat tradisional (IOT) dan 917 industri kecil obat tradisional (IKOT), namun dari keseluruhan industri tersebut baru 12 industri yang telah memperoleh sertifikasi cara pembuatan obat tradisional yang benar (CPOTB) : 11 IOT dan 1 IKOT Sedangkan sebagian IKOT adalah industri rumah tangga yang dikelola secara sederhana termasuk alat-alat yang digunakan tanpa memperhatikan produk yang dihasilkan dilihat dari segi mutu, keamanan dan khasiat,
Dalam Industri obat herbal ada 3 pihak yang terkait erat :petani, industri dan konsumen. Peran petani sangat menentukan untuk menghasilkan suatu simplisia yang memenuhi standar mutu sebagai bahan baku. Mengingat bahwa kandungan kimia aktif dalam tanaman dipengaruhi oleh faktor eksternal (tempat tumbuh meliputi: tanah, suhu, iklim, cuaca panen dan pasca panen) dan internal.
SIMPLISIA (MMI) DEFINISI : Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
1. SIMPLISIA NABATI Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu (disengaja) di keluarkan dari selnya, atau zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu di pisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Contoh : Folium, Herba, Flos, Cortex, Radix, Lignum, Fructus, Semen. Eksudat: Gummi arabicum, tragacan
2. SIMPLISIA HEWANI Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Contoh : hormon, enzym, tulang dan lain-lain. 3. SIMPLISIA PELIKAN (MINERAL) Simplisia pelikan (mineral) ialah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Contoh : CaCO3, kaolin .
Tata Nama Simplisia Nama latin Simplisia ditetapkan dengan menyebut nama Marga (Genus), atau nama Species (Jenis) atau petunjuk lain dari Tanaman Asal, diikuti bagian tanaman yang dipergunakan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk simpisia nabati yang diperoleh dari beberapa macam tanaman yang berbeda marganya maupun untuk eksudat tanaman Nama latin simplisia hewani dan pelikan ditetapkan dengan menyebut nama latin yang paling umum bagi simplisia Nama Indonesia: untuk semua jenis simplisia di tulis dengan mentebutkan nama daerah yang paling lazim. Bagian yang digunakan disebut sebelum nama simplisia tersebut (di depan)
Tata nama Simplisia Nama latin :Orthosiphonis stamineus Bagian yang digunakan: Daun Latin Simplisia: Indonesia: Daun Kumis kucing Orthosiphonis Folium
Nama latin : Curcuma xanthorrhiza Bagian yang digunakan: Rimpang Latin Simplisia: Indonesia: Rimpang Temulawak Nama latin : Areca catecu Bagian yang digunakan: biji Indonesia: biji pinang Curcumae Rhizoma Arecae semen
Nama latin : Caesalpinia sappan Bagian yang digunakan: Kayu Latin Simplisia: Indonesia: Kayu secang Nama latin : Chinchona succirubra Bagian yang digunakan: kulit kina Indonesia: Kulit kina Sappan Lignum Chinae Cortex
Nama latin tan. Bag. Yg digunakan Latin simplisia Indonesia Abrus precatorius Daun Abri Folium Daun Saga Curcuma domestica Rimpang Curcumee domesticae Rhizoma Rimpang kunyit Chincona Succirubra Kulit batang Chinconae Cortex Kulit Kina Chinae Cortex Piper nigrum Biji Piperis nigri Semen Lada hitam Rosa gallica Bunga Rosae Flos Bunga mawar
Tumbuhan: - Radix = Akar - Fructus = Buah - Cortex = Kulit - Semen = Biji - Lignum = Kayu - Herba = Seluruh bagian tumbuhan - Flos = bunga - Caulis = Batang Hewan; Hormon, enzim Mineral : CaCO3, Kaolin
Simplisia tanaman makroskopis dan mikroskopis Makroskopis: Morfologi Tanaman Mikroskopis: Anatomi Tanaman Morfologi Tanaman: . Folium: bagian-bagian daun (petiolus, lamina dan vagina) Bentuk/bangun daun (Apex folii, Basis folii, nervatio, margo folii, warna, permukaan, daun majemuk atau tunggal) Caulis: bentuk permukaan, Radix: monokotyledonae atau dikotyledonae Metamorfosis akar, batang dan daun (Rhizome, tuber, bulbus) Fructus: ( buah semu, buah sejati) Semen
Simplisia untuk Perdagangan Meliputi : . Cara pengambilan simplisia (panen) Cara pengeringan Cara pengawetan Cara penyimpanan dll
Tekhnik Penyiapan Simplisia untuk Perdagangan TEKNOLOGI PENYIAPAN SIMPLISIA doc.pdf Pharmacognosy, 1962, Claus P Edward : Chapter 1, p. 9-38
Tekhnik Penyiapan Simplisia untuk Perdagangan Pengambilan Simplisia (Panen) Pengambilan simplisia sangat penting Zat berkhasiat Tehnik pengumpulan simplisia (Good Collection Practise) http://balittro.litbang.deptan.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=75
Zat berkhasiat tersebut paling banyak yang paling penting yaitu musim dan umur apakah pagi atau sore dsb. Secara jelas untuk bahan obat/ simplek, panen dapat pula diartikan pengumpulan. Beberapa simplisia dapat dikumpulkan > sembarangan dari tumbuhan liar tanpa keahlian, misalnya Ipecae Radix. > Cara yang kedua yaitu cara panen yang memerlukan keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan dan biasanya dari tanaman yang penanamannya teratur di kebun-kebun atau tanaman yang di kultivasikan. Contohnya : yang memerlukan keahlian yang berdasarkan ilmu pengetahuan ialah Digitalis Folium, Belladonna Folium dan Chinae Cortex. Di Eropa diadakan research-research khusus mengenai penyebaran, kultivasi, panen, pengeringan, dan penyimpanan simplisia.
Cara pengumpulan bagian-bagian tanaman yang di pergunakan sebagai bahan obat sebagai berikut : Daun : dipanen waktu proses fotosintesis masih aktif, yaitu pada waktu hampir berbunga Bunga : diambil dan dikumpulkan sesaat setelah terjadi penyerbukan/pembuahan. Kadang-kadang diambil pada waktu bunga belum mekar. Untuk yang mengandung minyak atsiri sebaiknya di panen sebelum mekar Herba : diambil ketika tumbuhan sedang mencapai tumbuh optimum. Lebih baik lagi kalau tumbuhan sedang berbunga. Buah : sebaiknya dilakukan sebelum buah masak benar. Umumnya yang diambil dari buah ini adalah biji. Contoh yang diambil sebelum masak yaitu lateks, daging buah. Yang di ambil dari buah yang sudah masak benar contohnya Formiculi Fructus, kopi coklat dll.
Biji : di ambil kalau buah masak benar. Rhizoma-Radix : diambil setelah selesai proses vegetatif. Pada tumbuhan terdapat zat penumbuh yaitu auxin. Jika pertumbuhan telah selesai berarti tumbuhan sudah cukup tua. Pada zingiberaceae umumnya di anggap cukup tua bila umurnya kurang lebih setahun / 8 bulan. Rhizoma sangat penting karena kalau di ambil sudah tua/kering : kadar amylumnya tinggi, kadar minyak atsiri tinggi, kadar air rendah. Sebagai tanda dimana rhizome dapat diambil baik: daun-daun sudah layu dan kering. Cortex : diambil bila tumbuhan sudah cukup besar umumnya zat berkhasiat terdapat dalam serat terutama alkaloid. Lignum : diambil dari batang pohon yang sudah tua. Zat-zat yang di ambil dari lignum antara lain : Zat warna misalnya : Santali Lignum, Santalini Lignum, Sasafras Lignum, Quassiae Lignum, glikosida → makin tua makin tinggi.
Sebelum dikeringkan perlu di perhatikan : Pengotoran perlu dibersihkan, pada pengumpulan pengotoran organ-organ lain harus dihilangkan sesuai dengan syarat-syarat pengotoran suatu simplek yang di cantumkan dalam monografi farmakope/MMI. Contohnya : Daun tidak boleh lebih dari sekian prosen pengotoran gagang/tangkai atau zat organik asing. Untuk Rhizoma dan Radix syarat pengotoran yang di perbolehkan sampai sekian % adalah pengotoran dari bagian tanaman sebelah atas tanah.Organ dibawah tanah harus bebas tanah, misalnya dengan cara waktu panen tanaman digoyangkan sebelum di keringkan. Rhizoma yang bercacing harus di buang. Akar-akar yang kecil harus di potong. Sebelum di keringkan harus di iris-iris, Biji yang berasal dari buah berlendir harus di cuci dulu.
CARA PANEN Ada beberapa macam : Dengan tangan Secara mekanik Dengan tangan : contohnya Digitalis Folium, Nicotianae Folium, karena harus dipetik secara teliti untuk mendapatkan alkaloid yang tertinggi dan ini berdasarkan pengalaman. Tidak dilakukan secara mekanik walaupun lebih ekonomis. Secara mekanik : contohnya untuk simplisia yang mengandung minyak atsiri, tapi harus diperhatikan misalnya pisaunya, kulit batang biasanya dipanen dengan pisau tertentu pula.
Penanganan Pasca Panen harus diperhatikan karena dengan penanganan yang salah akan berakibat terhadap kandungan kimia tanaman. Harus dipahami betul kapan melakukan panen, bagaimana cara pengeringan suatu simplisia, mengingat kandungan kimia mempunyai sifat yang berbeda-beda, misalnya mudah menguap, tidak tahan panas. Enzim-enzim dalam tanaman masih dapat terus bekerja, yang kemungkinan akan mengubah kandungan kimia aktif menjadi kandungan yang tidak aktif atau bahkan menjadi senyawa yang toksik. Sampai saat ini mutu simplisia umumnya kurang memadai persyaratan yang diperlukan, karena penanganan pasca panen kurang tepat dan masih terbatasnya IPTEK serta lemahnya kualitas sumber daya petani tumbuhan obat. Tidak jarang terjadi problem di lapangan antara lain tentang pengumpulan dari sumber dan kualitas yang berbeda, kelangkaan suplai, penanganan pasca panen, proses pengeringan dan kontaminasi, kandungan logam berat, dll
Guna menjamin keamanan mutu dan khasiat (safety, quality, efficacy) obat bahan alam, harus dilakukan standarisasi meliputi standarisasi bahan baku (Simplisia dan Ekstrak yang meliputi: kadar air, kadr abu, residu pelarut, residu pestisida, kontaminasi mikroba, cemaran logam berat, aflatoksin dan campuran dengan simplisia lain, kandungan kimia dari suatu simplisia), produk, proses dan metodologi. Kita semua paham: Indonesia mempunyai kekayaan bahan alam luar biasa, tetapi lemah dalam : - Pemanfaatan yang berkesinambungan - Penyediaan dalam jumlah memadai, - Standarisasi yang terkait dengan kualitas, keamanan dan khasiat.
Pengeringan Tujuan Pengeringan: Untuk membantu pengawetan bahan. Untuk mengurangi volume berat bahan. Untuk mempermudah pembuatan, bentuk-bentuk yang umum digunakan dalam perdagangan. Untuk mencegah reaksi enzymatik Untuk mencegah perubahan-perubahan kimiawi
Apa yang dimaksud dengan kering dari simplek : simplek masih mengandung kadar air tertentu misal Digitalis Folium kering, masih mengandung air < 5 %. Kadar air di perlukan terutama dalam pengolahan simplisia, baik secara langsung sebagai obat atau sebagai bahan obat. Kadar air di perlukan untuk menghitung simplisia segar yang harus di ambil untuk membuat sediaan . Misalnya untuk pembuatan infus/dekok dari simplisia kering. Berapa yang harus diambil dari simplisia segar. Ini dapat di perhitungkan.
CARA PENGERINGAN Secara alami : dengan sinar matahari. Secara buatan : - Penaikan suhu - Pengurangan tekanan - Vakum. Secara kimia : dengan menggunakan zat pengering. Secara fisik : dengan sinar I.R dan cara gelombang radiasi. Secara alami Matahari langsung Tidak langsung : - terbuka - bangsal ditutup
Contoh : Langsung : di udara terbuka pada cuaca baik untuk : Caryophylli Flos Cinnamomi Cortex , Cardamomi Fructus Tapi suatu pengeringan pada malam hari atau cuaca lembab maka pengeringan dilakukan pada bangsal tertutup atau dengan memberi penutup di atas bahan yang di keringkan. Tidak langsung Pengeringan tanpa pemanasan buatan sebaiknya dilakukan dalam bangsal-bangsal kecuali : Mentha piperitae Folium : mula-mula pengeringan dilakukan di ladang-ladang. Bunga dan buah dapat pula digunakan tempat dalam bangsal yang dasarnya berupa anyaman kayu yang kemudian dialasi dengan kertas penyerap (koran).
Pengeringan dengan panas buatan lebih cepat dan sesuai untuk tempat dalam udara dingin daripada udara terbuka. Untuk bahan obat yang dikeringkan dalam jumlah sangat sedikit sangat sesuai bila dikeringkan menggunakan ruang vakum dengan suhu serendah mungkin. Dengan menaikkan suhu : 400-600C tanpa pengurangan tekanan : menggunakan lemari pengering. Contoh : untuk simplisia tahan panas (termostabil). Dengan pengurangan tekanan (vakum) : untuk simplisia mengandung minyak atsiri. Dan sering di bolak-balik, agar semua bagian rata. Kering sudah cukup bila daun diremas cukup rapuh. Cara pengeringan di daerah dingin, tropis, dan subtropis berlainan.
Kimia (dengan penambahan zat-zat pengering) untuk bahan-bahan termolabil. Contoh-contoh cara pengeringan : Bunga, daun : harus hati-hati dan secepat mungkin pada suhu cukup rendah (400-600C), karena umumnya mengandung minyak atsiri, warna akan tetap, bau tidak hilang. Rhizoma – Radix : Radix dan rhizoma yang besar diiris membujur/ melintang dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan Harus diperhatikan > bila kurang hati-hati akan ditumbuhi jamur, maka harus sering di aduk dan di bolak-balik. > mengetahui pengeringan di bagian padat harus dipatahkan, di potong dan di tengah harus kering.
- Cortex Biasanya dengan sinar matahari langsung/di tempat teduh. Sesudah di keringkan harus langsung di simpan di tempat yang tertutup. Kulit kina mengandung alkaloid, kina yang mudah rusak bila lembap, maka di keringkan dengan cara buatan - Pengeringan buah dan biji Umumnya di panaskan dengan sinar matahari langsung/dengan penteduhan. Untuk vanili di perlukan pengeringan yang khusus. Proses pengeringan “fermentasi” dimana zat di ubah menjadi wangi.
Hal-hal yang perlu di perhatikan pada waktu pengeringan : Bila enzym dalam simplek di perlukan maka pengeringan di lakukan perlahan-lahan, misal pada : Vanilae Fructus Cacao Semen Gentionae Radix Bila enzym-enzym tidak di perlukan maka pengeringan di lakukan segera setelah panen. Bahan-bahan yang mengandung minyak atsiri harus di jaga agar aromanya tidak hilang – segera di suling untuk di ambil minyak atsirinya. yang mengandung air dalam jumlah banyak/menyebabkan tumbuh dan berkembangnya jamur, maka sangat mungkin alat-alat pengering dekat dengan tempat panen.
PENGAWETAN Tujuan utama pengawetan simplisia adalah untuk : Mencegah agar simplisia tidak rusak (kandungan kimia tidak rusak). Untuk mencegah terjadinya reaksi-reaksi terutama Reaksi enzymatis pada waktu simplek tidak di simpan yang yang dapat menyebabkan : Kadar zat aktif turun. Mengurangi mutu morfologis simplek tersebut. Merusak sama sekali kadar-kadar mutu simplek. Reaksi biokimia. Mencegah pembusukan akibat berkembangnya bakteri dan jamur.
Cara Pengawetan Dengan pengeringan (menghilangkan/mengurangi kadar air) Alasan : Adanya air merupakan : Medium yang baik untuk reaksi biokimia, reaksi enzymatik – telah terbukti bahwa kadar air di bawah 5% dalam suatu simplisia akan menyebabkan aktivitas enzymatik terhenti karena kadar air di bawah 5% terlalu rendah untuk reaksi enzymatik. Adanya air merupakan media baik untuk tumbuh jamur atau bakteri. Akibatnya : bahan rusak, beracun.
Cara menghilangkan/mengurangi kadar air : Penjemuran langsung di udara. Tidak langsung kena sinar matahari Dengan panas buatan Cara lain : Dengan menambahkan zat yg bersifat fungisida dan bakterisida pH yang rendah 2,5-4,5 ; misal menggunakan metil bromida. Adanya tannin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Stabilisasi dengan pemanasan Perusakan enzym dalam bahan obat dapat di hilangkan dengan pemanasan → hanya dapat di lakukan untuk simplisia yang konstituen aktifnya termostabil. Caranya : Pemanasan pada suhu 800C Protein akan terendapkan dan enzym-enzym jadi tidak aktif. Pemanasan dalam air mendidih/dengan uap air
Bahan obat di masukkan dalam air mendidih sedikit-sedikit Bahan obat di masukkan dalam air mendidih sedikit-sedikit. Suhu selama pemanasan simplisia di jaga terus agar tidak berkurang dari titik didih. Pemanasan selama 30 menit, cukup untuk menghancurkan enzym secara sempurna. Selain itu di ketahui tanaman-tanaman tertentumengandung asam-asam organik yang menyebabkan terhidrolisannya glukosida-glukosida atau alkaloid ester. Untuk mencegah terhidrolisannya zat-zat tersebut, pada pemanasan dengan air mendidih/uap air, ditambahkan CaCO3 untuk menetralkan asam-asam organik tersebut. Pemanasan dengan etanol (ethyl alkohol) dengan tekanan lebih kurang dari 1 atm.
PENYIMPANAN DAN PENGEPAKAN cara penyimpanan suatu bahan obat tidak ada suatu keistimewaan. Tempat penyimpanan : tempat/gudang, dingin, di aliri udara kering. Untuk jumlah sedikit : dalam wadah tertutup rapat dan tahan sinar yang terbuat dari gelas, kaleng timah, gelas coklat dll, suhu rendah (biologi 2-80C). Bila di simpan dalam kotak kayu dan kantong kertas – akan mengabsorbsi kembali uap air udara 10-12% (>12%) yang di sebut kekeringan udara karena uap airnya di serap simplek. → selain itu akan di rusak oleh serangga, tikus, bau simplisia akan campur aduk.
Pengepakan - Bentuk dalam perdagangan. - Melindungi bahan. - Tidak banyak makan tempat. Tujuan pengepakan : Untuk melindungi terhadap ; Sinar dan uap air/kelembaban Gangguan serangga, tikus. Alat yang di gunakan /Wadah : Dari kayu/kotak. Kantong/anyaman. Gallon/drum baja.
Bahan obat misalnya digitalis folium tidak boleh di biarkan dalam kekeringan/kelembaban udara, hal ini akan menyebabkan pengurangan aktivitas. Bahan ini harus di simpan dalam tempat tertutup rapat dengan zat penarik air dalam jumlah banyak, bagian bawah tempat digitalis tersebut di beri kapur yang di pisahkan dari daun digitalis dengan lubang-lubang (seperti pada exikator) bila kapur telah basah harus segera di ganti Bahan obat yang mengandung minyak lemak atau minyak atsiri harus di simpan dalam tempat tertutup rapat, dingin, dan gelap. Untuk minyak lemak, udara diatasnya sebaiknya di ganti dengan gas inert (untuk mencegah oksidasi yang menyebabkan ketengikan). Syarat-syarat penyimpanan lihat Pharmacope.
Evaluasi Simplisa Mengidentifikasi kualitas, kemurnian dari bahan obat. Identifikasi dalam prakteknya dapat di lakukan : Menurut cara yang telah ada Dapat juga dengan membandingkan suatu simplek yang di periksa dengan bahan baku yang telah diketahui kualitas/kemurniannya. Kualitas terutama di tujukan terhadap nilai/kadar dalam bahan obat tersebut. Biasanya di sebut “intensive value”
Evaluasi dapat di lakukan menurut beberapa metode/cara sbb: Organoleptik Makroskopik, mikroskopik Biologi Kimia Fisika
Organoleptik Pengamatan dilakukan dengan mempergunakan organ-organ termasuk perasa, bau, peraba. Pemeriksaan meliputi : Bentuk dan ukuran Warna luar dan bentuk permukaan Warna dalam Bau dan rasa. Cara ini terutama di lakukan terhadap organ tumbuh-tumbuhan misal : Folia, Cortex, Lignum, dsb.
Makroskopik, mikroskopik Cara ini di lakukan terhadap bahan obat di mulai 1847: C.A.Seydler memeriksa Sarsaparilla. Pemeriksaan meliputi mikroskopik Untuk mengetahui adanya jenis pengotoran/pemalsuan, misal : Orthosiphonis Folia biasanya di campur Eupatorini Folia. Untuk mengetahui kemurnian serbuk bahan obat Untuk mengetahui mikrophologi/histologi dari suatu bagian tumbuhan. Prinsip pemeriksaan : bahwa untuk bagian tertentu dari suatu species atau varietas mempunyai ciri khas.
Ragam pereaksi yang digunakan: Hydras Chlorali / Kloral Hidrat 70% untuk clearing agent yang fungsinya melarutkan amylum dan chlorophyl sehingga bentuk sel jelas Gliserin murni Anilin sulfat : mewarnai lignum → kuning Floroglucin HCl :mewarnai lignum → merah Sudan III : untuk minyak → merah Gabus dengan suberin → merah H2SO4 pekat, FeCl3, HCl, HAc
Selain cara di atas di kenal juga pemeriksaan jaringan secara kuantitatif ini di lakukan terutama pada daun.Dalam pemeriksaan ini biasa di lakukan pemeriksaan Index stomata Index pallisade. Index Stomata (Is) Is : Prosentase dari perbandingan jumlah stomata persatuan luas tertentu dengan jumlah epidermis dan stomata pada jumlah yang sama. Is : S/E X 100% I : Index Stomata. S : Jumlah stomata persatuan luas tertentu. E : Jumlah epidermis pada luas yang sama. Index Pallisade Ip : adalah jumlah rata-rata sel pallisade di bawah satu sel epidermis. Untuk memudahkan perhitungan dihitung jumlah sel pallisade di bawah 4 sel epidermis. Tiap species atau varietas mempunyai Ip dan Is tidak sama. Data ini dapat di gunakan sebagai pegangan menentukan kemurnian zat.Selain pemeriksaan mikromorfologi dapat juga dengan mikroanalisa, ini termasuk mikrokimia, memeriksa bahan obat dengan menggunakan pereaksi kimia dalam jumlah kecil.
Biologi Pemeriksaan dimana diperlukan organisme hidup sebagai bahan pemeriksaan di sebut pemeriksaan biologi. Beberapa bahan obat kadang-kadang di perlukan standarnya, terutama ditujukan terhadap konstituen yang aktif. Contoh : Bakteri-bakteri hidup dari ragi serta jamur di gunakan sebagai bahan pemeriksaan vitamin. Lactobacillus casei untuk Riboflavin, Lactobacillus arabinosus untuk asam nicotinat,
Kimia Kromatografi Yaitu suatu metoda analisa di mana dengan mengalirkan suatu pelarut atau aliran terhadap suatu bahan obat, dapat memisahkan konstituen aktif dari bahan obat tersebut. Metoda ini di gunakan untuk menentukan kemurnian dan identifikasi suatu zat yang biasa terdapat dalam suatu bahan alam, juga untuk mengetahui jumlah konstituen, memisahkan dan mengidentifikasinya. Menurut cara pengerjaan ada 4 macam Chromatografi : Column Chromatography (k. kolom) Paper Chromatography (k. kertas) Thin Layer Chromatography (k. Lapis tipis) Gas Chromatography (k. gas)
Fisika Cara ini meliputi penetuan-penentuan dari konstituen yang telah di isolasi. Penentuan meliputi : Kelarutan B. J (pada penentuan minyak lemak dan minyak atsiri) Pemutaran bidang polarisasi Indeks bias Tek. Cairan Kadar air.
KLASIFIKASI Metoda yang di kenal sampai sekarang sbb : 1. Morfologi di susun atas organ tumbuhan misal Folia, Flores, Radix, dsb 2.Taksonomi : simplisia di susun menurut keluarga genus, species. 3. Khasiat : farmakologis di susun atas efek farmakologi 4. Chemis (kandungan kimia) 5. Chemotaksonomi – gabungan 2 dan 4, penyusunan atas adanya zat kimia yang di kandung dengan tempatnya dalam sistematis 6. Alfabetis di susun berdasar abjad.
Kandungan kimia Metabolit Primer fotosintesis, asam amino, gula, asetil koenzim A, asam mevalonat, nukleotida bersifat esensial untuk kehidupan Metabolit Sekunder ; - penyebaran lebih terbatas, - memiliki karakteristik tiap genus atau strain tertentu - di biosintesis dari metabolit primer atau - dibentuk melalui pathway yang khusus dari metabolit primer
Alkaloid --------Endang Hanani Minyak atsiri –-- Katrin Minyak lemak --- Katrin Flavonoid --------Abdul Mun’im Karbohidrat ----- Abdul Mun’im Glikosida -------- Berna Tanin ------------ Berna
Pengertian Deskripsi tanaman Penyebarannya Kegunaannya Analisis (kualitatif maupun kuantitatif)
Terimakasih atas perhatiannya
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia 17.508 pulau terbentang sepanjang 5120 km dari barat ke timur, dan 1760 km dari utara ke selatan, dengan luas sekitar 2.000.000 km2. memiliki keanekaragaman hayati No.2 di Dunia setelah Brazil (25 % dimanfaatkan sebagai bahan obat)
Relatif belum dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia secara optimal. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia yaitu sebagai bumbu (rempah), makanan minuman (zat warna, food supplement), kosmetik (parfum, shampoo), insektisida dan obat; yang pada dasarnya meliputi produk pangan, pakan, industri, farmasi dan lingkungan