Bab 12: Penggunaan Leverage : Struktur Keuangan dan Struktur Modal Leverage timbul karena perusahaan dalam operasinya menggunakan aktiva atau dana yang menimbulkan beban tetap. Leverage yang timbul karena perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap (utang) disebut financial leverage. Leverage yang timbul karena perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan beban tetap (aktiva tetap) disebut operating leverage.
Financial Leverage Financial structure (struktur keuangan) Menujukkan bagaimana perusahaan membelanjai aktivanya, tampak pada neraca sebelah kredit, yang tercermin pada komposisi utang lancar, utang jangka panjang dan modal. Capital structure (struktur modal) Merupakan bagian struktur keuangan yang hanya menyangkut pembelanjaan jangka panjang, yang tercermin pada utang jangka panjang dan modal. Leverage factor Merupakan perbandingan antara total utang (D) dengan total aktiva (TA) atau total utang dengan modal (E).
Pengaruh Leverage Keuangan (struktur keuangan) Terhadap Profitabilitas Contoh: alternatif struktur keuangan perusahaan Struktur I (D/E =0 atau D/TA = 0): Total utang Rp 0 Modal saham Rp 10.000 -------------- Total aktiva Rp 10.000 Total pasiva Rp 10.000 ======== ======== Struktur II (D/E = 25% atau D/TA = 20%): Total utang Rp 2.000 Modal saham Rp 8.000 -------------
Lanjutan: Struktur III (D/E = 100% atau D/TA = 50%): Total utang Rp 5.000 Modal saham Rp 5.000 -------------- Total aktiva Rp 10.000 Total pasiva Rp 10.000 ======== ======== Struktur IV ( D/E = 400% atau D/TA = 80%): Total utang Rp 8.000 Modal saham Rp 2.000 Total aktiva Rp 10.000 Total pasiva Rp 10.000 Bagaimana dampak penggunaan utang terhadap profitabilitas dalam hal ini return on equity (ROE), dilakukan analiasis sebagai berikut:
Pengaruh financial leverage terhadap ROE --------------------------------------------------------------------------------- Struktur Keuangan Rasio EBIT/TA ------------------------------------------------------------ Buruk (- 20%) Normal (20%) Baik (60 %) ---------------------------------------------------------------------------------- Struktur I (D/TA = 0%): EBIT - Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 6.000 Bunga 0 0 0 ----------- - ---------- - ----------- - EBT -Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 6.000 Pajak (40%) - 800 800 2.400 ----------- - ----------- - ------------ - EAT -Rp 1.200 Rp 1.200 Rp 3.600 ROE = EAT/E - 12% 12% 36%
lanjutan Struktur keuangan II ( D/TA = 20% ): EBIT - Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 6.000 Bunga (10%) 200 200 200 --------------- - ------------- - ------------- - EBT Rp 2.200 Rp 1.800 Rp 5.800 Pajak (40%) - 880 720 2.320 -------------- - ------------- - ------------ - EAT - Rp 1.320 Rp 1.080 Rp 3.480 ROE = EAT/E - 16,5% 13,5% 43,5%
lanjutan Struktur III ( D/TA = 50% ) EBIT - Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 6.000 Bunga (14%) 700 700 700 ------------- - ------------ - ------------ - EBT - Rp 2.700 Rp 1.300 Rp 5.300 Pajak (40%) - 1.080 520 2.120 EAT - Rp 1.620 Rp 780 Rp 3.180 ROE = EAT/E - 32,4% 15,6% 63,6%
lanjutan Struktur keuangan IV ( D/TA = 80% ): EBIT - Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 6.000 Bunga (20%) 1.600 1.600 1.600 ------------- - ------------ - ------------ - EBT - Rp 3.600 Rp 400 Rp 4.400 Pajak (40%) - 1.440 160 1.760 EAT - Rp 2.160 Rp 240 Rp 2.640 ROE = EAT/E - 108% 12% 132%
Grafik hubungan financial leverage dan ROE pada berbagai kondisi ekonomi + - D/E Kondisi baik Kondisi normal Kondisi buruk
Pengaruh Financial Leverage Terhadap Risiko Besar kecilnya risiko diukur dengan range ROE Leverage Factor Range ROE 0% 48% 20% 60% 50% 96% 80% 240% Semakin besar utang semakin besar risiko
Hubungan Financial Leverage Dengan Operating Leverage Operating Leverage (OL) Operating leverage timbul jika perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan beban tetap (aktiva tetap) yang berupa penyusutan. Besar kecilnya operating leverage diukur dengan degree of operating leverage (DOL) %ΔEBIT C DOL = ---------------- atau ---------- %ΔSales X C = contribution margin ( sales – variable cost) X = EBIT
Pengaruh operating leverage terhadap risiko bisnis, ALFA BETA FC VC Sales Q1 Q2 Rp
Financial Leverage Financial leverage timbul jika perusahaan menggunakan dana yang menimbulkan beban tetap (utang) berupa bunga. Financial leverage mempengaruhi laba setelah pajak, return on equity dan earning per-share Besar kecilnya financial leverage diukur dengan degree of financial leverage (DFL) %ΔEAT EBIT DFL = ----------------- atau ------------------- %ΔEBIT EBIT – r.D r = besarnya suku bunga D = besarnya utang
Combination Leverage Combination leverage merupakan gabungan antara operating leverage dengan financial leverage Besar kecilnya combination leverage diukur dengan degree of combination leverage (DCL) %ΔEBIT %ΔEAT DCL = -------------- x ------------- %ΔSales %ΔEBIT %ΔEAT = ------------------ %ΔSales
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur keuangan perusahaan: Tinggkat pertumbuhan penjualan: besar kecilnya pertumbuhan penjualan Stabilitas penjualan: apakah penjualan perusahaan berfluktuasi atau stabil Karakteristik Industri: apakah termasuk industri yang peka terhadap gejolak ekonomi atau tidak Struktur aktiva: komposisi aktiva lancar dan aktiva tetap Sikap manajemen perusahaan: berani atau tidak berani mengambil risiko Sikap pemberi pinjaman
Struktur Modal (Capital Structure) Dalam Praktik Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang perusahaan, yang terdiri dari utang jangka panjang dan modal Struktur modal diukur dengan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal perusahaan Masalah yang berkaitan dengan keputusan struktur modal adalah menentukan berapa komposisi utang jangka panjang dan modal yang optimal ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, salah satu pendekatan yang banyak dipergunakan adalah analisis EBIT-EPS
Analisis EBIT-EPS Analisis EBIT-EPS menjelaskan bagaimana pengaruh berbagai alternatif pembelanjaan jangka panjang terhadap besarnya EPS pada jumlah EBIT tertentu. Misalkan, perusahaan mempunyai modal Rp 10 juta seluruhnya berupa saham biasa dengan jumlah saham yang beredar 200.000 lembar. Perusahaan membutuhkan tambahan dana Rp 5 juta untuk ekspansi, yang akan dibelanjai dengan alternatif sebagai berikut: 1. Seluruhnya dibelanjai saham biasa dijual dengan harga Rp 50 per lembar saham 2. Seluruhnya dibelanjai utang dengan bunga 12% 3. Seluruhnya dibelanjai saham preferen dengan dividen 11%
lanjutan Pajak pendapatan perusahaan 50%, dan setelah perluasan EBIT perusahaan menjadi Rp 2,4 juta. Perhitungan EPS pada ketiga alternatif pembelanjaan: ----------------------------------------------------------------------------------- Keterangan Saham biasa Utang Saham istimewa EBIT Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 Bunga 0 600.000 0 ---------------- ---------------- ---------------- EBT Rp 2.400.000 Rp 1.800.000 Rp 2.400.000 Pajak 50% 1.200.000 900.000 1.200.000 ---------------- ---------------- ----------------- EAT Rp 1.200.000 Rp 900.000 Rp 1.200.000 Div shm preferen 0 0 550.000 Laba utk sh biasa Rp 1.200.000 Rp 900.000 Rp 650.000 Jml lb shm biasa 300.000 200.000 200.000 EPS Rp 4 Rp 4,5 Rp 3,25 ========== =========== ===========
Grafik : Breakeven point EBIT-EPS dari tiga alternatif pembelanjaan EPS (Rp) Shm. preferen Utang Shm. biasa 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 EBIT Rp juta
Breakeven EBIT-EPS antara saham biasa dengan utang Jika terjadi breakeven berarti EPS alternatif saham biasa sama dengan EPS alternatif utang (EBIT* - C1) (1 – t) (EBIT* - C2) (1 – t) ------------------------ = ----------------------- S1 S2 Keterangan: EBIT* = EBIT pada titik BEP C1;C2 = Biaya bunga pada alternatif saham biasa dan utang t = Tarif pajak S1;S2 = Jumlah saham biasa yang beredar pada alternatif saham biasa dan utang
Berdasarkan data pada contoh, maka EBIT* adalah: (EBIT* - 0) (1 – 0,50) (EBIT* - 600.000) (1- 0,50) --------------------------- = -------------------------- 300.000 200.000 50.000 EBIT* = 90.000.000.000 EBIT* = Rp 1.800.000 Artinya jika EBIT lebih kecil dari Rp 1.800.000, maka alternatif yang lebih menguntungkan adalah saham biasa, dan jika EBIT lebih besar dari Rp 1.800.000, maka alternatif yang lebih menguntungkan adalah utang.