`AGROTEKNOLOGI TANAMAN PERKEBUNAN` (2/1 SKS) (MATERI PRA UTS_SMT GENAP 2014/2015) DR. IR. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
BUDIDAYA KARET : SEJARAH PENGEMBANGAN, KLASIFIKASI, SYARAT TUMBUH & KLON UNGGUL
PENDAHULUAN Ditemukan oleh Columbus (saat itu dibudidayakan oleh Suku Indian Merah) Tahun 1736, DE LA CONDAMINE (Astronom Perancis) mengenalkan karet ke Eropa (dikenali sebagai CAOUT- CHOUT) Industri karet berkembang pesat setelah diketemukannya ban angin (tahun 1888)
PENDAHULUAN (LANJUTAN) Brasil tercatat sebagai suplayer karet dunia (tahun 1900) Tahun 1950-an peluang karet alam didesak oleh karet sintetik (NAPTHA = dibuat dari minyak bumi) Saat itu pertumbuhan karet sintetik mencapai 9,38%, sementara karet alam hanya 2,84%
PERKEMBANGAN KARET ALAM DI INDONESIA Tahun 1900-1940, pertumbuhan produksi karet alam mencapai 8,43 % per tahun (bertambah 14.800 metrik ton) Tahun 1950-1982 pertumbuhan produksi hanya 0,92% (bertambah 700 metrik ton per tahun) Rendahnya produksi diduga disebabkan oleh rendahnya produksi karet rakyat (NOTA : 80% mrpk kebun rakyat)
PERKEMBANGAN KARET ALAM DI INDONESIA (LANJUTAN) Sebelum 1957 produksi karet alam Indonesia lebih tinggi dibanding Malaysia, TETAPI sesudah 1957 sudah di bawah Malaysia Peningkatan harga minyak bumi pada saat ini menyebabkan berkembangnya karet alam di Indonesia
PERKEMBANGAN KARET ALAM DI INDONESIA (LANJUTAN) Luas areal karet Indonesia terbesar di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar. Produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton di bawah produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton, sedangkan produksi karet Malaysia mencapai 951 ribu ton
KLASIFIKASI TANAMAN KARET Phyllum : Spermatophyta Sub-phyllum : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Tricoceae Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea Species : Hevea brasilliensis M.A
SYARAT TUMBUH TANAMAN KARET Dapat tumbuh pada berbagai macam tanah (BAHKAN untuk tanaman lain tidak dapat tumbuh, karet masih dapat tumbuh dengan baik). Tanah tidak boleh tergenang air (perlu cukup drainasi, jika terdapat lapisan cadas perlu dihancurkan lebih dulu) Di Indonesia, tumbuh pd ketinggian tempat 6-600 m DPL (bahkan sampai 700 m DPL) Pertumbuhan optimum di bawah 200 m DPL (makin tinggi makin terhambat pertumbuhannya; setiap naik 100 meter, penyadapan akan mundur ½ tahun
SYARAT TUMBUH TANAMAN KARET (LANJUTAN) Curah Hujan (CH) tidak kurang dari 1500 mm/tahun (terbaik 2500-4000 mm/tahun). Hujan terbagi merata dalam setahun, jumlah hari hujan (HH) 100-150 hari/tahun dan cukup sinar matahari
KLON UNGGUL KARET SINGKATAN NAMA KLON GT = Gondang Tapen WR = Wangunrejo PPN = Perusahaan Perkebunan Negara PR = Proef Station AV = Avros LCB = Land Caoutchuv Bedrijf RRIM = Rubber Research of Malaysia RRIC = Rubber Research of Ceylon PB = Prang Besar CIR = Ciranji GYT = Good Year Type CONTOH : GT1, AV 2037, PR 228, LCB 4790, dll
KLON ANJURAN KARET DIBAGI MENJADI MENJADI 3 GOLONGAN : GOLONGAN I (KLON ANJURAN SKALA BESAR) GOLONGAN II (KLON ANJURAN SKALA KECIL) GOLONGAN III (KLON ANJURAN SKALA PERCOBAAN)
GOLONGAN I (KLON ANJURAN SKALA BESAR) YAKNI : Klon yang dianjurkan ditanam dalam skala besar (COMMERSIAL PLANTING) Terdiri dari klon-klon yang telah diuji secara luas dan data-data praktek di kebun telah menunjukkan hasil memuaskan.
GOLONGAN I (KLON ANJURAN SKALA BESAR) ... LANJUTAN Penanaman dengan klon ini, jika ditanam sebagai suatu kelompok secara bersama, maksimal 80% dari luas pertanaman. Namun jika satu klon saja yang ditanam, maksimal 60% dari luas pertanaman. CONTOH : GT1, Avros 2037, PR 107, PR 228, LCB 1320, LCB 479, WR 101, dll.
GOLONGAN II (KLON ANJURAN SKALA KECIL) YAKNI : Klon yang dianjurkan ditanam dalam skala kecil Terdiri dari klon-klon yang telah diuji dengan hasil memuaskan, dengan kapasitas produksi dan realisasi di kebun minimal sama dengan Golongan I, tetapi data praktek di kebun belum banyak.
GOLONGAN II (KLON ANJURAN SKALA KECIL) ... LANJUTAN Penanaman dengan klon ini, jika ditanam sebagai suatu kelompok secara bersama, maksimal 40% dari luas pertanaman. Namun jika satu klon saja yang ditanam, maksimal 10% dari luas pertanaman. CONTOH : PPN 2018, 2022, 2049, 2447, 2048; PR 248, 249, 253, 254, 257, 258, RRIM 600 dan klon dari luar negeri yang telah dianjurkan sebagai klon skala besar.
GOLONGAN III (KLON ANJURAN SKALA PERCOBAAN) YAKNI : Klon yang telah diuji secara terbatas (Uji Pendahuluan) dengan hasil memuaskan, namun data praktek di kebun belum ada sama sekali CONTOH : PPN 2001, 2006, 2008, 2010, 2011, 2012, 2014, PR 306, 307, 308, 309, GYT 577, dll.
PEMBIBITAN Perbanyakan tanaman karet dilakukan secara VEGETATIF (khususnya BUDDING/OKULASI). ALASAN: Tanaman karet termasuk penyerbuk silang, sehingga jika bibit yang kemungkinan besar berbeda dengan tetuanya (bervariasi baik pertumbuhan maupun kapasittas produksinya) Penanaman menggunakan bibit hasil okulasi akan meningkatkan produksi 150% dibandingkan dengan tanaman asal biji. Pengadaan batang bawah untuk okulasi, tanaman berasal dari biji Kemurnian benih untuk batang bawah perlu dicermati, karena karet tanaman penyerbuk silang NOTA
SUMBER BENIH NOTA : Benih dapat berasal dari RESEARCH CENTER dan KEBUN PRODUKSI KEBUN PRODUKSI dapat dijadikan sumber benih, dg syarat sbb.: (1) Kebun harus cukup luas (minimal 10 ha) => Untuk menghindari biji yang dipungut tercampur dg klon lain (2) Umur tanaman minimal 8 tahun (3) Kebun harus berupa tanaman klonal NOTA : JAWA dan SUMATRA SELATAN : musim biji jatuh pada bulan Januari-April SUMATRA UTARA : musim biji jatuh pada bulan Agustus-Desember
STOP STOP STOP STOP Any Question??