Ecliptic Longitude (Bujur Astronomis matahari = Thulus Syams), yaitu jarak matahari dari titik aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika. Ecliptic Latitude.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Prediksi Awal Bulan Syawwal 1432 Hijriyah
Advertisements

Kerja dan Energi Dua konsep penting dalam mekanika kerja energi
Perhitungan dan Penentuan Arah Kiblat
KAIDAH-KAIDAH FALAKIYAH SIMULASI PEREDARAN BENDA LANGIT
Tim UB Seri: Smart learning in digital era Astronomi Dasar.
TATA KOORDINAT BENDA LANGIT
Gerak Bumi dan Pengaruhnya
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
BUMI MELAKIKAN 2 GERAKAN
AS Astronomi Bola Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini
Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal 1430 H Penentuan awal masa shaum dan Idul Fitri biasanya ditentukan oleh pengamatan Hilal, sabit Bulan tipis yang nampak.
Bentuk Koordinat Koordinat Kartesius, Koordinat Polar, Koordinat Tabung, Koordinat Bola Desember 2011.
Materi Kuliah Kalkulus II
by Ratna Herdiana Koordinat Polar (Ch )
Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola
PENENTUAN POSISI SUATU TITIK
GERAK & POSISI BENDA LANGIT II
Pembelajaran Astronomi Bola Via Internet
ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Pertemuan 3)
Tata Koordinat Ekuator
ROTASI DAN REVOLUSI BUMI
Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola
SELAMAT DATANG SELAMAT DATANG
Koordinat Kartesius, Koordinat Bola, dan Koordinat Tabung
3.6 Gerak Melingkar Beraturan
SISTEM GAYA 2 DIMENSI.
ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Pertemuan 4)
JL. SETIA BUDI II, JAKARTA SELATAN
BULAN Oleh FERDINO D. HAMZAH, S.PD SMA TERPADU WIRA BHAKTI GORONTALO.
PENENTUAN POSISI SUATU TITIK
BUMI, BULAN, DAN MATAHARI
GEODESI GEOMETRI I Bidang Referensi Bola Bumi.
※ KOORDINAT KARTESIUS & KOORDINAT KUTUB
Markaz/pusat observasi
Aturan Dasar Untuk Memberi Ukuran
Pengertian Rotasi Rotasi adalah perputaran benda pada suatu sumbu yang tetap, misalnya perputaran gasing dan perputaran bumi pada poros/sumbunya. Untuk.
Teknologi Dan Rekayasa
Sistem Koordinat dan Proyeksi
TRIGONOMETRI.
SELAMAT DATANG SELAMAT DATANG
PETA TOPOGRAFI Peta yang memperlihatkan gambaran dari roman muka bumi yang diperkecil menurut suatu ukuran tertentu.
PROYEKSI DAN SISTEM KOORDINAT PETA
Nama : Thalia Pricilla Agista Kelas : IX - 2 No. Induk :
Peredaran Terbit dan terbenam : Perjalanan Semu Matahari, sejajar equator langit
1.4 SISTEM KOORDINAT EMPAT BIDANG
BUMI BULAT.
Mengenal Hilal Penentuan awal bulan Puasa dan Idul Fitri ditentukan oleh adanya pengamatan Hilal, yaitu sesaat ketika Bulan melewati fase konjungsi (dalam.
MENENTUKAN TEMPAT KEDUDUKAN ( POSISI ) KAPAL
NAVIGASI Susunan Koordinat Bumi Ully Wulandari, Skel MSi.
SAINS BUMI dan ANTARIKSA
Pengantar ILMU FALAK Oleh KHOBIBAH, S.Ag, MA, M.Hum 1.
Sistem Koordinat Polar
M-03 SISTEM KOORDINAT kartesius dan kutub
※ KOORDINAT KARTESIUS & KOORDINAT KUTUB
KU = Kutub Utara KS = Kutub Selatan EQ = Equator EkLip = Ekliptika
BOLA LANGIT. BOLA LANGIT BOLA LANGIT 2.1 Trigonometri Bola Bola langit 2.2 Sistem Koordinat Horison 2.3 Sistem Koordinat Ekuatorial 2.4 Konstelasi.
HISAB AWAL WAKTU SHALAT
SEGITIGA PARALAKS Segitiga Paralaks :
※ KOORDINAT KARTESIUS & KOORDINAT KUTUB
Penentuan Waktu Shalat dan Shaum
Pembelajaran Astronomi Bola Via Internet Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung.
MATERI S I G SISTEM KOORDINAT DAN PROYEKSI PETA.
Koordinat Polar Dalam beberapa hal, lebih mudah mencari lokasi/posisi suatu titik dengan menggunakan koordinat polar. Koordinat polar menunjukkan posisi.
※ KOORDINAT KARTESIUS & KOORDINAT KUTUB
ROTASI BUMI TATA KORDINAT BUMI.
SISTEM KOORDINAT & PROYEKSI PETA
※ KOORDINAT KARTESIUS & KOORDINAT KUTUB
Vernal Equinox Bumi kita bergerak mengelilingi matahari, sehingga menimbulkan kesan semu bahwa matahari–dari sudut pandang kita di Bumi–bergerak mengelilingi.
Arah, Sudut dan Luas Oleh : Rifayani Fadhilah
A S T R O N O M I DALAM PENENTUAN BULAN HIJRIAH
Transcript presentasi:

Ecliptic Longitude (Bujur Astronomis matahari = Thulus Syams), yaitu jarak matahari dari titik aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika. Ecliptic Latitude (Lintang Astronomis matahari = ‘Ardlus Syams), yaitu jarak titik pusat matahari dari lingkaran ekliptika diukur sepanjang lingkaran kutub ekliptika. Apparent Right Ascension (Panjatan Tegak = al-Mathali'ul Baladiyah), adalah jarak matahari dari titik Aries diukur sepanjang lingkaran equator. Apparent Declination (Deklinasi matahari = Mail Syams), adalah jarak matahari dari equator diukur sepanjang lingkaran deklinasi.

True Geosentric Distance (Jarak Geosentris), yaitu jarak antara bumi dengan matahari dalam satuan AU (1 AU = 150 juta km). Semi Diameter (jari-jari piringan matahari = Nisful Quthris Syams), adalah jarak titik pusat matahari dengan piringan luarnya. True Obliquity (Kemiringan Ekliptika = Mail Kulli), adalah kemiringan ekliptika dari equator. Equation of Time (Perata Waktu = Ta'dilul Waqti), adalah selisih antara waktu kulminasi matahari hakiki dengan waktu kulminasi matahari pertengahan (rata-rata).

Apparent Longitude (Bujur Astronomis bulan = Thulul Qamar), yaitu jarak dari titik aries sampai titik perpotongan antara lingkaran kutub ekliptika yang melewati bulan dengan lingkaran ekliptika, diukur sepanjang lingkaran ekliptika. Apparent Latitude (Lintang Astronomis bulan = ‘Ardlul Qamar), yaitu jarak antara bulan dengan lingkaran ekliptika diukur sepanjang lingkaran kutub ekliptika. Apparent Right Ascention (Panjatan Tegak = al-Mathali'ul Baladiyah), yaitu jarak dari titik aries sampai titik perpotongan lingkaran deklinasi yang melewati bulan dengan equator, diukur sepanjang lingkaran Equator. Apparent Declination (Deklinasi bulan = Mailul Qamar), adalah jarak bulan dari equator sepanjang lingkaran deklinasi.

Horizontal Parallax (Beda lihat = Ikhtilaful Mandhor), adalah sudut antara garis yang ditarik dari titik pusat bulan ketika di ufuk ke titik pusat bumi dan garis yang ditarik dari titik pusat bulan ketika itu ke permukaan bumi. Semi Diameter (Jari-jari piringan bulan = Nisfu quthril qamar), yaitu jarak antara titik pusat bulan dengan piringan luarnya. Angle Bright Limb (Sudut kemiringan bulan), adalah kemiringan piringan hilal yang memancarkan sinar sebagai akibat arah posisi hilal dari matahari. Sudut ini diukur dari garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik zenit ke garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat matahari searah jarum jam. Fraction Illumination (Phase bulan), yaitu luas piringan bulan yang menerima sinar matahari yang menghadap ke bumi. Harga illuminasi bulan ketika purnama adalah 1.

Proses Perhitungan Proses perhitungan awal bulan mempergunakan Ephemeris Hisab Rukyat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menentukan awal bulan apa dan tahun berapa (hijriyah) yang akan dihitung. Menentukan untuk lokasi atau kota mana. (Cari data Lintang Tempat (φ) dan Bujur Tempat (λ) untuk lokasi ybs serta Tinggi Tempat dari permukaan air laut). Menghitung tanggal 29 bulan (Hijriyah) bulan sebelumnya bertepatan dengan tanggal berapa menurut kalender Masehi dengan cara Konversi Tanggal atau Perbandingan tarikh. Siapkan data astronomis pada tanggal masehi tersebut atau sehari sebelumnya, yakni kapan terjadi FIB (Fraction Illumination bulan) terkecil.

Melacak FIB terkecil pada tanggal ybs terjadi jam berapa (waktu Greenwich) Menghitung Sabaq matahari (B1) yakni kecepatan matahari perjam, dengan cara menghitung selisih (harga mutlak) antara data ELM (ELM = Ecliptitic Longitude Matahari) pada jam FIB terkecil tsb dan pada satu jam berikutnya. Menghitung Sabaq bulan (B2) yakni kecepatan bulan perjam, dengan cara menghitung selisih (harga mutlak) antara data ALB (ALB = Apparent Longitude Bulan) pada jam FIB terkecil tsb dan pada satu jam berikutnya. Catatan Bila FIB terkecil terjadi pada jam 24 maka satu jam berikutnya adalah jam 01 pada tanggal berikutnya. Menghitung jarak matahari dan bulan (MB) dengan rumus : (data ELM dan ALB pada jam FIB terkecil). MB = ELM – ALB

Menghitung Titik Ijtima’ dengan rumus : Menghitung Sabak Bulan Mu’addal (SB), yakni kecepatan bulan relatif terhadap matahari, dengan rumus : Menghitung Titik Ijtima’ dengan rumus : Menghitung waktu Ijtima’ (menurut GMT), dengan rumus : Apabila dikehendaki WIB tambahkan 7 jam (105º : 15). SB = B2 – B1 Titik Ijtima’ = MB : SB Ijtima' = Waktu FIB + Titik Ijtima'

Memperkirakan saat matahari terbenam menurut GMT pada tanggal terjadinya ijtima' untuk tempat yang telah ditentukan di atas. Perkiraan ini dapat dilacak melalui Almanak Nautika atau dihitung tersendiri sebagaimana menghitung waktu maghrib tanpa ikhtiyat. Melacak data berikut ini dari Ephemeris pada saat diperkirakan matahari terbenam di atas (no.12) menurut waktu Greenwich dengan cara interpolasi. Deklinasi Matahari (δo) pada kolom Apparent Declination Matahari. Semi Diameter Matahari (SDo) pada kolom Semi Diameter matahari. Equation of Time ( e ) pada kolom Equation of Time Catatan Bila ijtima' menurut waktu daerah sudah berganti tanggal, maka gunakan data matahari dan bulan pada tanggal berikutnya.

Menghitung Tinggi Matahari (ho) dengan rumus : Menghitung Sudut Waktu Matahari (to) dengan rumus : Menghitung waktu matahari terbenam (Ghurub) menurut GMT dengan rumus : Untuk WIB tambahkan 7 jam ho = -(SDo + 0 34’ 30” + Dip) cos to = -tan φ tan δo + sin ho : cos φ : cos δo Ghurub = 12 – e + (to : 15) – (λ : 15)

Menghitung Asensio Rekta Matahari (ARo pada kolom Apparent Right Ascension Matahari) pada saat matahari terbenam menurut waktu Greenwich dengan cara interpolasi. Menghitung Asensio Rekta bulan (AR pada kolom Apparent Right Ascension Bulan) pada saat matahari terbenam menurut waktu Greenwich dengan cara interpolasi. Menghitung Deklinasi Bulan (δ) pada kolom Apparent Declination Bulan pada saat matahari terbenam menurut waktu Greenwich dengan cara interpolasi Menghitung Semi Diameter Bulan (SD) pada kolom Semi Diameter Bulan pada saat matahari terbenam menurut waktu Greenwich dengan cara interpolasi Menghitung Horizontal Parallaks Bulan (HP) pada kolom Horizontal Parallax pada saat matahari terbenam menurut waktu Greenwich dengan cara interpolasi

P = cos h HP 22. Menghitung Sudut Waktu Bulan ( t ) dengan rumus : 23. Menghitung tinggi hilal hakiki ( h) dengan rumus : 24. Menghitung Parallaks Bulan ( P ) dengan rumus : t = ARo – AR + to sin h = sin φ sin δ + cos φ cos δ cos t P = cos h HP

25. Menghitung Tinggi Hilal ( ho ) 26. Menghitung Refraksi (Refr) dengan rumus : atau dapat dilacak pada tabel yang ada berdasarkan ho (Perhatikan interval antara dua data) 27. Menghitung Tinggi Hilal mar’i ( h' ) dengan rumus: Bila hasilnya potitif (+), maka hilal di atas ufuk mar’i. Bila hasilnya negatif (-), maka hilal di bawah ufuk mar’i. ho = h ─ P + SD Refr = 0.0167 : tan (ho + 7.31 : (ho + 4.4)) H' = ho + Refr + Dip

28. Menghitung Nisful Fudlah Bulan ( NF ) dengan rumus : 29. Menghitung Parallaks Nisful Fudlah (PNF) dengan rumus 30. Menghitung Setengah Busur Siang Bulan Hakiki (SBSH) dengan rumus sin NF = (sin φ sin δ) : (cos φ cos δ) PNF = cos NF HP SBSH = 90 + NF

31. Menghitung Setengah Busur Siang Bulan ( SBS ) dengan cara : Jika SBSH >= 90 maka menggunakan rumus : Jika SBSH < 90 maka menggunakan rumus : 32. Menghitung Lama Hilal ( Lm ) dengan rumus : SBS = 90 + NF + PNF ─ (SD + .575 + Dip) SBS = 90 + NF ─ PNF + (SD + .575 + Dip) Lm = (SBS ─ t) : 15

33. Menghitung waktu Terbenam Hilal ( Terb ) dengan rumus 34. Menghitung Arah Matahari (Ao) dengan rumus : 35. Menghitung Arah Hilal ( A ) dengan rumus : Bila hasilnya poitif (+), maka matahari atau hilal di utara titik Barat Bila hasilnya negatif (-), maka matahari atau hilal di selatan titik Barat Terb = Ghurub + Lm tan Ao = -sin φ : tan to + cos φ tan δo : sin to tan A = -sin φ : tan t + cos φ tan δ : sin t

36. Menghitung Posisi Hilal ( PH ) Bila hasilnya poitif (+), maka hilal di utara matahari Bila hasilnya negatif (-), maka hilal di selatan matahari 37. Menghitung Arah Terbenam Hilal ( AT ) dengan rumus : 38. Menghitung Luas Cahaya Hilal (FI) lihat kolom Fraction Illumination Bulan) pada saat matahari terbenam (waktu Greenwich) dengan cara interpolasi. PH = A ─ Ao tan AT = -sin φ : tan SBS + cos φ tan δ : sin SBS

39. Menghitung Lebar Nurul Hilal (NH) dengan satuan ukur ushbu’ dapat dihitung menggunakan rumus : 40. Menghitung kemiringan hilal (MRG) dengan rumus Jika MRG <= 15 maka hilal telentang Jika MRG > 15 dan PH positif maka hilal miring ke utara Jika MRG > 15 dan PH negatif maka hilal miring ke selatan 41. Mengambil kesimpulan dari perhitungan yang telah dilakukan, yakni waktu terjadinya ijtima’ (hari, tanggal, jam), waktu dan arah matahari terbenam, tinggi dan arah hilal terhadap titik barat dan terhadap matahari, lama hilal setelah matahari terbenam, keadaan hilal, dan ukuran tentang luas serta lebar cahaya hilal. NH = ( √ [PH2 + h’ 2] ) : 15 tan MRG = [ PH : h’ ]