Basis dan non basis Cara memilah.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Bab 8 Produk Gabungan dan Produk Sampingan
Advertisements

Mengukur Permintaan Pasar
Oleh : kelompok 6 Murti Wulan Daru Rahadian Bagus P Selvi Oktaviana
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
Teknik penyusunan tabel I-O
Kerangka Dasar dan Manfaat Tabel I-O, asumsi dan Keterbatasannya
Masalah Kependudukan dan Ketenagakerjaan
POPULASI DAN SAMPEL.
Studi Kelayakan Bisnis
Bagian 2 Pemahaman Pemasaran
STUDI KELAYAKAN, ASPEK PASAR DAN TEKNIK
PENGUMPULAN INFORMASI
ILMU EKONOMI DAN PERMASALAHANNYA
Ukuran Variasi atau Dispersi
JENIS DAN BENTUK KOPERASI
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMASARAN
Model Analisis Location Quotient (LQ)
Aspek Pasar Evaluasi Proyek.
IHSG Indeks harga saham gabungan merupakan instrumen indikator perekonomian terutama indikator perekonomian sektor keuangan. IHSG menjadi alat ukur kestabilan.
Aspek Pasar Evaluasi Proyek.
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
PENGANTAR STATISTIKA SOSIAL “Pendahuluan Statistika”
Analisis Location Quotion dan Indeks Daya Dukung Ternak untuk Menentukan Sentra-sentra Pengembangan Domba di Jawa Barat Oleh : Firman A, Paturochman M,
Bagian 2 – Menangkap Pemahaman Pemasaran
Pengantar Ekonomi 2 Izzani Ulfi, SE.Sy., M.Ec.
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
MODEL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR
`KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
KONSEP-KONSEP MANAJEMEN BIAYA KONTEMPORER
PENGERTIAN DAN BATASAN WILAYAH
Perekonomian Tiga dan Empat Sektor ( Perekonomian Tertutup dan Terbuka ) Desty Sesiana I
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan dan Produk Gabungan
Pertemuan ke 2 ‘’ Permasalahan Ekonomi ‘’
MODEL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR
`KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
EKONOMI Kelas / Semester : X / 1 Permasalahan Ekonomi.
IHSG Indeks harga saham gabungan merupakan instrumen indikator perekonomian terutama indikator perekonomian sektor keuangan. IHSG menjadi alat ukur kestabilan.
Model Analisis Location Quotient (LQ)
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA UKM ( Studi Kasus, “ Jurnal Koperasi dan UKM”, ) mustikalukmanarief.
Kesesuaian Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Kebijakan Pembangunan
ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH
Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan dan Produk Gabungan
EKONOMI Permasalahan Ekonomi.
Bab 3 Mengumpulkan Informasi & Memindai Lingkungan
Bab 3 Mengumpulkan Informasi dan Memindai Lingkungan
Sistem Perdagangan Efek
PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
VI. DATA, INSTRUMEN DAN HASIL PENGUKURAN
Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan dan Produk Gabungan
TUTORIAL SISTEM INFORMASI PANGAN STRATEGIS
PENGUKURAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO, MIKRO DAN DAERAH SERTA INTERPRETASI TEUKU ZULHAM DISAJIKAN PADA DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN PERENCANA TINGKAT PERTAMA.
TEORI SEKTOR PUBLIK
KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG
Sistem Perdagangan Efek
PASAR Fuat Agus Santoso A
Mengumpulkan Informasi dan Menandai lingkungan Pasar
ARGUMENTASI PERDAGANGAN BEBAS
Dampak Pasar Bebas Terhadap Indonesia
Pengantar Statistika Bab 1
EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO. Ekonomi Mikro Ekonomi Makro Ekonomi Mikro Ilmu ekonomi yang mempelajari fungsi ekonomi individu dan perilaku sistem pembuatan.
KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN. 1. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN 11. HUBUNGAN KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN OVERVIEW.
PENGUJIAN HIPOTESIS.
ANALISIS SHIFT - SHARE UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI SUATU DAERAH DIBANDINGKAN DENGAN WILAYAH YANG BERADA DI ATASNYA. PADA HAKEKATNYA ANALISIS.
ANGGARAN PENJUALAN.
“PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL” (1)
Ketahanan Pangan dan Gizi Ade Saputra Nasution. Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun.
PERENCANAAN WILAYAH pertemuan VI.
ANALISIS TIPOLOGI WILAYAH
SUPARJON POPULASI Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik.
Transcript presentasi:

Basis dan non basis Cara memilah

Metode Metode Langsung Metode tidak Langsung Metode Campuran Metode LQ

METODE LANGSUNG (1) Dengan cara melakukan survai langsung kepada pelaku usaha tentang: Kemana memasarkan barang yang diproduksi Darimana membeli bahan untuk produksi Dari jawaban tsb, dpt ditentukan % yang dijual ke luar wilayah, dan % yang dipasarkan dalam wilayah, demikian juga utk bahan baku. Berapa yang bekerja pada kegiatan tsb, berapa nilai tambah yang diciptakan. (pendapatan).

METODE LANGSUNG (2) Bila dilihat dari jumlah produksi (usaha/ kegiatan) berapa porsi yang dijual keluar wilayah dan tidak. Sulit. Apakah rata2, atau trend?  rumit (biaya & waktu)

METODE TIDAK LANGSUNG Metode asumsi. Ada kegiatan yang diasumsikan sebagai kegiatan basis dan kegiatan lain sebagai non basis. Ada kegiatan yang secara tradisional sebagai kegiatan basis, misalnya: Asrama militer Pertambangan Pariwisata Kegiatan lain non basis

METODE CAMPURAN Metode asumsi : ada kesalahan (tidak akurat) Metode langsung : berat,  gabungan metode langsung & asumsi  metode campuran. Cara: Survai pendahuluan, pengumpulan data sekunder (mis dari BPS) Analisis, tentukan asumsinya sampling

Metode Location Quotient Metode tidak langsung Dengan cara: membandingkan porsi lapangan kerja/NT untuk sektor tertentu di wilayah tertentu dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/NT untuk sektor yang sama di tingkat nasional

rumus LQ =

KETERANGAN li = banyaknya lap. kerja sektor i di wilayah analisis e = banyaknya lap. kerja di wilayah analisis Li = banyaknya lap. kerja sektor i secara nasional E = banyaknya lap. kerja secara nasional Catatan= Nasional : merupakan wilayah yang lebih tinggi jenjangnya.

HASIL LQ > 1 ARTI: Lapangan kerja sektor i di wilayah analisis porsinya terhadap lapangan kerja total wilayah lebih besar bila dibandingkan dengan porsi lapangan kerja untuk sektor yang sama secara nasional. Sektor i di wilayah kita secara proporsional dapat menyediakan lapangan kerja melebihi porsi sektor i secara nasional

JADI.... LQ > 1  Memberi indikasi bahwa sektor tsb adalah basis LQ < 1  Memberi indikasi bahwa sektor tersebut adalah non basis

Metode LQ Banyak dikritik karena berdasarkan produktivitas dan konsumsi rata- rata antar wilayah dianggap sama, kenyataannya tidak karena itu perlu kalibrasi. Metode  Minimum Requirement Technique (Tiebout, 1962)

Minimum Requirement Technique Dikumpulkan beberapa wilayah yang kondisinya untuk sektor tertentu kurang lebih sama. Untuk setiap wilayah dihitung % lap kerja utk setiap sektor Untuk setiap sektor yang sama dibuat ranking per wilayah berdasarkan tinggi ke rendah

Minimum Requirement Technique Kesimpulan : Ranking paling rendah: lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan lokal  Ranking paling tinggi: lap kerja utk ekspor  Artinya? NON BASIS dan BASIS

Contoh (% lap kerja ) WILAYAH P Q R SEKTOR A 40 50 65 B 20 10 15 C D 30

Contoh Ranking sektor A berdasarkan wilayah  tinggi ke rendah R Q P

Contoh Ranking sektor B berdasarkan wilayah  tinggi ke rendah P R Q

Contoh Ranking sektor C berdasarkan wilayah  tinggi ke rendah Q PQ

Contoh Ranking sektor D berdasarkan wilayah  tinggi ke rendah P Q R

Kesimpulan???

Evaluasi atas tingkat ke-basis-an suatu produk Untuk mendorong pertumbuhan wilayah, pertumbuhan sektor basis perlu didorong mendorong sektor non basis juga. Untuk suatu wilayah, sektor basis adalah sektor yang menjual produknya ke luar wilayah atau ada kegiatan yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Untuk melihat apakah suatu produk yang dihasilkan pasarnya sdh jenuh, perlu dilihat tingkat ke-basis-an suatu produk.

Evaluasi atas tingkat ke-basis-an suatu produk Tingkat ke-basis-an suatu produk dapat di-jenjangkan sbb: Jangkauan pemasarannya hanya pada beberapa desa tetangga Jangkauan pemasarannya hanya pada beberapa wilayah kecamatan Jangkauan pemasarannya hanya pada wilayah 1 propinsi Jangakauan pemasarannya mecakup pada beberapa wilayah propinsi Jangkauan pemasarannya mencakup sebagian besar wilayah ekonomi nasional dan ekspor Jangkauan pemasarannya pada hampir seluruh wilayah ekonomi nasional dan merupakan ekspor tradisional

Evaluasi atas tingkat ke-basis-an suatu produk Penjenjangan tsb tidak mutlak. Makin luas pemasaran suatu produk, maka pasarnya makin tidak jenuh artinya tingkat ke-basis-annya makin tinggi. Artinya harus diprioritaskan utk dikembangkan.