Konsep Diri Menentukan Identitas Individu KOMUNIKATOR Konsep Diri Menentukan Identitas Individu
KONSEP DIRI INDIVIDU (Tradisi Sosiokultural) Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Bagaimana anda memandang diri anda sebagai seorang komunikator. Tradisi sosiokultural berpendapat hubungan sosiallah yang menimbulkan perbedaan di antar individu. Teori-teori sosial dan kultural menunjukkan bagaimana perilaku komunikasi memahami diri mereka sebagai makhluk kesatuan dengan perbedaan-perbedaan individu dan bagaimana perbedaan tersebut tersusun secara sosial dan bukan di tentukan oleh mekanisme psikologis atau biologis yang tetap. Empat teori yang terkait dengan diri atau self yaitu : Teori interaksi simbolik. Teori konstruksi sosial diri. Teori konstruksi sosial emosi. Teori presentasi diri.
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK Paham mengenai interaksi simbolik adalah suatu cara berfikir mengenai pikiran (mind), diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural dalam membangun teori komunikasi. Dengan menggunakan sosiologi sebagai fondasi, paham ini mengajarkan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama lainnya, mereka saling membagi makna untuk dalam jangka waktu tertentu dan untuk tindakan tertentu. George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolik ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara interaksi manusia, baik secara verbal maupun non verbal. TEORI KONSTRUKSI SOSIAL DIRI Teori konstruksi sosial realitas merupakan ide atau prinsip utama dalam tradisi sosiokultural, ide ini menyatakan bahwa dunia sosial kita tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Cara bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman,termasuk ide kita mengenai diri kita sebagai manusia dan sebagai komunikator. Menurut Harre, Manusia adalah makhluk yang terlihat atau di ketahui secara publik serta memiliki sejumlah atribut dan sifat yang terbentuk di dalam kelompok budaya dan sosial. Menurut pandangan ini, sifat manusia di atur oleh kebudayaan sedangkan sifat diri di atur oleh teori yang di miliki orang bersangkutan mengenai dirinya sendiri sebagi salah satu anggota suatu kebudayaan.
TEORI KONSTRUKSI SOSIAL EMOSI Harre menyatakan bahwa emosi adalah konsep yang di instruksikan sebagaimana aspek lainya dari pengalaman manusia karena emosi di tentukan oleh bahasa serta aturan moral dari suatu kelompok sosial dan budaya. Menurut James Averill, Emosi adalah sistem kepercayaan yang akan memandu definisi seseorang mengenai situasi yang di hadapinya. Emosi terdiri atas norma-norma sosial internal serta aturan tentang bagaimana mengatur perasaan. Setiap emosi memiliki objek, yaitu kepada apa atau siapa emosi itu diarahkan. Setiap emosi memiliki jangkauan dan objek yang terbatas. TEORI PRESENTASI DIRI Dalam proses pertukaran informasi ini memungkinkan orang untuk mengetahui apa yang di harapakan orang lain dari diri mereka. Pertukaran juga bisa terjadi secara tidak langsung yang dilakukan melalui pengamatan tingkah laku satu pihak kepada pihak lainnya. Dalam teori presentasi diri, orang berupaya untuk mengolah tingkah lakunya agar orang lain terkesan kepadanya. Ketika orang menyajikan atau mempresentasikan dirinya maka iya mencoba membuat orang lain terkesan. Menurut Goffman, self-presentation is very much a matter of impression Managament (Penyajian diri terkait erat dengan persoalan pengelolaan kesan). Karena setiap individu yang terlibat dalam komunikasi berupaya membuat kesan mengenai dirinya masing-masing maka munculah suatu definisi umum yang di terima semua pihak atas situasi yang ada pada saat itu.
MENENTUKAN IDENTITAS INDIVIDU (tradisi kritis) Titik awal teori identitas adalah munculnya berbagai gerakan sosial yang muncul di Amerika Serikat pada tahun 1960-an, seperti gerakan hak-ak sipil, gerakan kaum negro, gerakan kaum homo, lesbian, dan sebagainya. Konsep identitas sebagai kategori yang stabil,utuh dan jelas berdasarkanberbagai penanda (maskers) yang ada seperti jenis kelamin, ras dan kelas sosial. Ketiga dimensi tersebut terdapat pada setiap individu. Tidak saja bahwa identitas di pahami sebagai sesuatu yang tetap, namun terdapat pula pemahaman bahwa salah satu aspek identitas menjadi sangat penting bagi seseorang. Kita akan membahas tiga teori pada bagian ini yaitu : Teori pandangan (standpoint theory) Teori mengenai identitas yang di kontruksikan dan dijalankan (identity as constructed and performed) Dan Teori homoseksual (queer theory)
TEORI PANDANGAN Teori pandangan atau standpoint theory memberikan perhatian bagaimana kondisi atau keadaan hidup individu mempengaruhi bagaimana individu itu memahami dan mengontruksikan masyarakat sekitar (social word). Menurut teori ini, langkah awal untuk memahami pengalaman adalah pada cara-cara yang berbeda yang di gunakan setiap individu dalam mengontruksikan berbagai kondisi atau situasi dimana ia berada. Secara epistemologi teori pandangan ini sangat memperhatikan berbagai perbedaan atau variasi komunikasi yang terjadi di antara individu dengan memahami berbagai pandangan yang di bawa individu bersangkutan ketika ia berkomunikasi serta bagaimana mereka menerapkan pandangan tersebut dalam kehidupan nyata. Teori pandangan ini adalah ide mengenai pandangan berlapis (layered understanding) ini artinya bahwa individu memiliki banyak identitas yang saling tumpang tindih sehingga menghasilkan pandangan yang unik.
TEORI KONSTRUKSI IDENTITAS Dalam upaya untuk memahami identitas sebagai kategori yang terdiri atas identitas yang saling berkaitan (interlocking identities), teori-teori yang berada dalam kelompok ‘politik identitas’ (identity politic) memiliki kepentingan yang sama dalam hal kontruksi dan pelaksanaan (performance) dari berbagai kategori identitas. Teori identitas kontemporer menyatakan bahwa tidak ada kategori identitas yang berada di luar konstruksi sosial oleh budaya yang lebih besar. Indentitas individu terbangun dari pengaruh sosial dan yang melekat dengan isi pernyataannya. Contoh identitas sebagai feminis, sebagai penderita hiv, anggota forum mahasiswa, dll. TEORI HOMO Teori ini mempertanyakan dan menentang identifikasi gender dengan mengemukakan argumen bahwa tidak hanya gender (maskulin dan feminin), tetapi juga jenis kelamin (pria/wanita) merupakan konstruksi sosial. Dengan demikian gender merupakan kategori yang selalu berubah dan tidak mesti selalu di pahami sebagai Identitas yang stabil atau pusat agen yang merupakan asal dari semua perbuatan. Identitas komunikatator tidak bisa didikotomikan sebagai laki-laki atau perempuan dll.