Kel: 1A ANDINI HIDAYANI DALIMUNTE AYIE RIZKYNA EDDYA DARFIRIZAN SEPRIKA ISNAINI HAFIZAH LISA HELLEDY NOVIA DESI YANA RIZKI AGUSMAI SAMIROTUL QULBI SESRIA NASUTION Tutor: dr.Lasiah Susanti, MPH
Bintitan
KASUS J berusia 16 tahun, datang ke dokter dengan keluhan muncul benjolan di kelopak mata kanan atas sejak 3 hari yang lalu. Benjolan tersebut makin lama makin membesar hingga mengganggu penglihatan J dan terasa nyeri. J sudah berusaha mengobati dengan obat tetes mata untuk alergi yang di beli apotik, namun keluhan tidak berkurang. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan pada mata J dan menemukan benjolan di kelopak mata kanan atas dengan diameter ± 0,5 cm, kemerahan, nyeri tekan (+)
Keyword Benjolan di kelopak mata kanan atas Benjolan muncul sejak 3 hari yang lalu Mengganggu penglihatan dan terasa nyeri Diobati obat tetes mata untuk alergi, namun tidak berkurang Diameter ± 0,5 cm, kemerahan dan nyeri tekan (+)
Step II Bintitan ini mengacu dalam penyakit apa? Mengapa pada kasus ini benjolan timbul pada palpebra atas? Apakah benjolan dapat terjadi pada kedua palpebra (kiri/kanan)? Dan apakah dapat menular pada orang lain? Bagaimana mekanisme benjolan pada palpebra? Bagaimana benjolan ini dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan? Apakah benjolan dapat sembuh sendiri tanpa diobati? Apakah ukuran benjolan memiliki arti klinis? Bagaimana membedakan pasien yang terkena hordeolum dan kalazion? Palpebra mana yang sering terkena? Apakah penanganan untuk balita dan dewasa sama?
Step III Bintitan ini mengacu pada penyakit infeksi kelenjar palpebra. Hordeolum interna dan eksterna Chalazion Pada kasus diagnosisnya adalah hordeolum Etiologi bintitan pada kasus ini yaitu hordeolum. Benjolan dapat terjadi pada kedua belah mata, dan tidak dapat ditularkan pada orang sekitarnya. Palpebra memiliki 4 kelenjar: Meibom Gand Zeis Gland Moll Glad Sweat gland
Step IV Definisi dan Etiologi Hordeolum Fakres dan Klasifikasi Patofisiologi Benjolan Palpebra Diagnosis Anamnesis P. Fisik Penatalaksanaan P. Penunjang chalazion Pencegahan Perbedaan dengan hordeolum Mekanisme hordeolum chalazion
Step V Mahasiswa dapat mengertahui dan menjelaskan: Definisi , etiologi, faktor risiko, manifestasi hordeolum Patogenesis hordeolum dan chalazion Penegakan diagnosis Penatalaksanaan secara tepat Pencegahan Mengetahui perbedaan hordeolum dengan chalazion. Mengetahui perjalanan hordeolum menjadi chalazion
HORDEOLUM
DEFINISI Hordeolum adalah gangguan pada kelopak mata (akut) yang umumnya diinfeksi oleh bakteri S.aureus, yang dapat mengganggu kelenjar zeis/moll (eksternal), kelenjar meibom (internal).
ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO Umumnya disebabkan oleh bakteri Staphhylococcus aureus Kebiasaan mengucek mata Blepharitis Infeksi margin kelopak mata Kondisi kronik kulit (cth.jerawat) Usia (dewasa)
KLASIFIKASI Hordeolum Eksterna Kelenjar Zeis & Moll Hordeolum Interna Kelenjar Meibom
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI Meibominitis, Infeksi Bakteri Kuman menempel di Bulu Mata Tersumbatnya saluran kelenjar zeis, meibom Masuk ke pori-pori folikel kelenjar Zeis, Mol Inflamasi Akut (Rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa) Stasis hasil sekresi kelenjar Infeksi Sekunder oleh S. aureus Prostaglandin Nyeri Permeabilitas kapiler ↑ & PMN serta mediator inflamasi lain masuk ke kelenjar Ekstravasasi cairan Edem Palpebra berat pseudoptosis Akumulasi Debris Nekrotik Hordeolum Interna (Lebih Besar, profunda) Hordeolum Eksterna (Lebih kecil, superfisial) Abses
PENEGAKAN DIAGNOSIS Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik 2. Palpasi Palpebra Palpasi perlahan 1. Pemeriksaan palpebra 1.Memperhatikan posisi palpebra terhadap bola mata 2.Inspeksi Lebar fisura palpebra Edema palpebra Warna misalnya (kemerahan) 3.Apakah ada lesi , keadaan dan arah bulu mata 4.Kemampuan palpebra mengatup sempurnaapakah ada penonjolan, paralisis nervus fasialis, ptosis 5.Lipatan palpebra 2. Palpasi Palpebra Palpasi mata Palpasi perlahan Pembengkakan, nyeri tekan palpebra Palpasi kantong lakrimal Purulen, air mata berlebihan, sumbatan duktus nasolakrimal
3. Pemeriksaan konjungtiva dan sklera Teknik pemeriksaan 1.pasien melihat keatas , pemeriksa menekan palpebra inferior dekstra atau sinistra kebawah lihat nodulus atau benjolan, warna 2.pemeriksa meletakkan ibu jari ditulang pipi dan jari telunjuk di alis, minta pasien melihat ke samping atas dan bawah lihat konjungtiva bulbaris, warna 3.melakukan eversi palpebra atasinspeksi konjungtiva tarsalis lihat benjolan, warna
TERAPI Farmakologi Non-Farmakologi Bedah
Farmakologi Antibiotik topikal : Salep G. Chloromycetin setiap 3 jam,diberikan pada saccus conjungtivalis Neomicyn : larutan 2,5 & 5 mg/ml, salep 3,5- 5 mg/gram. 3-4x sehari. Antibiotik sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis : Erythromycin 500 mg/12 jam/PO/ 7-10 hari. Untuk anak-anak 30-50 mg/kgbb/2-4 kali sehari
Non-Farmakologi Kompres air hangat 2-4 kali sehari, 5-10 menit untuk membantu drainase Memijat bagian yang lesi, ke arah muara
Bedah Anastesi lokal Insisi dan drainase bahan purulen Insisi H. interna : vertikal konjungtiva palpebra menghindari terpotongnya kelenjar meibom. Insis H. eksterna : horizontal pada margo palpebra mengurangi luka parut Kuretase Salep antibiotik
PENCEGAHAN Menjaga kebersihan kelopak mata dan tangan Menggunakan kacamata dan topi untuk membatasi paparan dari debu Menjaga kebersihan alat make up mata agar tidak terkontaminasi mikroorganisme
DIAGNOSIS BANDING Hordeolum Kalazion Definisi Adalah infeksi pada kelenjar palpebra Adalah peradangan granulomatosa pada kelenjar palpebra. Kelenjar yang terkena Hordeolum Eksterna Kelenjar Zeis & Moll Hordeolum Interna Kelenjar Meibom Deep Kalazion Kelenjar Meibom Superfisial Kalazion Kelenjar Zeis Penyebab Bakteri Staphhylococcus aureus Terjadi penyumbatan pada kelenjar meibom Gejala Adanya kemerahan dan nyeri Tidak ada nyeri tekan Tidak hiperemia Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan Laboratorium Histologi Biopsi Tatalaksana Insisi Eksisi
KESIMPULAN Hordeolum merupakan suatu kondisi inflamasi yang terjadi pada kelenjar yang terdapat di palpebra seperti kelenjar zeis, moll dan meibom sehingga tersumbatnya sekresi dari kelenjar tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Eva PR, dkk. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Ed. 17. hal. 78-79. Jakarta : EGC Ilyas S, dkk. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 5. cetakan 2. hal. 94-97. Jakarta : BPFKUI Ehrenhaus MP, dkk. 2014. Hordeolum. www.emedicine.medscape.com Deschenes J, dkk. 2014. Chalazion. www.emedicine.medscape.com